Semua Bab Pembalasan Dendam Istri TKI: Bab 51 - Bab 60
106 Bab
Bab 51 Aura
Rudi hanya bisa terdiam mendengar cerita Saka. Ia bisa melihat selintas rasa penyesalan dalam mata pria itu. Tapi, sedetik kemudian, raut wajah Saka sudah berubah seperti semul. Seolah semua terjadi bukan karena kehendaknya. “Apakah kamu menyesal sudah memukul anakmu?”Tanya Rudi berusaha mencari setitik hati nurani yang tersisa dalam hati Saka. Pria di sebelahnya menganggukan kepala. “Tentu saja aku sangat menyesal. Jika saat itu aku tidak memukul Tiara, aku tidak akan mendekam di penjara. Aku akan berpisah secara baik-baik dengan Mutia dan bisa mendapatkan harta gono-gini dari hasil kerja Mutia selama bekerja di luar negeri.”‘Bukan itu maksud pertanyaanku.’ Batin Rudi prihatin. Namun, mulutnya masih bungkam. Rudi tidak mengatakan semua pemikirannya mendengar cerita Saka yang justru membahas kembali tentang harta.“Lalu, bagaimana dengan istri keduamu? Apa dia masih kabur sampai sekarang?” Tanya Rudi mengalihkan percakapan. Saka menghela nafas lalu menganggukan kepalanya.“Masih. Ak
Baca selengkapnya
Bab 52 Masa Lalu Rudi
Anak-anak di ajak pergi ke taman bermain dekat panti asuhan. Di taman bermain itu ada berbagai permainan. Mulai dari ayunan, jungkat-jungkit, seluncuran dengan berbagai bentuk dan masih banyak lagi. Ada lima perawat yang mengawasi tujuh anak balita dan batita yang sedang bermain.Sedangkan anak-anak yang sudah cukup besar hanya di beri pengertian agar tidak bermain terlalu jauh dan harus saling menjaga. Di antara para pengawas, ada Bu Tari yang sedang menuntun tangan kecil Rasya untuk naik ke atas seluncuran. Anak-anak yang lebih besar berteriak dari atas. Membuat gelak tawa Rasya semakin kencang.Meskipun tengah mengawasi Rasya dan anaak-anak panti lain yang sedang bermain. Pandangan Bu Tari tidak bisa lepas dari dua pria yang tengah mengikuti mereka. Ia berbisik pada perawat yang ada di sampingnya. Perawat itu menganggukan kepala lalu berjalan ke arah dua pria itu.Bu Tari dapat melihat kedua pria itu tengah kaget karena perawat yang berjalan ke arah mereka. Namun, wajah mereka berd
Baca selengkapnya
Bab 53 Anak-anak
Pagi ini aktivitas di dalam penjara berjalan seperti biasa. Di awali dengan sholat subuh lalu olahraga pagi. Masuk kembali ke dalam kantin penjara untuk sarapan. Bagi yang ingin melakukan kegiatan lain untuk mengisi waktu, akan pergi ke gedung sebelah. Bagi yang tidak, maka akan berdiam diri di dalam sel penjara.Seperti yang di lakukan Saka pagi ini. Ia tidak ingin melakukan kegiatan apapun. Karena kemarin Saka sudah ikut kursus, hari ini jadwalnya Saka untuk libut. Maka, Saka hanya mendekam di sel penjaranya sambil membaca buku yang di pinjamkan Rudi. Sedangkan temannya itu, sekarang berada di bengkel yang berada di dalam penjara. Untuk memulai pelatihan bagi tahanan yang ingin mendapatkan bekal pekerjaan.Tok…Saka dan tahanan lain menolehkan kepala. Terlihat sipir yang melihat ke dalam sel seperti mencari seseorang. “Apa ada yang melihat Pak Rudi?” Tanya sipir penjara itu dengan nada bosan. “Rudi sedang berada di bengkel.” Jawab Saka.“Terima kasih.” Sipir itu berlalu pergi. Saat
Baca selengkapnya
Bab 54 Liburan
