Semua Bab Tunjukkan Pesonamu, Nina!: Bab 31 - Bab 40
121 Bab
30
DAY 8'Para pria, silahkan berikan kartu namamu kepada wanita yang ingin kamu ajak kencan, jika wanita itu menolak maka kencan dibatalkan' Pesan itu datang setelah mereka memakan sarapan bersama. Para pria meminta untuk diberi ruang sendiri untuk memilih. Sementara menunggu, para wanita pun memutuskan untuk kembali ke kamar masing-masing.Sean, Adam, Ezra, dan Ikbal kini tengah berada di meja makan. Beberapa dari mereka sudah menentukan pilihan, namun belum beranjak maju karena takut akan ditolak. Sementara sisanya masih bimbang memilih diantara kedua wanita. "Haah," Entah sudah kesekian kalinya Adam menghembuskan napas dengan kasar. Kepalanya begitu pusing. Ia harus memilih salah satu diantara kedua wanita yang menarik perhatiannya. "Bingung, Dam?" Sean bertanya. Diantara kontestan pria lainnya, Adam memang lebih dekat dengan Sean. Mungkin karena perbedaan umur mereka yang tidak terlalu jauh jadi obrolan mereka berdua lebih nyamb
Baca selengkapnya
31
Adam dan Nina berkencan di sebuah cafe bernuansa alam. Cafe terletak di sebuah bukit, sehingga mereka bisa melihat padatnya pemukiman di bawah. Udara yang sejuk, dan coklat panas yang masih menguap menemani suasana kencan. Disamping cafe terdapat berbagai permainan kecil yang biasanya ada di pasar malam. Seperti, memanah, box tinju, melempar kaleng, dan menembak. Sungguh, Nina tak sabar ingin mencoba semua permainan itu."Nanti kita main kesitu yuk, Mas. Kayaknya seru," Ajak Nina."Boleh, tapi jangan nangis kalau kalah ya," Ejek Adam membuat Nina memcebikkan bibirnya. Awas, lihat saja nanti."Kalau menang hadiahnya apa?" Tantang Nina."Gimana kalau yang kalah kabulkan keinginan yang menang?" Adam menyeringai."Semua keinginan?" Tanya Nina yang diangguki oleh Adam. Wow, sebuah penawaran yang menggiurkan. "Deal!" Nina mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Adam, tetapi pria itu malah menarik tubuh Nina lebih dekat di sa
Baca selengkapnya
32
Ikbal berteriak kesal ketika Ia tahu Chelsea lebih memilih Sean dibandingkan dirinya. Harga dirinya terluka karena wanita itu kembali menolaknya mentah-mentah. Chelsea memberikannya harapan, namun kemudian saat Ikbal bergerak maju, perempuan itu malah memberi batas dengan benteng yang tinggi."Mencak-mencak nggak bakal bikin Chelsea suka sama lo," Ezra memutar bola mata dengan malas melihat roomatenya tidak berhenti berdecak. Bibir itu terus saja menumpahkan emosi yang tidak bisa dipahami oleh Ezra. Tindakan pria itu lebih seperti obsesi dibandingkan rasa suka."Semalam dia bilang dia bakal ngasih gue kesempatan. Tapi dia malah jalan sama yang lain. Lagi-lagi gue ditolak dan gue harus gabut sendirian di rumah, " gerutunya. Menurut Ezra, Chelsea memang lumayan licik. Dia tahu cara menarik perhatian pria, menundukkan, dan kemudian membuai dengan kata-kata manisnya. Well, itu bukan sesuatu yang jahat, toh mereka sedang di acara dating, mereka bebas menebarkan pesonanya ke
Baca selengkapnya
33
