All Chapters of CAP PELAKOR: Chapter 21 - Chapter 30
48 Chapters
Kelemahan
"Dari mana saja kamu, Mel?" tanya Widia dingin pada Melisa.Melisa yang baru saja membuka pintu langsung terkejut dibuatnya. Dia baru saja tiba di rumah setelah pertemuannya dengan Naya."Assalamu'alaikum, Ma," salam Melisa pada Widia."Wa'alaikumsalam. Jawab saja pertanyaanku, Mel!" tegas Widia setelah menjawab salam Melisa."Aku baru saja bertemu dengan teman, Ma," jawab Melisa.Widia sedang duduk di sofa ruang tamu sambil memainkan ponselnya segera mendongak pada Melisa setelah mendengar jawaban darinya."Teman seperti apa yang bisa membuat wajahmu ceria, Mel? Jangan bilang kamu bertemu dengan mantan suamimu itu," tuduh Widia pada sang menantu.Widia sudah berburuk sangka pada Melisa, padahal mana mungkin Melisa bertemu dengan Hanan di saat dia sudah menikah dengan Ardan. Lagi pula Melisa sudah tidak ada urusan lagi dengan Hanan."Jangan berburuk sangka, Ma. Aku memang bertemu dengan temanku, jika tidak percaya aku bisa menelfonnya dan menjelaskan semuanya pada Mama," jelas Melisa
Read more
Pertemuan
Pov Hanan.Aku masih terpaku setelah Melisa berani menjawabku, dan dari mana sebenarnya dia tahu tentang anakku. Aku saja yang ayahnya hanya melihatnya sekilas.Aku harus mencari informasi dari mana Melisa tahu tentang putraku. Sudah lama sekali aku mencarinya tapi tidak pernah bertemu kembali sejak dua tahun lalu. Padahal aku sudah mendatangi restoran Naya lagi tapi tidak menemukannya kembali.Harusnya dulu saat melihatnya, aku memberanikan diri untuk menemui putraku, bukan malah pergi seperti pengecut.Aku dulu belum siap bertemu dengan Naya dan suami barunya. Andai saja Naya tidak sedang bersama suaminya, aku pasti akan memberanikan diri mendekatinya. Kini aku hanya bisa menyesal dan memendam kerinduan mendalam.Jika aku diberi kesempatan sekali lagi untuk bertemu dengan Naya dan putraku, aku pasti tidak akan menyianyiakannya. Akan aku genggam kembali Naya beserta putraku.Aku sudah pernah kehilangan segalanya, maka aku tidak akan takut melakukan sesuatu untuk membuat Naya kembali
Read more
Rasa Yang Hilang
"Om ngapain? Masih nggak rela sepatunya buat bundaku?" tanya Aryan memecahkan keheningan.Hanan hanya bisa menatap Aryan sendu, dia tidak menyangka hari ini bisa bertemu dengan putra yang sangat dia rindukan."Apa kabar, Mas?" Naya akhirnya mampu tersadar dari keterkejutannya bertemu dengan Hanan."Ba-ik, Nay. A-pa dia putraku?" Tangan Hanan gemetar menunjuk pada Aryan yang sedang memandangnya dengan penuh tanya.Naya mengangguk dan segera menarik lengan Aryan untuk berdiri di sampingnya. Jujur ada rasa takut jika sampai Hanan merebut Aryan darinya, tapi Naya juga tidak boleh egois hingga Aryan tidak mengenal siapa ayah kandungnya.Netra Hanan berkaca-kaca melihat Aryan, putra semata wayangnya kini telah berada di hadapannya. Secara tak sadar Hanan melangkah mendekat hendak memeluk Aryan, tapi Naya buru-buru memundurkan langkahnya memegang erat lengan Aryan."Jangan terburu-buru, Mas. Aku butuh waktu menjelaskan pada Aryan siapa kamu sebenarnya," ucap Naya membuat hati Hanan sakit."A
Read more
Keputusan Melisa
