All Chapters of Just Need A Baby: Chapter 31 - Chapter 40
52 Chapters
Bab 31
Aruna kini berada di dalam kamar Arkan, yang akan menjadi kamarnya juga mulai hari ini. Mata Aruna melihat sekeliling kamar yang di dominasi oleh warna abu-abu. Penataan kamar Arkan memperlihatkan sekali bagaimana kepribadian Arkan. Simpel dan tak mau ribet.Aruna lalu berjalan mendekati tumpukan kardus di sudut kamar. Kardus itu berisi pakaian dan barang-barang miliknya yang di angkut dari rumahnya ke sana sehari sebelum hari pernikahan dilaksanakan. Aruna mulai membuka kardus-kardus tersebut dan membereskan isinya ke tempat yang seharusnya. Di sana, sudah ada satu lemari baru yang katanya dibeli oleh Arkan khusus untuk Aruna. Aruna akan berterima kasih pada pria itu nanti. Mengesampingkan perjanjian awal mereka, Arkan melaksanakan peran sebagai suami dengan baik. Dia benar-benar memenuhi semua kebutuhan Aruna tanpa harus diminta lebih dulu.Aruna tak tahu sih ke depannya akan bagaimana, karena dia dan Arkan baru dua hari menikah. Entah Arkan akan tetap seperti sekarang atau berubah
Read more
Bab 32
Aruna duduk di atas ranjang dengan punggung menyandar pada kepala ranjang. Di sampingnya ada sebuah remote televisi, dengan televisi berukuran besar di depannya yang menyala dan sedang memutar sebuah film. Ya, Aruna kini sedang menonton film di kamar Arkan, yang sudah jadi kamarnya juga sekarang. Aruna tak sendirian di sana, karena Arkan juga berada di kamar. Namun pria itu sedang berhadapan dengan laptop di meja kerjanya.Hari sudah malam dan Aruna juga Arkan baru saja selesai makan malam. Tentu mereka ikut makan malam bersama dengan orang tua Arkan. Aruna masih merasa canggung pada orang tua Arkan, namun beruntungnya Arkan mengerti dan tak memaksa Aruna untuk cepat akrab dengan orang tuanya.Aruna meraih remote televisi dan mencari film lain yang dia sukai. Setelah menemukan film baru, Aruna menaruh remote di tempatnya semula. Aruna kemudian menengok ke arah Arkan yang sedang fokus pada laptopnya. Aruna tersenyum kecil melihat Arkan yang terlihat sangat tampan dari arah samping. Apa
Read more
Bab 33
Pukul enam pagi Aruna sudah terbangun dari tidurnya dan hendak langsung mandi. Namun belum juga dia turun dari atas ranjang, Arkan kembali menariknya agar berbaring dan ya, Aruna kembali mendapatkan serangan pagi dari suaminya tersebut.Seperti yang Arkan bilang. Harus setiap malam dan pagi. Dan ternyata pria itu membuktikan ucapannya sendiri. Selesai melakukan pergumulan yang panas di pagi hari, Arkan dan Aruna pun mandi bersama. Aruna juga tak bisa menghabiskan waktu dengan tenang di kamar mandi jika ada Arkan di sana. Dan ya, Arkan terus mengusilinya membuat mereka menghabiskan waktu lebih lama di dalam kamar mandi.Selesai mandi, mereka segera berpakaian. Arkan memberitahu Aruna kalau ibunya setiap pagi selalu memasak untuk sarapan, di bantu oleh ART. Dan Aruna jadi malu sendiri karena malah kesiangan keluar dari kamar hingga tak membantu apa-apa. Namun Arkan menanggapinya dengan santai."Kamu itu menantu di rumah ini. Bukan pembantu yang harus bangun pagi buta dan mengerjakan ban
Read more
Bab 34