DAY 9 "Lagian lo kekanak-kanakan banget sih, Nin?" Sasa kini tengah memarahinya. Setelah Nina memberikan spoiler sekaligus curhat pada wanita itu, kini Nina malah kena semprot habis-habisan."Coba deh kalau lo diposisi gue, emangnya lo bisa nahan emosi digituin sama cowok?" Nina yang sama kerasnya tak terima jika Sasa malah menghakimi alih-alih membelanya. Padahal Nina sudah menjelaskan sedetail mungkin tanpa cela, tapi Sasa malah menyalahkannya. "Ya, gimana ya pasti gue juga emosi lah. Cuman kan posisinya kalian itu lagi ikut acara kencan kan. Lo paham nggak sih konsep acara kencan? Justru itu haknya Adam kali kalau dia mau kenal siapapun, kalian kan nggak terikat dalam suatu hubungan. Lagian, itu pilihan lo kalau lo cuman mau kenal Adam, masalahnya itu lo nggak bisa maksain kehendak lo sama dia. Dia ikut acara ini juga pasti mau benefit. Kalau menurut dia, lo nggak ngasih apa yang dia mau ya buat apa dia milih lo? Dia tentu harus mengenal y
Baca selengkapnya
34
Saking senangnya, Nina membeli banyak es krim untuk satu asrama. Anggap saja sebagai pajak baikan dengan Adam. Sebetulnya Nina tidak terlalu suka es krim karena rasanya yang manis. Nina lebih suka makan asinan atau camilan goreng. Sean dan Kesha tengah memasak makan malam. Karena kemampuan mereka yang terbatas, Kesha menyarankan agar mereka makan lalapan saja malam ini. Berbagai sayur rebus dan mentah sudah tertata pada satu piring besar. Kesha sendiri tengah sibuk mengulek sambal resep keluarganya sedangkan Sean menggoreng ayam dan ikan. Adam terlihat segar sehabis mandi. Bulir-bulir air masih berjatuhan dari rambut hitamnya. Sambil menggosok rambut dengan handuk yang menyampir di bahu, Adam duduk di samping Nina. Dengan santai tangannya berlabuh di bahu kursi yang Nina duduki. Nina yang merasa rileks pun akhirnya menyandarkan kepalanya di lengan Adam. Entah sadar atau tidak, Adam memainkan beberapa helai rambutnya sambil sesekali memilin di jarinya. "Mata kamu merah, Mas. Sakit k
Baca selengkapnya
35
DAY 10Alunan musik klasik menggema saat matahari terbit di ufuk timur. Aroma racikan penyedap rasa pun ikut memanjakan indra penciuman. Gerimis kecil menjadi pendukung euforia sedih yang dirasakan oleh langit yang bergemuruh kencang.Para bujangan semakin merapatkan selimut, membenamkan kepala hingga kelopak matanya tak lagi sanggup membuka, lupa bahwa mereka harus menjadi budak korporat.Adam cukup menikmati sarapannya dengan secangkir kopi panas. Asapnya yang masih mengepul lebih menambah kenikmatan. Sementara Ikbal yang harus mengisi perut dengan sesuap nasi mau tak mau membuat sesuatu untuk mengganjal perutnya selama bekerja.Adam mematikan radio tua yang sengaja dibawanya dari rumah. Memang, selera tidak bisa membohongi usia. Pria itu bangkit untuk menaruh cangkir kotornya di wastafel. Kedua pria itu, tak ada satupun yang membuka suara, lebih tepatnya tidak ingin. Sebab mereka adalah rival.Mata elangnya tak mungkin luput ketika menyaksikan pujaan hatinya, kini tengah menahan hu
Baca selengkapnya
36
"Nina?""Daripada gabut. Mending kencan sama gue, Mas," Nina memaksa masuk ke dalam kamar bernuansa maskulin itu. Kamar yang cenderung lebih rapih dibandingkan kamarnya karena dihuni oleh dua orang pria dewasa dan mapan."Nin, gue nggak suka dijadiin pelampiasan," Sean terkekeh pelan. Wajah kesal Nina sangat lucu dimatanya. Pasti perempuan itu baru saja ditolak."Justru ini namanya kerja sama, Mas. Lo mau seharian luntang lantung di asrama?" Tangannya bersedekap setelah berhasil menguasai kasur Sean. Pria itu duduk di sebelahnya, bersandar pada dinding."Nggak juga kok. Ada Kesha sama Ikbal juga di rumah," Tolak Sean secara tak langsung."Jangan bilang lo nolak Kesha lagi?" Nina mengernyit tak suka. Sebab dia kasihan pada Kesha yang tidak lagi pernah berkencan, "Lo harusnya kasih dia kesempatan, Mas. Lo nggak kasihan sama dia?""Masa gue kencan sama orang cuman karena kasihan sih. Malah gue jahat banget kalau gitu," Jawab Sean. Pria it
