All Chapters of AMPUNI AKU YANG PERNAH BERZINA SEASON 2: Chapter 51 - Chapter 60
74 Chapters
Bab 51
Ken terlelap dengan dengkuran halus terdengar dari mulutnya. Sementara itu, Kinan malah tidak bisa memejamkan matanya. Memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya, bagaimana jika sang suami kembali tergoda dengan wanita lain? Bagaimana jika Miranda kembali datang dan menggoda lagi?“Aargh!” Kinan menutupi wajahnya sambil menggeleng. “Jangan sampai terjadi, ya, Tuhan,” gumamnya. Lalu, dia berbalik dan menatap Ken dalam diam. Wajah Kinan memerah saat mengingat kejadian tadi. Ken benar-benar membuatnya melayang ke langit ketujuh, meski akhirnya tetap harus merasakan sakit yang luar biasa.‘Aku tidak tau apakah semua laki-laki seperti itu, ya? Abang bisa lama sekali mainnya. Mana sakit banget,’ gumamnya dalam hati. Kalau tidak mengingat itu sebuah kewajiban, mungkin Kinan tidak akan mau melakukannya sampai kapan pun.Kinan menyentuh hidung bangir itu dengan jarinya. Telah lama dia ingin melakukan itu, menyentuh suaminya dengan sayang. Dia tertawa tanpa suara. Merasa lucu dengan kepolos
Read more
Bab 52
“Eemmh, aku mau sholat dulu, Abang. Udah siang ini. Aku juga laper banget.” Kinan terlihat memelas.Meskipun Ken ingin memangsa lagi, tetapi hatinya tak tega. “Ya sudah. Sana sholat sama makan dulu, habis itu siap-siap lanjut ronde selanjutnya,” katanya dengan santai. Namun, bisa membuat Kinan ketar-ketir.“Abang ih, apa nggak cape?” ucap Kinan yang sudah terpojok. Ken hanya tersenyum sambil menyampirkan rambut Kinan yang menghalangi wajahnya.“Biasa aja,” jawab Ken sambil mengangkat dagu Kinan dengan jarinya hingga wajah polos itu mendongak. Ken lalu melumat bingkai indah itu. Jika saja Kinan tak mendorongnya mungkin Ken malah akan melanjutkan pertarungan di sana.“Abang, ih. Aku, kan udah wudhu.” Kinan menggerutu. Namun, Ken malah terlihat senang telah mengerjai istrinya. Daripada dikerjai terus menerus, Kinan lebih memilih untuk wudhu di luar.Dia mengerjakan sholat Subuh yang sangat kesiangan dengan agak tergesa. Kakinya terasa semakin gemetar saking lemas. Apalagi di dapur sepert
Read more
Bab 53
“Wah, boleh lah, Bun. Udah lama nggak makan masakan Bunda.” Ken yang sedang mengobrol dengan Hendro lantas bangkit dan menuju ruang makan.“Abang, bukannya tadi udah makan waktu di jalan?” Kinan coba mencegah.“Itu, kan, udah lama. Nyetir itu butuh tenaga, Kinan. Iya, kan, Bun?” ujar Ken yang sudah duduk di sana. Za lalu memberi isyarat pada Kinan agar menemani suaminya makan.“Iya, dong. Kalian itu harus banyak makan, biar fit. Biar cepet ngasih cucu buat kami,” katanya diiringi tawa.Kinan dengan berat hati ikut juga ke meja makan dan mengambilkan nasi dan tongseng kambing untuk sang suami.“Wah, pasti jos ini,” gumam Ken yang mulai mengambil sendok dan menyicip kuah tongsengnya. Kinan justru memberengut.“Ayo, ikut makan, Kinan,” kata Za menepuk kursi di depan Ken.“A-aku, masih kenyang, Bun.” Kinan senyum dengan terpaksa.“Halah, ayo, makan aja barang sedikit. Temenin suamimu,” ucap Za sembari menekan pundak Kinan agar segera duduk.“I-iya, Bun.” Kinan pun mau tak mau terpaksa i
Read more
Bab 54