Melisa tersenyum senang bisa membuat Hanan tidak bisa lagi mengancamnya, ternyata tidak sia-sia dia bisa bertemu dengan Naya tanpa sengaja."Kamu kenapa, Mel? Aku perhatikan dari tadi kamu selalu senyum-senyum sendiri. Memangnya ada apa?" tanya Ardan saat mereka sedang berada di kamar."Tidak ada apa-apa kok, Mas. Oh iya, mulai minggu depan aku boleh mengajar lagi, Mas?"Melisa berharap dijinkan oleh Ardan untuk mengajar lagi. Jika di rumah terus dia merasa jenuh dan kesepian, apalagi Melisa tidak bisa mengakrabkan diri dengan Widia."Kenapa buru-buru ingin mengajar, Mel?" Ardan nampak mengernyitkan keningnya."Aku jenuh Mas di rumah terus, aku juga rindu dengan para muridku," jawab Melisa.Ardan terdiam memikirkan bagaimana baiknya, sejujurnya dia ingin sekali istrinya itu hanya di rumah saja, biar dia saja yang bekerja. Tapi Ardan juga tidak kuasa menolak permintaan Melisa."Baiklah, kamu sudah boleh mengajar minggu depan," ucap Ardan."Benarkah, terima kasih banyak, Mas," sahut Mel
Read more
Alina Sakit
Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa kini Melisa sudah mulai mengajar lagi. Senyumnya dari tadi tidak pernah hilang dari bibirnya saat mengajar para muridnya."Aura pengantin baru memang beda sekali, dari tadi senyum-senyum sendiri," goda Dita yang telah duduk di samping Melisa.Melisa hanya menanggapinya dengan senyuman, Melisa tersenyum sejak tadi bukan karena menjadi pengantin baru, tetapi dia senang karena bisa kembali melihat Alisa setiap hari.Waktu sudah beranjak siang, mereka sedang bersiap-siap untuk pulang setelah selesai mengajar. Hanya tinggal menunggu bel pulang dibunyikan mereka bisa pulang.Hari ini Melisa berencana akan mengajak Alisa bermain lagi setelah pulang sekolah, akan tetapi pesan WA yang dikirimkannya pada Alina belum dibalas sama sekali. Padahal Melisa sudah lama mengirimkannya.Setiap saat Melisa mengecek ponselnya, adakah pesan dari Alina atau tidak. Ingin menelfon tapi Melisa takut jika nanti yang menerimanya Irham, nyalinya masih saja ciut jika berhada
Read more
Menjenguk Alina
[Pastikan nanti kamu datang pukul delapan pagi, nanti Bang Irham akan pergi ke kantornya untuk menandatangi berkas-berkas.]Melisa membaca pesan dari Naya dengan mata berbinar, dia tidak menyangka setelah dua hari lalu pertemuannya dengan Naya, akhirnya dia bisa menjenguk Alina di rumah sakit.Buru-buru Melisa mengetik pesan dan mengirimkan balasannya kepada Naya.[Baik, Mbak. Terima kasih banyak, aku pasti akan datang tepat waktu, Mbak.]Melisa meminta ijin pada sang suami untuk menjenguk Alina, sebagai istri tentu saja Melisa tidak akan pergi tanpa ijin suaminya."Mas, bolehkan aku nanti pergi menjenguk Mbak Alina?" tanya Melisa sambil merapikan tempat tidur."Tentu boleh, Mel. Mau aku antar?" Ardan menawarkan diri untuk mengantar Melisa.Melisa segera menghentikan kegiatannya dan menatap Ardan, Melisa masih ragu untuk jujur pada Ardan tentang keluarga Alina, termasuk Naya, wanita yang dulu pernah dihancurkan rumah tangganya."Emm ... tidak usah, Mas. Mas kan harus ke sekolah? Aku c
Read more
Cinta Atau Obsesi
Hari belum beranjak siang, sebuah mobil berwarna hitam mengikuti kemana arah mobil yang dikendarai oleh Naya pergi.Hari ini Naya akan membantu Melisa untuk menjenguk Alina.Anak-anaknya ditinggalkan di rumah bersama pengasuhnya selama Naya di rumah sakit. Naya mengemudi dengan kecepatan tinggi, dia harus segera sampai di rumah sakit. Sementara mobil yang mengikutinya masih setia di belakangnya, mobil tersebut dikendarai oleh Hanan.Semenjak bertemu dengan Naya, Hanan selalu membuntuti kemanapun Naya pergi. Hanan akan merasa puas jika mengetahui kegiatan Naya setiap hari.Hanan tidak mau kehilangan jejak Naya dan putranya lagi seperti dulu. Biarlah kini Hanan mengabaikan Dara, istrinya sendiri dari pada harus kehilangan Naya lagi.Jika harus memilih tentu Hanan akan tetap memilih Naya, belahan hatinya. Sampai kapanpun Naya tidak akan hilang dari hatinya sampai dia mati sekalipun.Hanan tersenyum membayangkan hari-harinya dulu bersama Naya, hari-hari yang penuh dengan kebahagiaan. Hana
