All Chapters of Di Antara Dua Pilihan : Chapter 41 - Chapter 50
147 Chapters
Part 41 Peristiwa di Hari Idul Fitri 2
Beberapa rekan yang muncul dari ruang belakang ikut bergabung di sana. Ada dua pria dan tiga wanita. Mereka membahas tentang kedatangan beberapa wanita yang tengah mengandung dan ingin menitipkan anaknya di yayasan. Orang-orang itu tidak sanggup untuk merawat anak-anak yang bakal dilahirkan. Bayi yang hadir dengan berbagai cerita, tentunya bukan anak yang direncanakan kehadirannya."Kita nggak bisa nampung lagi, Mas. Kita kekurangan tenaga pengasuh. Kita sudah ditegur dinas sosial kalau kita nggak boleh lagi menerima bayi. Sudah terlalu banyak anak-anak terlantar kita tampung di sini. Khawatir saja kalau kita tidak maksimal memperhatikan mereka," kata salah seorang gadis yang ikut mengurus yayasan."Ya, sebaiknya kita arahkan dua wanita itu langsung ke yayasan lain atau ke dinas sosial saja. Jangan memaksakan untuk menerimanya di sini. Kita sudah kehilangan dua orang pengasuh karena mereka akan wisuda sarjana bulan depan. Lagipula biar jadi pembelajaran bagi wanita-wanita itu, Mas. Bi
Read more
Part 42 Maaf 1
Aksara duduk di bangku logam depan ruang IGD. Pak Kyai, Bu Haji, Alim dan istrinya tampak sangat khawatir dan cemas. Putra sulung Pak Kyai mondar-mandir di koridor depan IGD. Aksara serba salah. Hendak pamitan juga tidak enak hati melihat mereka semua tegang dan gelisah. Padahal dirinya juga kepikiran dengan istri dan mamanya di rumah. Mungkin kakaknya pun sudah sampai di rumah sekarang.Seorang dokter berwajah oriental keluar dari ruang IGD. Dialah dokter non muslim yang piket jaga pada pagi raya.Wajahnya sangat tenang dan ramah saat memberitahu kalau Hafsah sudah siuman dan bisa di jenguk ke dalam. Keluarga Pak Kyai bernapas lega. Mereka bergantian masuk ke dalam ruang IGD untuk menemui Hafsah. Aksara masih diam menunggu di tempat duduknya.Setelah Pak Kyai, Alim, dan Bu Haji keluar, Aksara bangkit untuk menghampiri. Inilah kesempatannya untuk bersalaman mohon maaf di hari nan fitri sebelum dia pamitan pulang."Saya mohon maaf lahir batin atas segala kesalahan dan kekhilafan saya,
Read more
Part 43 Maaf 2
Selesai sungkem dengan sang mama, ganti Johan yang lebih dulu menarik lengannya. Kemudian memeluk erat sang adik dan meminta maaf terlebih dahulu sebelum Aksara yang bicara. Selama ini dia sadar telah banyak menyusahkan sang adik. Marisa masih sabar menunggu sampai Aksara selesai bersalaman dengan Mahika. Setelah itu keduanya saling pandang. Marisa yang netranya berkaca-kaca meraih tangan sang suami untuk diciumnya. Aksara menarik tubuh Marisa untuk dipeluk. Untuk beberapa lama mereka saling berpelukan dan ditinggalkan berdua oleh mama dan kakaknya di ruang keluarga. Bu Arum, Mahika, dan Johan yang menggendong Ubed pergi ke ruang makan."Maaf, tadi ninggalin kamu di Masjid," kata Aksara masih dalam posisi mendekap istrinya."Nggak apa-apa. Sekarang bagaimana keadaan Mbak Hafsah?""Sudah siuman.""Sakit apa dia?""Mas, nggak tahu.""Hmmm, ayolah kita makan. Kami udah kelaparan ini," teriak Mahika pada pasangan yang masih berpelukan.Marisa segera melepaskan dekapan Aksara. Wajahnya m
Read more
Part 44 Cemburu 1