Baca selengkapnya
37
DAY 11Mata Nina mengerjap ketika menyadari ruangan sudah terang. Dia perlahan bangkit, namun baru seperempat tubuhnya terbangun, pandangannya berkunang-kunang. Ia tidak tahu kapan Ia tertidur. Seingatnya, Ia menangis semalaman di dalam toilet sampai jatuh tertidur di lantai marmer yang dingin. Mungkin Chelsea atau Nadya yang mengangkat tubuhnya menuju kasur.Matanya agak berat untuk sekedar dibuka. Ia mau tidak mau harus memakai kacamata tebal untuk menutupi matanya yang sembab. Perasaannya pagi ini masih campur aduk, tapi setidaknya lebih baik daripada semalam. Nina merasa tidak enak badan, jadi ketika Ia menuju ruang tamu, Ia memutuskan untuk berbaring di sofa dengan membawa selimut hello kittynya ditemani oleh bunyi TV agar tidak sepi."Sakit?" Sebuah sentuhan pada kepalanya membuat Nina refleks menyentak. Didepannya, Adam sudah siap dengan pakaian kerjanya. Tampaknya Nina tidak menyadari presensi Adam di dapur. Padahal Adam membuat sarapan yang cukup
Baca selengkapnya
38
DAY 12"Aku pasti akan tetap menunggu kamu, Mas," Kata Chelsea tenang. Padahal dalam hatinya tak kunjung berhenti gelisah karena sebagian besar hati pria itu telah dimiliki oleh Nina. Setidaknya untuk saat ini."Maaf, aku nggak bisa tegas dengan kalian berdua. Aku nggak akan memaksa kalau kalian ingin pergi, meskipun rasanya berat," Balas Adam. Pria itu mengemudi pelan. Jalanan sedikit lenggang, oleh karena itu lah pria itu tak keberatan saat Chelsea meminta nebeng dengannya untuk pergi ke kampus."Aku nggak akan pergi, Mas. Aku tetap akan memilih kamu sampai akhir," Tegas Chelsea. Perasaannya pada Adam kian hari kian membesar. Entah memakai susuk apa pria itu hingga membuatnya tergila-gila. Sebagian besar disebabkan karena egonya yang terluka untuk pertama kalinya karena tak kunjung mendapatkan pria yang dia inginkan."Kamu tahu konsekuensinya kan? Kamu tahu kan perasaanku ke kamu nggak seperti itu," Kata Adam."Lebih tepatnya belum. Aku tahu, mak
Baca selengkapnya
39
DAY 13"Nggak. Kamu duduk sini."Wanita itu ingin sekali makan jelly, camilan favoritnya. Sialan Adam dengan kecemburuannya. Nina ingin sekali ikut Sean ke minimarket. Ia sudah siap dengan cardigan rajut dan dompet di ketiaknya. "Yakin nggak mau ikut?" Nina tahu, Sean sedang menggodanya. Wajah gadis itu pun diam-diam memelas meminta tolong. Ia benar-benar ingin makan jelly!"Udah-udah, gue aja yang ke minimarket. Lo ikut nggak?" Ikbal mengambil alih. Tidak, jangan juga Ikbal. Pria itu menyebalkan."Aku bilang duduk, Nina. Aku bisa beliin kamu satu dus jelly sekarang juga, bahkan dengan tokonya kalau mau," Kata Adam otoriter. Bukan hanya masalah jelly, tapi Nina tidak tahan kalau harus terjebak di situasi menyebalkan lagi! Lihat lah, Chelsea sedang gelendotan manja di bahu Adam. Mau pria ini apa sebenarnya?!"Ck! Gue cabut sekarang. Kalau lo nggak ikut gue tinggal," Final Ikbal.Ancaman Ikba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status