Read more
Kesalahpahaman Ardan
Melisa mengemudikan mobil dengan tangan gemetar, sebenarnya saat berdebat dengan Hanan tadi, Melisa merasakan ketakutan, tapi dia tidak bisa diam saja membiarkan Hanan menindasnya.Melisa sudah memutuskan menghadapi semuanya dengan berani, dia ingin memperbaiki semua dalam hidupnya. Sudah cukup dia sendiri yang disalahkan, harusnya Ratih juga bersalah di masa lalu.Selang dua puluh menit, Melisa sampai di sekolah. Jika saja tidak mengingat murid-muridnya Melisa pasti akan memutuskan untuk pulang ke rumah saja menenangkan diri. Dia takut tidak bisa fokus untuk mengajar murid-muridnya.Begitu sampai, Melisa bergegas menuju ruangan Ardan. Mungkin dengan melihat Ardan sejenak dia akan melupakan kejadian yang tidak menyenangkan tadi.Melisa masuk ke ruangan Ardan setelah mengetuk pintu, walaupun Ardan suaminya, Melisa tetap harus menjaga kesopanan di sekolah."Ada apa, Mel? Kenapa wajahmu pucat begitu?" tanya Ardan begitu melihat Melisa masuk dan mendekat ke arahnya."Tidak ada apa-apa, Ma
Read more
Perubahan Ardan
"Mas, kamu tidak enak badan ya?" tanya Melisa dengan tangan terulur hendak memegang dahi sang suami.Ardan yang melihat Melisa hendak menyentuhnya segera menepis tangan Melisa sambil mendecakkan lidah. Dia merasa kalau perhatian yang Melisa berikan pasti palsu. Atau mungkin selama ini Melisa hanya bersandiwara kepadanya.Hati Ardan berdenyut nyeri membayangkan kalau selama ini Melisa tidak pernah menerima dirinya dengan sepenuh hati.Melisa tersentak ketika tangannya ditepis oleh Ardan. Netranya melihat tangannya yang menggantung di udara. Hatinya bagai teriris mendapat penolakan dari Ardan. Tak pernah terbayangkan Ardan akan berbuat demikian padanya, mengingat Ardan selalu bersikap lembut padanya."Kamu kenapa, Mas?" tanya Melisa heran dengan sikap Ardan.Ardan bergeming tak menanggapi pertanyaan Melisa, dia hanya berbalik dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Ardan merasa belum siap merasakan sakit lebih lagi, jika Melisa mengakui tentang pengkhianatannya.Melisa semakin her
Read more
Laki-Laki Bersama Naya
Hari masih terlalu pagi, Hanan sudah memarkirkan mobilnya tak jauh dari rumah Naya. Seperti hari-hari sebelumnya, Hanan masih tetap menguntit kemana pun Naya pergi.Hanya melihat Naya dan putranya dari jauh saja sudah membuat Hanan bahagia. Paling tidak dia bisa menuntaskan rasa rindunya kepada Mereka.Netra Hanan melihat mobil Naya keluar dari halaman, Hanan bergegas menghidupkan mobilnya dan mulai memacu mobilnya mengikuti mobil Naya. Sepanjang perjalanan Hanan selalu melebarkan senyumnya, akhirnya dia bisa melihat belahan hatinya.Hanan mengernyitkan kening ketika mobil Naya tidak menuju ke rumah sakit seperti biasanya. Dalam hati dia bertanya-tanya kemana arah yang dituju oleh Naya."Bukannya ini jalan menuju bandara? Memang Naya mau ke mana?" gumam Hanan heran, "Jangan-jangan Naya akan pergi? Aku harus bagaimana kalau kehilangan jejak Naya lagi?"Hanan panik saat mobil Naya benar-benar menuju bandara. Dia tidak punya persiapan apapun untuk mengikuti Naya naik pesawat. Hanan takut
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status