Marisa sibuk membantu Mahika di dapur, para kerabat yang datang baru saja pulang. Banyak piring kotor menumpuk dan harus segera dibereskan. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam."Mbak, tinggalin aja biar aku yang bereskan. Temani Ubed dan Mas Johan. Besok sore kalian sudah berpisah lagi, lho," kata Marisa pada Mahika."Nggak apa-apa. Kami masih bisa bertemu saat aku membesuknya bulan depan. Hampir tiap bulan kami berjumpa, Ris.""Mbak, hebat. Nggak semua wanita sanggup mengambil keputusan seperti Mbak Mahika. Tangguh juga menghadapi penghakiman orang-orang di luar sana."Mahika tersenyum sambil menyusun piring di rak. "Karena Mbak menutup telinga rapat-rapat dengan apa yang mereka bicarakan. Mbak nggak tinggal dilingkungan yang menjadi sumber permasalahan. Mbak datang ke sini hanya seminggu sekali. Itu pun nggak berinteraksi langsung dengan para tetangga. Sekarang Mbak sedang fokus menemani proses seorang suami menemukan jati dirinya. Yang berjuang menebus dosa dan ke
Read more
Part 45 Cemburu 2
Kista ovarium, vonis dokter terhadap Hafsah. Membuat dunia gadis itu laksana runtuh seketika. Kista yang disebabkan endometriosis dan sindrom ovarium polikistik dan menyebabkan penderitanya susah untuk hamil.Marisa duduk diam di samping mama mertuanya yang sedang mendengarkan penuturan Bu Haji. Dia juga turut prihatin dengan apa yang dialami gadis itu. Masalah kewanitaan memang menjadi momok bagi wanita-wanita di dunia saat ini. Kecanggihan dunia medis diiringi dengan munculnya berbagai keluhan perempuan. Mereka membesuk Hafsah di malam, hari raya ketiga. Sementara Aksara memilih menunggu di luar ruangan bersama Pak Kyai."Doakan besok operasinya lancar, Bu," kata Bu Haji pada Bu Arum. "Harus di operasi karena kistanya sudah padat sebesar enam centimeter.""Pasti kami doakan untuk kelancaran pengobatan Nak Hafsah, Bu Haji. Semoga Nak Hafsah bisa lekas pulih dan jangan khawatir soal keturunan. Dulu ada teman saya yang pernah operasi kista juga bisa hamil dan punya anak. Keponakan say
Read more
Part 46 Positive
Acara inti telah selesai, beberapa tetangga dan undangan dari Bu Arum berpamitan pulang. Yang masih tinggal di sana para kerabat dari kedua pengantin, rekan kerja, dan teman-teman. Mereka bersembang sambil bergantian untuk berfoto bersama. Agus yang menemani Daniel mengajak pria itu berdiri untuk foto bersama. Daniel yang semula enggan, akhirnya ikut juga dan naik pelaminan. Dia berdiri di sebelah Marisa karena Agus sudah lebih dulu mengambil tempat di samping Aksara. Akhirnya dia bisa bersanding dengan Marisa, meski hanya berfoto bersama bukan menikah. Daniel ingin menertawakan dirinya sendiri jika ingat beberapa bulan yang lalu. Saat ingin menjadikan Marisa bagian dari hidupnya.Ari yang melihat langsung merogoh ponsel dalam hand bag dan mengambil foto mereka. Di antara semua orang itu, hanya Ari yang tahu kisah Marisa dan bosnya. Bahkan Aksara juga belum mengetahuinya. Pria itu hanya tahu kalau ternyata Daniel yang ia kenal sebagai donatur yayasan adalah bosnya sang istri. Aksara
Read more
Part 47 Positive 2
"Hu um. Pacar halu-ku," jawab Ulfa sambil nyengir. Membuat Bu Rahmi hanya geleng-geleng kepala. Dia paham yang dimaksud 'pacar halu' oleh si Ulfa. Pasti artis-artis yang suka dilihatnya di media sosial. Atau artis film yang sering dia tonton. Padahal dalam kesehariannya gadis itu belum pernah pacaran. Dekat dengan teman kuliah pun hanya sekedar teman biasa saja."Emangnya kamu udah putus sama Lee Min Ho?" tanya Marisa menahan tawa."Udah lama. Aku cari yang berbulu sekarang, Mbak.""Sstttt, Ulfa. Jaga bicaramu!" tegur Bu Rahmi dengan suara berdesis. Wanita itu memerhatikan sekeliling, tak enak kalau di dengar tuan rumah. Ulfa memang suka bercanda. Makanya rumah mereka selalu ramai oleh ulahnya dan si Najwa. Kalau Ziyan ini pendiam."Nduk, nggak usah di sapu. Biarkan saja. Besok biar di sapu sama Mbak Siti," tegur Bu Arum saat melihat Ulfa menyapu."Nggak apa-apa, Bu. Dikit lagi selesai.""Beruntungnya, Bu Rahmi. Punya anak-anak gadis yang cantik dan rajin," puji Bu Arum. Bu Rahmi ters