Jam istirahat kantor sudah dimulai beberapa menit yang lalu dan Arkan baru saja keluar dari ruangannya. Dia memegang ponselnya, berusaha menghubungi Aruna dan memberitahu istrinya tersebut kalau dia akan pulang sekarang.Alis Arkan bertaut tajam saat panggilannya tidak diangkat oleh Aruna. Arkan pun berusaha terus menghubungi Aruna, namun setelah enam panggilan, tetap tak ada panggilannya yang diangkat."Kemana dia?" Arkan bertanya pada dirinya sendiri dengan kening berkerut. Saat masuk ke dalam lift, Arkan langsung mengantongi ponselnya. Beberapa saat di dalam lift, akhirnya Arkan tiba juga di lobi. Banyak karyawan yang menyapanya, dan Arkan hanya menganggukkan kepala saja sebagai respon. Dia berjalan dengan langkah lebarnya keluar dari perusahaan untuk segera pulang dan memastikan Aruna ada di rumah, tak pergi kemana-mana.Arkan masuk ke dalam mobilnya dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Arkan ingin mengebut rasanya, tapi keadaan jalan yang cukup padat membuatnya terp
Read more
Bab 35
Aruna berjalan di belakang Arkan, mengikuti pria tersebut keluar dari rumah. Makan siang sudah selesai, dan Arkan bilang akan segera kembali ke kantor. Jadi, ya Aruna mengantarkan Arkan lagi sampai depan rumah."Mana ponselmu?" Arkan bertanya sebelum benar-benar berangkat. Aruna pun langsung menunjukkannya pada Arkan. Aruna tahu Arkan bukan ingin mengecek ponselnya."Jangan tinggalkan sembarangan agar aku tidak sulit saat akan menghubungimu," ucap Arkan. Aruna pun manggut-manggut mendengar itu."Iya, Mas. Nih, aku pegang terus," balas Aruna. Agak heran juga dengan sikap Arkan sekarang yang menurut Aruna terlalu berlebihan. Lagi pula saat dia tak mengangkat telepon, bukan berarti keluyuran juga kan. Karena Aruna bukan orang yang menjadikan ponsel sebagai barang yang sangat penting hingga harus dibawa kemana-mana."Ya sudah. Aku pergi dulu," ucap Arkan berpamitan. Aruna lalu menyodorkan tangannya ke arah Arkan, membuat pria itu kebingungan. Aruna sulit untuk menjelaskan yang dia maksud,
Read more
Bab 36
Pukul empat sore Arkan pulang ke rumah, sangat tepat waktu. Hal itu sebenarnya membuat Aruna agak heran juga. Tapi mengingat Arkan yang tak punya teman, ya wajar. Pasti Arkan tak ada waktu main atau nongkrong dulu dengan yang namanya teman."Mana ponselmu?" Arkan bertanya pada Aruna setelah mereka ada di kamar. Aruna sedang membereskan meja kerja Arkan, dan agak bingung saat Arkan meminta ponselnya. Namun Aruna langsung menyerahkannya tanpa banyak bertanya. Aruna membiarkan Arkan mengotak-atik ponselnya, sementara dia sendiri menyiapkan air hangat untuk Arkan mandi."Mas, airnya udah siap." Aruna berucap setelah keluar dari kamar mandi. Dia membiarkan pintu kamar mandi terbuka, lalu berjalan mendekati Arkan yang masih memegang ponselnya."Lihat apa sih?" Aruna bertanya dengan penasaran. Dia lalu ikut melihat ke arah ponselnya, dan ternyata Arkan sedang membuka fitur pesan di akun sosial media miliknya. "Gak ada apa-apa kan?" Aruna bertanya dengan tatapan bete ke arah Arkan. Arkan tak
Read more
Bab 37
Hari demi hari Aruna jalani dengan biasa saja. Setiap hari dia bersama dengan Hana di belakang rumah untuk menyiram bunga-bunga milik Hana. Kadang mereka juga menghabiskan waktu bersama di dapur untuk mencoba resep makanan dari internet atau sekedar membuat kudapan.Namun pagi ini, Aruna merasakan mulas pada bagian perut bawahnya. Dan ternyata, dia datang bulan. Aruna merasa senang sekaligus sedih saat mendapati dia datang bulan. Senang karena dia akan terbebas dari Arkan selama kurang lebih seminggu sampai datang bulannya selesai. Sedih juga karena datang bulannya sekarang menandakan kalau dia belum hamil.Ya, Aruna sebenarnya berharap cepat hamil agar dia bisa segera menyelesaikan tugasnya sesuai dengan perjanjian yang dibuat. Salahkah kalau dia mengharapkan hal seperti itu?Menikah dengan Arkan memang bukan sesuatu yang sangat buruk. Hanya saja, Aruna merasa ini bukan hal yang benar untuk dijalani. Jujur saja, kadang Aruna berpikir kalau sekarang dia hanya dijadikan budak seks saja
