Semua Bab Kami Yang Tak Pernah Ada di Hatimu: Bab 51 - Bab 60
90 Bab
51. Rencana Besar
[Siapa kamu?]Kuketik pesan balasan dengan tangan gemetar, mual, jijik, rasanya ingin menghancurkan apapun yang ada di sekitarku. Namun, aku masih menahan diri, beristighfar berkali-kali meredakan degup menyetak di jantung yang seolah hampir meledak.[Siapa kamu?]Lama tak ada balasan.Aku mencoba menelpon nomor tersebut. Lagi-lagi dibiarkan sampai berhenti dengan sendirinya. Hingga lima belas menit kemudian, sebuah panggilan tertuju ke ponselku. Berasal dari nomor lain yang juga tidak tersimpan dalam ponsel. Lekas aku mengangkatnya."Hallo."Suara lelaki."Hallo, siapa kamu?""Kamu tidak perlu tahu siapa aku, yang jelas aku berniat baik untukmu. Kamu lihat video yang kukirimkan ke ponselmu? Suamimu awalnya dijebak, Friska sudah mengincar suamimu semenjak dahulu. Dia selalu meminta seseorang untuk mengatur jadwal dinas berbarengan dengan suamimu, bahkan dia juga meminta orang yang sama untuk membuat mereka sering terlibat dinas luar kota secara bersamaan. Puncaknya hari itu lima tahun
Baca selengkapnya
52. Seperti Itukah Kamu?
"Ini dr.Syaina, mulai hari ini beliau akan bergabung di rumah sakit ini. Mohon dibimbing untuk segala proses pendataan penambahan jumlah karyawannya."Mas Hakim mengenalkanku pada semua yang ada di ruangan administrasi. Tak hanya di sini, lelaki itu juga mengajakku ke beberapa ruangan dan melakukan hal yang sama yaitu mengenalkanku pada semua staf dan para dokter.Setelah lumayan capek berkeliling, lelaki itu mengajakku duduk di kantin. Katanya sambil nunggu jadwal dinas dibuatkan oleh staf yang bertugas mengatur jadwal piket dokter. Dia memulai percakapan."Semoga betah ya kerja di rumah sakit ini."Aku melihatnya berbeda dengan semalam yang lebih banyak diam, ternyata aslinya seorang yang ramah dan humble."In Syaa Allah Mas. Makasih banyak, ya.""Sama-sama. Oya, ini simpan nomork saya. Kalau ada apa-apa ntar bisa langsung hubungi.""Iya, Mas."Kuraih kartu nama yang diserahkan Mas Hakim lalu memasukkan ke dalam dompet. "Anakmu yang semalam udah sekolah?""Udah Mas, hari ini pertam
Baca selengkapnya
53. Talak Untuk Friska
Sial, siapa yang sudah mengirimkan kabar ini kepada Syaina. Sungguh takkan kumaafkan siapapun dibalik peristiwa ini.Kutatap kembali taksi yang telah melaju semakin jauh hingga tak lagi terlihat dalam pandangan. Langkah kini tertarik untuk kembali memasuki mobil. Sebelum berhasil menjalankan kendaraan ini, aku terhenyak saat melihat tas milik Syaina ketinggalan di tempat duduk.Penasaran dengan keberadaan ponsel, aku mencoba mencari dalam tas tersebut. Benar saja, ada di sana. Lekas kukeluarkan benda pipih yang sudah sehari semalam tak kusentuh itu. Lalu mengaktifkannya.Banyak pesan masuk. Terutama dari Friska, semuanya kuabaikan begitu saja. Hanya satu pesan yang membuat tanganku dengan cepat menekan tombol panggilan."Hallo."Panggilan tersebut langsung tersambung."Hallo Mas, saya hanya mau konfirmasi hasil temuan saya kemarin."Iya, gimana?"Sangat penasaran siapa yang sudah menyebarkan video itu, dua telinga ini siap mendengar."Pelakunya wanita bernama Putri Renjani. Dia salah
Baca selengkapnya
54. Kejujuran Yang Menyakitkan