Sore itu, toko Mutia masih terlihat sibuk seperti biasa. Rani yang baru datang pukul dua segera membantu untuk mengobras pakaian. Sedangkan tiga karyawan barunya yang memutuskan untuk bekerja sejak pagi sudah duduk di depan mesin jahit setelah istirahat sholat dan makan. Tiga karyawan lain juga memegang pekerjaan mereka.Ada lima mesin jahit dan tiga mesin obras yang berjejer di dalam toko itu. Setiap karyawan sudah mendapatkan bagian mereka. Termasuk dengan Rani yang di tunjuk untuk menjadi asisten Mutia. Bunyi telpon yang berdering membuat kegiatan Rani yang tengah mengobras pakaian terhenti sejenak. Gadis itu mengangkat hp khusus milik toko yang ada di atas mesin jahitnya.“Halo.Dengan Toko Mutia di sini. Ada yang bisa saya bantu?” Mutia yang baru saja masuk ke dalam tokonya duduk di balik meja kasir untuk melihat data pesanan. Wanita itu juga menghitung uang di kasir yang terkunci. Hanya ia dan Rani yang bisa mengambil uang di loker meja Mutia.“Apa? Di Bali. Saya tanyakan dulu sa
Baca selengkapnya
Bab 55 Kerja dan Liburan
Tiara hanya mengeluarkan pakaian secukupnya. Gadis remaja itu sangat bersemangat karena akan pergi berlibur ke Bali bersama sang Ibu dan Utinya beserta para karyawan yang bekerja pada Mutia. Sayang sekali Zaki tidak bisa ikut karena tidak bisa libur terlalu lama. Padahal Mutia sangat ingin sang adik ikut dengan liburan mereka kali ini.“Mandi dulu Ra. Setelah itu kita makan malam.”“Iya Bu.”Senda gurau memenuhi ruang makan yang merangkap sebagai dapur di rumah itu. Tiara yang penasaran dengan biaya liburan mereka bertanya darimana sang Ibu mendapatkan uang sebanyak itu. Rupanya Mutia mengambil seperempat uang tabungan di toko emas.“Alhamdulillah investasi emas yang Ibu tabung setiap bulan hasilnya sangat banyak. Jadi, kita bisa pergi liburan bareng. Belum tentu nanti saat Mutia semakin besar kita di beri kesempatan untuk pergi keluar pulau.” Kata Mutia menjawab keheranan sang putri.Tiara memang sudah tahu bahwa Ibunya menabung setiap bulan dari hasil pekerjaannya di toko. Uang tabu
Baca selengkapnya
Bab 56 Bertemu
Mutia mengajak keluarganya dan para karyawan mampir ke sebuah restoran franchise. Karena hanya restoran ini yang membuat Mutia yakin jika semua sajian yang mereka makan adalah makanan halal. Mutia baru akan mengajak rombongannya makan di restoran lokal nanti malam. Tentu saja setelah memastikan menu restoran yang akan mereka datangi bisa di konsumi oleh orang muslim. Hal itu dapat di ketahui dari review para pelanggan di situs internet.“Maaf ya Rani, semuanya. Jauh-jauh datang ke Bali kita makan di sini dulu.” Rani dan karyawan lainnya justru terkekeh karena perkataan Mutia.“Mbak Mutia nggak usah sungkan. Ini justru pertama kalinya bagi kami makan di restoran ini. Meskipun Mbak Mutia sering membelikan lewat go*** sih.” Rani menganggukan kepala setuju dengan ucapan temannya. Mutia ikut tertawa bersama para karyawannya.Ketujuh karyawan yang ikut bekerja dengannya termasuk Rani, adalah orang-orang tidak punya atau dalam taraf ekonomi rendah. Meskipun Mutia sudah memberikan gaji setiap
Baca selengkapnya
Bab 57 Cerita Untuk Dini
Saat mobil sudah sampai di garasi villa, Sekar dan Dini tidak langsung turun dari mobil. Karena Aji masih duduk di balik kursi kemudi dengan nafas yang terdengar memburu. Sekar memberanikan diri mengulurkan botol air yang sudah ia campur dengan benda tertentu pada Aji.“Di minum dulu mas. Baru kita bicara.” Sekar merutuk dalam hati karena tidak bisa menyembunyikan getar dalam suaranya. Tanpa mengatakan apapun, Aji menyambar botol air yang di ulurkan Sekar lalu meminumnya hingga tandas.Wanita itu menunggu dengan dada berdebar. Ia melihat spion kecil yang memperlihatkan bagian mata Aji. Pandangan suami sirinya itu terlihat kosong. Dini yang melihat sikap Aji yang aneh hendak bicara, tapi segera di tahan oleh Sekar. Tubuhnya sudah maju agar bisa berbisik tepat di telinga sang suami.“Kejadian hari ini bukan kesalahanku dan Dini. Melainkan karena kelalaian semua pengawalmu. Jadi, yang harus di salahkan adalah mereka. Bukan aku dan Dini. Apakah kamu paham mas?”Tubuh Dini seketika merasa