Read more
Bab 38
Aruna membuka matanya dengan perlahan saat merasakan ada seseorang yang mengusap kepalanya. Matanya memicing, berusaha memperjelas penglihatannya. Setelah nyawanya terkumpul, Aruna bisa melihat dengan jelas sosok Arkan di depannya sekarang."Sudah bangun?" Kata itulah yang pertama kali Aruna dengar saat dia terbangun dari tidur siangnya. Aruna mengerutkan kening sembari bangun dan duduk di atas ranjang."Sejak kapan Mas pulang?" Aruna bertanya seraya menatap sekitar, dan ternyata hari masih siang."Sejak tadi. Aku pulang untuk makan siang," jawab Arkan. "Ini sudah jam makan siang?" tanya Aruna dengan tatapan tak percaya. Arkan pun menganggukkan kepala. "Kamu tidur sangat nyenyak. Aku tak tega untuk membangunkanmu. Jadi aku bawakan makan siang untukmu," ucap Arkan seraya melihat ke arah meja di dekat sofa. Aruna juga melihat ke arah sana, dan terlihat ada nampan di sana."Maafkan aku, Mas. Aku tak menyangka akan tidur lama seperti ini," ucap Aruna. "Tak masalah." Arkan membalas. "B
Read more
Bab 39
Sembari menunggu kepulangan Arkan, Aruna memperhatikan foto-foto yang dipajang di dinding. Ada foto inti keluarga Arkan yang terdiri dari empat orang. Dan ternyata, foto dia dan Arkan saat hari pernikahan juga di pajang. Begitu juga foto Adnan dan Delia. Tak lama, Aruna mendengar suara mobil yang memasuki halaman rumah. Aruna pun berjalan keluar dan berdiri di teras. Dia tersenyum saat Arkan keluar dari dalam mobil dan menenteng sesuatu yang Aruna yakini adalah pizza pesanannya."Ini." Arkan menyerahkan kotak pizza yang dia bawa pada Aruna dan diterima oleh Aruna dengan senyum semringah."Papa dan Mama kemana?" Arkan bertanya saat merasakan rumah yang sepi. Biasanya saat dia pulang ayahnya selalu ada di teras rumah atau di ruang tamu sambil membaca berita dan minum teh."Mama tadi pamit pergi ke kondangan dengan Papa katanya," jawab Aruna."Sejak kapan?" tanya Arkan lagi."Mungkin jam dua siang kalau aku gak salah," jawab Aruna. Dia menutup pintu di belakang Arkan lalu mengajak suami
Read more
Bab 40
Aruna hari ini bangun lebih awal dari Arkan, dan tentu saja tak ada kata terlambat karena Arkan tak macam-macam pagi ini padanya. Setelah membangunkan suaminya dan memastikan suaminya tersebut masuk ke dalam kamar mandi, Aruna langsung turun ke dapur dan membantu ibu mertuanya menyiapkan sarapan."Kamu baik-baik saja, Run? Perutmu gak kram kah?" Hana bertanya saat Aruna berjalan mendekat dan langsung mengambil pisau untuk memotong buah."Baik, Ma. Semalam agak sakit dan langsung minum obat pereda nyeri. Sekarang sudah baik-baik saja," jawab Aruna. "Baguslah. Mama senang mendengarnya. Ngomong-ngomong, nanti kamu gak akan pergi kemana-mana kan?" Hana bertanya seraya menuangkan sup dari dalam panci ke sebuah mangkuk berukuran besar."Mama tahu sendiri kalau aku tiap hari di rumah," jawab Aruna. Hana tertawa pelan mendengar itu."Kamu benar. Kalau begitu, nanti ikut Mama mau gak? Kita ke salon." "Boleh sih. Tapi, Mas Arkan belum tentu mengizinkan," jawab Aruna. Hana terdiam sesaat kala
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status