Dalam Islam pernikahan adalah sesuatu hal yang sangat sakral dan apabila hubungan tidak dapat dilanjutkan maka harus diselesaikan secara baik-baik. Perceraian memang tidak dilarang dalam agama Islam, namun Allah membenci sebuah perceraian. Bercerai adalah jalan terakhir ketika terjadi permasalahan dan saat semua cara telah dilakukan untuk mempertahankan rumah tangga, namun tetap tidak ada perubahan.Rasulullah bersabda, “Istri mana pun yang meminta cerai kepada suaminya tanpa alasan, maka aroma surga diharamkan baginya."***"Baiklah Syaina, Mas akan jujur semuanya."Mas Rian bersiap untuk jujur, entah kenapa di sini aku jantungku semakin berdegup kencang."Sebelum menikah Mas sudah katakan padamu, Mas ini banyak dekat dengan beberapa wanita. Tapi saat menikah, Mas sudah berjanji untuk hanya mencintai kamu dan meninggalkan kebiasaan Mas semasa muda. Tapi nyatanya godaan itu datang."Seperti ada yang menghunus jantung dengan kuat, aku merasa sakit mendengarnya berkata. Ragu-ragu dia me
Baca selengkapnya
55. Sepakat Untuk Berpisah
Mas Rian tampak terhenyak, akupun yang mendengar ucapan papa sangat tak menyangka jika papa sampai mengusir Mas Rian dari rumah ini.Lelaki yang masih berstatus suamiku itu menatap diri ini, mungkin dia berharap agar aku mencegah kebrutalan papa. Tapi sayangnya aku justru memilih kembali masuk ke kamar."Tunggu apa lagi?" "Saya bisa menjelaskan semuanya, Pa."Aku masih mendengar pembelaan yang diajukan Mas Rian, bahkan sengaja tidak menutup rapat pintu kamar agar bisa mendengar percakapan mereka selanjutnya."Sudah Nak Rian, sebaiknya untuk saat ini Nak Rian pergi ke tempat lain. Biarkan situasi di rumah ini menjadi dingin baru nanti bicarakan lagi apa yang mau dijelaskan," ucap mama lembut.Mas Rian pun akhirnya patuh dan angkat kaki dari rumah ini. Selepas kepergian suamiku itu, diri ini terduduk di atas lantai, tak bisa kucegah air mata kembali berderai di kedua pipi. Bayang pengakuan Mas Rian kembali terlintas di benak."Aku nggak kenal lagi siapa kamu Mas? Aku benar-benar nggak
Baca selengkapnya
56. Malangnya Nasib Pelakor
Flash backSuasana rumah tampak sepi, perlahan aku menuruni mobil lalu berjalan memasuki kediaman Friska. Karena punya satu kunci cadangan, jadi tanpa menekan bel tubuh ini sudah bisa berada di dalam rumah.Aku melanjutkan perjalanan sampai di depan kamar, lalu membuka pintu. Friska yang mendapati keberadaanku seketika menangis kencang."Tolong aku Mas, aku mengalami perdarahan."Tak pelak dengan seketika aku berhamburan ke atas ranjang dan mengecek kebenaran ucapannya. Betapa terhenyaknya diri ini setelah memastikan dan benar mendapati Friska mengalami perdarahan."Kenapa sampai begini, kenapa tak mencari bantuan?" tanyaku berapi-api melihat dia seperti hanya pasrah menerima takdir. Padahal seyogyanya sebagai seorang dokter, dia sudah familiar dengan penanganan awal pada keadaan seperti ini tapi kenapa justru sebaliknya."Aku tak kuat berjalan."Kupejamkan mata sejenak."Sejak kapan kamu mengalami hal ini?""Baru beberapa menit yang lalu Mas, semenjak tadi malam cuma merasa nggak ena
Baca selengkapnya
57. Semua Telah Usai
Setelah berbicara dengan Mas Rian kemarin, akhirnya niatku untuk mengajukan gugatan cerai semakin mantap. Padahal sebelumnya, beberapa kali mama terus bertanya kepastian tentang hal ini. Dan aku masih terus saja berwacana tanpa melakukan tindakan. Tapi hari ini hal itu benar-benar kupenuhi.Setelah selesai mengajukan gugatan cerai di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, kusempatkan diri untuk singgah ke rumah yang dahulu menjadi istana terindah yang dibangun oleh Mas Rian untukku dan anak-anak.Dalam gugatan cerai aku hanya memasukkan perihal hak asuh anak tanpa menggugat harta gono gini maupun nafkah untuk ketiga anak kami. Sebab saat berbicara kemarin dengan Mas Rian, dia memang sudah memberikan rumah kepadaku. Sebab itu agar rumah ini tetap kokoh, aku menyewa jasa bersih-bersih yang setiap harinya datang untuk membersihkan halaman serta bagian dalam rumah.Jika melihat rumah ini, jujur ada rasa sedih yang menganga di dalam dada. Betapa banyak kenangan yang aku dan Mas Rian bangun di s