Read more
Part 48 Bromo dan Pemeriksaan 1
"Sayang, ini serius?" Aksara masih tidak percaya. Bahkan ketika Marisa puasa sebulan penuh, dia pun tidak menyadari kalau sang istri tidak haid.Dirinya terhanyut dalam suasana pengantin baru tanpa memikirkan apa itu siklus bulanan bagi perempuan. Aksara tahu, hanya tidak begitu detail memahami. Atau mungkin karena terlalu bahagia menghabiskan banyak waktu dengan istrinya.Marisa mengangguk. Aksara meletakkan testpack di atas meja. Bangkit dari duduk lantas menggendong tubuh istrinya. Kaki Marisa melingkar di pinggang Aksara. Keduanya saling pandang dan beradu kening. Untuk beberapa lama keduanya larut dalam kebahagiaan. Aksara bukan tipe pria yang pandai mengumbar kata-kata mesra. Dalam diamnya dia lebih suka menunjukkan dengan tindakan. Menatap, memeluk, mencumbu, dan menghabiskan waktu bersama di peraduan mereka."Kalau gitu kita nggak usah pergi besok pagi. Kita lihat sunrise dari balkon sini saja."Marisa mengangguk.Keduanya tersenyum. Aksara membawa istrinya masuk ke kamar. Ma
Read more
Part 49 Bromo dan Pemeriksaan 2
Aksara mengajak istrinya untuk makan malam di kafe yang berada di roof top hotel. Menikmati makanan, sekaligus menyaksikan pemandangan malam dari ketinggian. Hawa dingin berada di titik 12°C. Benar-benar membuat tubuh menggigil. Cangkir panas berisi kopi itu pun seolah tak terasa di kulit telapak tangan, karena teramat dingin."Dingin banget, Mas. Kita pergi ke klinik besok siang saja, ya.""Oke, Sayang!"Marisa tersenyum. Rajin banget Aksara memanggilnya 'Sayang' sesore itu. Efek kebahagiaan karena dirinya tengah hamil. Biasanya juga perhatian, tapi hanya tatapan dalam diamnya yang berbicara, bukan ucapannya.***LS***Daniel baru saja keluar dari kantor jam tujuh malam. Tadi sempat bicara dengan sang papa mengenai rencana perceraiannya dengan Shela. Oleh sang papa semua dikembalikan pada putranya. Kalau perselingkuhan sudah kelewat batas, sebagai laki-laki dia tidak menyalahkan Daniel untuk mengambil keputusan berpisah.Bagi laki-laki harga diri nomer satu. Lebih baik tidak dicintai
Read more
Part 50 Permintaan Seorang Ibu 1
Bu Arum menyusut hidungnya yang berair menggunakan tisu yang disodorkan oleh Aksara. Wanita itu tidak langsung menjawab pertanyaan putranya. Diam lantas memperhatikan Aksara yang sedang menunggunya bicara.Ada yang ingin disampaikan, tapi tidak sampai hati untuk menceritakan. Aksara sedang berbahagia sekarang dan tidak ingin merusak momen kegembiraan putra dan menantunya. "Risa sudah tidur?""Ya, aku suruh istirahat, Ma.""Kalau gitu kamu ikut istirahat sana. Habis perjalanan jauh pasti capek.""Mama, ingin ngomong sesuatu padaku?"Bu Arum menggeleng. Tapi Aksara tidak segera beranjak karena ia yakin mamanya menyimpan sesuatu yang ingin disampaikan. Wajah teduhnya terlihat memendam rasa. Aksara sudah hafal di luar kepala tentang wanita yang menjadi cinta pertamanya."Apa yang terjadi ketika aku dan Risa nggak di rumah, Ma?""Mama, nggak usah nyembunyiin sesuatu," desak Aksara.Bu Arum menarik napas panjang. Mulai dari mana harus memberitahu Aksara. Khawatir juga kalau sampai Marisa m
Read more
PREV
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status