Baca selengkapnya
Bab 58 Wisata
Setelah makan di restoran mereka pergi ke pasar terkenal yang banyak di datangi para turis. Mutia lalu mengajak keluarga dan para karyawannya untuk pulang ke hotel usai membeli barang berupa oleh-oleh dari pasar itu.. Malam ini mereka akan makan malam spesial di atas hotel yang terkenal itu. Lalu keesokan harinya mereka akan check out untuk pergi ke penginapan yang lebih murah.Sejak kepulangan mereka ke hotel, Mutia masih merahasiakan pertemuannya dengan Sekar dari Bu Surti dan Tiara. Wanita itu ingin agar kebabahagiaan mereka malam ini tidak terusik dengan kabar kehadiran Sekar di pulau dewata ini. Makan malam yang spesial dengan makanan lokal yang bisa di sesuaikan dengan selera pengunjung, membuat Mutia dan rombongannya merasa sangat senang.Makan malam baru usai pukul sembilan tepat. Mutia mengajak Bu Surti dan Tiara untuk masuk ke dalam kamar. Ia membebaskan karyawannya yang masih ingin menikmati penampilan musik dari band cafe atap itu. Hanya Rani dan Ibunya yang ikut dengan Mu
Baca selengkapnya
Bab 59 Aji dan Hadi
“Assalamualaikum.” Sapa suara seorang pria membuat Pak Ustad dan Bu Tari yang tengah makan malam bersama kedua anak remaja mereka menoleh. Suara itu terdengar sangat familira di telinga mereka.“Waalaikumsalam.” Jawab Pak Ustad dan keluarganya secara serentak. Bu Tari bangkit dari kursinya untuk berjalan ke depan. Ternyata di ruang tamu sudah berdiri dua pria dewasa. Salah satunya sangat Bu Tari kenali. “Ya Allah Aji. Baru sampai?” Tanya Bu Tari pada keponakannya itu. Langkah kakinya mendekati sang keponakan dan pria lain yang sedang duduk di sofa ruang tamu.“Iya Bulek.” Pria yang di panggil Aji itu menyalami tangan Bu Tari. Pak Ustad dan kedua anaknya yang mendengar percakapan mereka dari ruang makan ikut keluar lalu bersalaman dengan Aji dan temannya.Pak Ustad mengajak keponakan dan temannya itu untuk makan malam bersama mereka. Di meja makan, Aji memperkenalkan temannya yang berprofesi sebagai polisi bernama Hadi. Teman Aji inilah polisi yang sedang mengincar suami siri Sekar. M
Baca selengkapnya
Bab 60 Lapisan Rencana
“Nanti, kita jadi pergi ke taman hiburan kan mas? Kasihan Dini sudah lama nggak bermain di luar." Sekar bergelayut manja di tangan Aji. Mereka kini sedang berada di dalam bioskop mini yang terletak di dalam rumah Aji. Menonton film bersama. Hal yang menjadi rutinitas Aji dan Sekar selama pria paruh baya itu tinggal di villa.“Jadi dong sayang. Nanti kita berangkat jam tujuh. Atau berangkat nanti siang saja supaya aku bisa puas main sama kamu.” Sekar terkikik geli mendengar rayuan suaminya. Wanita itu menyandarkan kepalanya ke bahu Aji dengan senyum puas.Tanpa Sekar sadari dua belas jam lagi dia tidak akan bisa menikmati semua fasilitas di rumah ini. Pengacara Aji juga tidak memberi tahu jika pria itu telah di gugat ceria istri sahnya. Pengacara Aji juga tidak menceritakan hal itu pada Sekar. Karena Aji pernah bercerita pada sang pengacara ia memang tidak mau membawa pernikahannya dan Sekar untuk di sahkan secara negara.Bagi Aji Wijaya, Sekar hanya menjadi tempatnya untuk mencuci uan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status