“Kenapa?” tanya Ken tertawa pelan melihat istrinya merem. Kinan menggeleng dengan tangan terus memijat.“Terus naik,” pinta Ken. Kinan pun melakukan sesuai perintah dengan mata yang masih terpejam.“Iya, terus,” pintanya lagi. Tangan Kinan terus naik sesuai permintaan. Hingga akhirnya dia menjerit kaget karena menyenggol sesuatu yang keras di sana.“Kenapa takut?” ucap Ken yang menahan tangan Kinan agar tetap berada di sana.“A-bang,” ucapnya sambil menggeleng, tetapi bukannya dilepaskan, Ken malah menarik Kinan hingga jatuh tepat di atasnya.“Katanya nggak akan ‘itu’,” ucap Kinan dengan wajah cemberut.“Iya, itu tadi, sebelum kamu pegang-pegang ke sana. Sekarang karena dia udah bangun, kamu harus tanggung jawab bikin dia tidur lagi,” bisik Ken dengan napas yang memburu.“Iih, Abang licik. Tadi, kan, Abang yang nyuruh aku pijit ke sana-sana,” rengeknya. Ken malah tertawa melihat wajah polos istrinya. Dia lalu melepaskan jilbab dari kepala Kinan dan menaruhnya di atas meja kecil di sam
Read more
Bab 55
Satu bulan berlalu.Kinan bergegas pulang saat mata kuliah usai. Langit lagi-lagi sedang tidak bersahabat akhir-akhir ini. hujan selalu datang di sore hari.“Hai, Kinan. Mau hujan, aku antar saja,” tawar Dony yang tampak menjejeri langkah gadis itu, diiringi tatapan heran juga cemburu dari Sesyl.“Mmh, tidak usah, Pak. Saya bisa pulang sendiri,” sahut Kinan.“Ini sudah mulai hujan. Jangan sampai kamu sakit lagi seperti waktu itu.” Dony terdengar sedikit memaksa.“Insyaallah saya tidak akan kehujanan, Pak. Soalnya sekarang saya udah berani bawa mobil sendiri,” ujar Kinan seraya menunjukan kunci mobilnya pada Dony. Lelaki itu terperangah sesaat, begitu juga dengan Sesyl.“E-elu, udah bisa bawa mobil?” tanya Sesyl kaget. Kinan mengangguk.“Abang yang ajarin waktu sakit dulu,” jawabnya polos.“Lho, sakit kok, malah belajar nyetir? Itu sangat berbahaya, Kinan,” tegur Dony. Kinan pun hanya tertawa pelan.“Dasar suami tidak bertanggung jawab,” gumam Dony pelan.“Wah, kalau gitu, gue ikut ya,
Read more
Bab 56
“Ibu tidak apa-apa?” tanya Kinan khawatir. Wanita tua itu menggeleng.“Maaf, ya, Bu. Saya tidak hati-hati,” ucap Kinan dengan badan diguyur air hujan. Wanita tua itu mengangguk lalu meneruskan langkahnya. Kinan pun kembali ke mobilnya dengan badan yang basah kuyup.Saat tiba di rumah terlihat mobil Ken sudah terparkir di garasi. Kinan pun gegas turun dari mobilnya dan masuk lewat pintu samping.Ken yang sedang berdiri memegangi ponsel di telinganya sontak menoleh dan menautkan alisnya. Sepertinya tadi dia sedang menerima telepon dari seseorang. Namun, dia gegas matikan saat tahu jika Kinan sudah sampai di rumah.“Kinan? Kamu nggak bawa payung?” tanyanya heran karena tubuh istrinya sudah basah kuyup. Kinan bukannya menjawab, dia malah berlalri menghambur lalu memluk Ken dari belakang, lengkap dengan baju basahnya.“Abang jangan pergi. Abang jangan berubah lagi,” rengeknya mulai terisak. Ken menautkan alisnya tak mengerti dengan yang dibicarakan oleh istrinya.“Maksud kamu apa?” Ken b
Read more
Bab 57
“Jangan pergi,” ucapnya lirih dan membuat hati Ken terasa pedih.**Hari ini Kinan kuliah pagi. Entah kenapa tubuhnya terasa sedikit aneh. Kepalanya berat dan perutnya mual. Namun, dia harus kuliah karena hari ini ada ujian.Mata kuliah pertama dia harus bertemu Dony, namun sebisa mungkin dia menghindar dari dosen ganteng itu. Dia tak ingin berdekatan apalagi memberi harapan pada lelaki itu. Dirinya bukan wanita singel. Dia sudah menjadi istri orang.“Elu kenapa? Tumben amat duduk di belakang? Ini, kan, pelajarannya Pak Dony, gue justru mau duduk paling depan biar bisa melihat kegantengannya yang paripurna,” ucap Sesyl merasa aneh pada Kinan yang selalu duduk paling depan.“Nggak, aku lagi pengen di belakang. Kurang enak badan,” jawab Kinan yang memang merasa kurang fit. Setiap kali ada orang yang memakai parfum, perutnya terasa mual.“Ya udah, tapi gue di depan, ya. Pengen memandangi … Bapak Dony …,” ucap Sesyl dengan lebay. Kinan melemparnya dengan ballpoint. Namun, Sesyl gegas men