Baca selengkapnya
58. Arti Kesepian
Rasanya tak pantas seorang dokter spesialis diletakkan di desa terpencil yang letaknya bahkan ada di balik lembah dan perbukitan. Sungguh tak pernah kudengar dalam sejarah. Tapi itulah yang kualami kini.Ditugaskan sebagai penanggung jawab pada puskesmas pembantu yang baru dibangun di Kampung Sodong adalah hal mustahil yang kini kualami.Untuk sampai ke desa yang mayoritas penduduknya adalah lansia ini, aku terpaksa menaiki sepeda motor sebab jalanan yang ditempuh untuk sampai ke desa tersebut terbilang cukup ekstrem.Meski jalan sudah dicor semen, terapi pinggirannya masih ditumbuhi lumut. Hal ini membuat jalan menjadi licin. Sebuah hal yang harus kubayar mahal karena kesalahanku pada Syaina.Mendekati permukiman penduduk, jalan menjadi tanah berbatu. Luar biasanya tiba-tiba hujan turun, jalan menjadi sangat licin. Aku bahkan sampai harus berpegang kuat pada tukang ojek yang mengantar sampai di kampung itu.Setelah melalui perjalanan dua jam dari puskesmas Banyumas, akhirnya aku samp
Baca selengkapnya
59. Hanya Sebatas Mantan
Aku menarik napas panjang, ada yang terasa menusuk di dalam dada melihat Syaina kini mulai membuka hati untuk lelaki lain. Padahal kami sah bercerai belum tiga bulan.Dengan lesu kubalikkan tubuh lalu kembali menaiki mobil. Kendaraan roda empat yang kunaiki pun melaju di atas jalanan, membawa pulang ke kampung yang serasa masih menjadi mimpi.Sampai di rumah, tidak banyak yang kulakukan selain menghabiskan waktu di dengan berbaring. Hingga kepala desa mengajakku ikut bersamanya, berkebun. Awalnya aku menolak dan berpikir akan lebih tenang di kamar beristirahat. Tapi semua berubah ketika bayang Syaina terus mengusik hati. Kuiyakan ajakan Pak Maman dan ternyata berkebun memang membuat tubuh lebih bersemangat. Usaha membakar lemak serta membuang energi kotor."Bapak dapat hasil berapa dari berkebun begini, Pak?" tanyaku penasaran. Di kebun yang dia kelola ada tanaman jagung dan kacang hijau. "Ini hanya selingan saja Pak Dok. Biasa begini ini cuma sekali dalam setahun sesaat setelah sel
Baca selengkapnya
60. Ngajak Rujuk
"Maaf untuk kesalahan yang mana?"Kutanggapi permintaan maafnya dengan nada jengkel. Dahulu saat masih bersama, dia jarang sekali meminta maaf. Karena yang kutahu, dia tak pernah berbuat salah. Tapi setelah satu kesalahannya terbongkar, semua kesalahan yang lain ikut terbongkar. Dan permintaan maaf yang dia ajukan terasa seperti bualan angin semata.Minta maaf, lalu akan melakukan kesalahan lain. Apakah saat ini setelah berpisah pun seperti itu?"Maaf karena tak berterus terang soal penempatan tempat kerja."Aku menghela napas panjang. Masih suka berdusta, apa karena saat ini dia sudah punya wanita lain di kota ini yang ingin dirahasiakan padaku dan Aa?"Mas nggak perlu minta maaf padaku, karena mau ditempatkan dimanapun untuk aku emang udah nggak ada masalah lagi. Hanya saja masalahnya ada di Aa. Dia itu selalu nanyain kamu, Mas. Dia selalu menunggu kedatangan Papa yang sangat ia banggakan, tapi pada kenyataannya bahkan janji pun bisa kamu batalkan," jawabku tanpa menatapnya. "Mas m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status