Read more
Bab 59
Ken hendak melangkah mendekati istrinya. Namun, Kinan mengangkat tangannya untuk memberi isyarat agar Ken tetap di sana.“Jangan mendekat. Aku tidak mau berdekatan dengan manusia licik sepertimu,” sergah Kinan.“Kinan, aku bisa jelaskan,” pinta Ken dengan wajah menyesal. Namun, wanita itu sama sekali tidak mau lagi mendengarkan.“Tidak ada yang perlu dijelaskan. Semua sudah jelas bagiku sekarang.” Kinan mundur perlahan. Ken menggeleng pelan.“Ayo kita bicara,” ajaknya lagi.“Bicara apa? Agar aku tidak mengatakan semua ini pada orang tuamu? Kamu tidak ingin mereka tau dan mengambil lagi semua uang dan fasilitas yang sudah mereka kembalikan padamu?” cecar Kinan. Ken menggeleng pelan.“Tenang saja. Aku tidak akan mengatakan apapun pada mereka. Kamu tidak perlu takut akan kehilangan uang dan jabatan kamu.”“Tidak, Kinan, bukan begitu. Aku … aku ….” Ken seolah ragu untuk mengatakan sesuatu dalam hatinya yang sudah bergelora sejak lama.“Aku tidak akan membiarkanmu menderita karena kehabisa
Read more
Bab 59 B
“Kamu ke mana? Tolong jawab teleponku,” gumamnya sambil terus-terusan menghubungi nomor ponsel sang istri. Namun nihil, nomor itu tak bisa dihubungi.**Sementara itu di lain tempat, Kinan terus berlari menembus hujan. Napasnya berat karena terhalang air yang mengguyur tubuhnya terus menerus. Kinan sengaja mencari jalan tikus agar bisa berteduh di pos ataupun rumah yang dilaluinya.Setelah berada di jalan raya, Kinan menyetop taksi yang kebetulan lewat. Sayang, taksi itu berpenumpang dan Kinan pun mundur kembali untuk berteduh.Semakin malam hujannya semakin membesar. Kinan memeluk tubuhnya yang menggigil kedinginan.Wajahnya menoleh ke jalanan saat terdengar bunyi klakson dan sebuah mobil menepi tak jauh darinya. Kaca jendelanya turun dan memperlihatkan wajah Dony di sana. tak lama pintunya terbuka dan laki-laki itu turun dari sana dengan sebuah payung besar.“Kamu kenapa di sini?” tanyanya heran. Kinan bergeming. Dia tak menjawab sepatah kata pun.“Ayo, ikut aku,” ucap Dony sambil m
Read more
Bab 60
Pagi-pagi buta Kinan bangun hendak melaksanakan sholat. Namun, tidak ada mukena yang bisa dipakainya. Dia lalu memindai sekeliling. Hanya selimut tipis putih itu yang sepertinya bisa membantu. Kinan pun melaksakanan sholat dengan selimut yang menutupi rambut hingga kakinya.“Kinan?” terdengar suara Dony dari luar sambil mengetuk pintu. Sepertinya dia tahu jika Kinan sudah bangun.“I-iya, Pak,” jawab Kinan yang selesai melaksanakan sholat.“Ayo sarapan dulu,” ajaknya. “Sekalian bawa baju kamu yang basah, biar aku cucikan.” Dony kembali berkata.“Eh?” Kinan baru ingat jika semalam dia menyimpan baju basahnya di kamar mandi.“Biar sama saya aja nyucinya, Pak,” ujar Kinan yang menongolkan kepalanya.“Sini biar sama saya aja.” Dony kembali memaksa. Namun, Kinan bersikukuh ingin mencuci sendiri.“Baiklah. Bawalah bajumu pakai ini,” kata Dony yang memberikan wadah kepada wanita itu. kinan pun menerima dan membawa baju basahnya.“Sini,” ajak Dony melangkah menuju ke bagian belakang. Ternyata
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status