Semua Bab Pernikahan yang Dicurangi Suami Polisi: Bab 41 - Bab 50
84 Bab
41. Tamparan Untuk Prita
Arsa dan Amelia menoleh ke belakang. Mereka kali ini dikejutkan dengan kedatangan Ratna bersama dengan Salina. Seperti yang kita tahu, mereka bersahabat dan sering menghabiskan waktu bersama. Mungkin saat ini mereka berdua hendak makan siang bersama. "Mama!" Arsa sangat terkejut dan hampir saja melompat saat ini. "Ya, kalian lihat apa?" tanya Ratna yang mengikuti arah pandang sang putra kesayangan. Ratna melihat Amelia sedang makan bersama ketiga anaknya. Ditambah lagi ada sosok wanita menyebalkan. Salina akhirnya ikut penasaran dan segera melihat ke arah pandang Ratna. Mendadak tubuh Salina menegang saat melihat Bu Dibyo. "Rat ... jangan di sini deh. Batalin aja makan di sini. Kita makan di restoran sebelah. Ajak juga Arsa dan ...." Salina menatap ke arah Prita dan membuat Arsa salah tingkah. "Dia Prita, calon ...." Buru-buru Arsa membungkam mulut sang mama. Bisa bahaya jika sang mama kelepasan berbicara pada Tante Salina. Sosok sahabat Ratna itu mulai dekat dengan Amelia. Pu
Baca selengkapnya
42. Melengkapi Berkas Perceraian
Keempat orang itu menatap Arsyila dengan tatapan terkejut. Tidak biasanya anak sulung Ratna dan Subianto itu akan datang ke mal jika tidak hari libur. Ada urusan apa yang membuat kakak perempuan Arsa datang ke tempat ini? Ratna justru tampak kebingungan saat ini. "Kalian kenapa sih? Kayak orang lihat hantu aja!" Arsyila kesal dengan tatapan aneh dari keempat orang itu. "Wanita ini siapa? Aku baru melihatnya," lanjut Arsyila dan sukses membuat Arsa berkeringat dingin. "Di-dia rekan kerjaku. Kita lagi tugas di sini." Arsa tampak gugup saat menjelaskan pada sang kakak. "Oh, ya? Rekan kerja kok pegangan tangan?" tanya Arsyila sambil menatap ke arah tangan kedua pasangan menyebalkan bin tidak waras itu. "Oh, ini, dia baru saja hampir diamuk massa. Biasalah, Mbak, massa suka susah diaturnya. Jadi, Prita ini hampir saja dikeroyok oleh ibu-ibu." Arsa berusaha menjelaskan dengan kata-kata yang sederhana agar Arsyila tidak lagi bertanya banyak hal. Arsyila menghela napas panjang. Mereka s
Baca selengkapnya
43. Tawaran Bodoh Prita
Prita berdiri dengan angkuh di depan Amelia. Ia tidak akan segan menyakiti istri pertama Arsa. Tadi, sang suami siri itu memberikan kabar jika Amelia melengkapi berkas perceraian. Artinya perceraian pasangan suami dan istri itu akan terjadi. Ada rasa takut dalam hati Prita. Ia tidak mau kehilangan karirnya untuk saat ini dan masa yang akan datang. Jika Amelia menggugat cerai, maka ia akan mendapatkan tuduhan sebagai orang ketiga dalam rumah tangga Arsa. Fajar adalah sosok atasan yang sangat sulit menerima suap. "Ada apa? Sudah lama menungguku?" tanya Amelia dengan nada sesantai mungkin. "Ada apa? Kamu jelas tahu apa maksud kedatanganku." Prita mengatakannya dengan nada dingin. "Dia siapa, Ma?" tanya Sashi yang memang baru pertama melihat Prita dengan wajah songongnya. "Kakak, masuk dulu dan jaga Aron, ya. Mama mau bicara dengan tamu kita ini. Ya, meski hanya tamu yang tidak diharapkan, tapi setidaknya kita harus sopan." Amelia meminta ketiga anaknya untuk masuk ke dalam rumah dan
Baca selengkapnya
44. Kegundahan Arsa
"Ada apa? Apa kalian tidak bertemu?" Amelia tampak sangat sinis melihat sang suami yang kini menatapnya dengan heran. "Atau kamu berharap wanita itu akan menginap di sini? Boleh saja, tapi setelah kita selesai urusan cerai," lanjut Amelia sambil mematikan televisi dan segera beranjak dari duduknya. Arsa sama sekali tidak menggubris ucapan sang istri. Amelia bahkan bisa mendengar dengan jelas isi percakapan wanita simpanan sang suami dengan laki-laki bernama Sultan itu. Percakapan yang terjadi di terasnya siang tadi. Kasihan kamu Arsa, ternyata Prita tidak sebaik yang kamu kira. "Kamu mau kemana?!" bentak Arsa pada Amelia yang saat ini sedang emosi tingkat tinggi. "Aku? Aku mau tidur. Sudah saatnya aku istirahat." Amelia tidak peduli dengan kemarahan sang suami. Arsa menatap tajam ke arah sang istri. Ia ingin melampiaskan kekesalannya pada ibu dari ketiga anaknya itu. Amelia tampak tenang saat ini meski ada rasa takut dalam hatinya. Tangan Arsa hendak melayangkan tamparan pada pipi
Baca selengkapnya
45. Subianto Akhirnya Tahu
Subianto menepikan mobilnya dan segera keluar dari dalam mobil. Saat melintas jalan ini, ia tidak sengaja melihat menantu dan cucunya sedang berjalan kaki. Tentu saja ada rasa tidak tega saat melihat Amelia harus menggendong Aron. Subianto kecewa dengan sang putra karena dianggap tidak bertanggungjawab. "Kami mau ke sekolah, Kek. Udah dekat kok," kata Arusha setelah menyalami laki-laki paruh baya itu. "Dekat bagaimana? Sekolah kamu masih di ujung jalan sana. Bisa telat kalo jalan kaki. Ini udah mau pukul tujuh pas. Ayo masuk ke mobil, biar Kakek yang antar!" Subianto tampak sangat memaksakan pada cucunya saat ini. Amelia patuh dan langsung masuk ke dalam mobil papa mertuanya itu. Satu hal yang dilupakan, berkas gugatan perceraian itu ada di tangan Amelia tanpa dibungkus dengan menggunakan tas atau plastik. Tentu saja Subianto bisa membacanya dengan jelas. Akan tetapi, ia tidak membahasnya sampai kedua cucu kembarnya masuk ke dalam sekolah. "Pa ... terima kasih sudah antar kami semu
Baca selengkapnya
46. Ratna Tidak Terima
Prita menoleh ke arah sumber suara itu dan menatap sosok Dokter laki-laki itu dengan angkuh. Hanya Dokter Umum biasa, tetapi berani mengatakan hal itu pada Prita. Tidak ada yang salah dengan ucapan sang Dokter. Hanya memang Prita luar biasa menyebalkan; semua harus tunduk padanya. "Kamu hanya Dokter Umum, jangan berlagak paling pintar di sini." Prita mengatakannya dengan penuh keangkuhan seperti biasanya. Bagi wanita simpanan Arsa, semua orang itu lebih rendah dan tidak sebanding dengannya. Ia sama sekali tidak sadar diri. Prita jauh lebih rendah dan murahan dibanding dengan yang lain. Rupanya sifat buruk itu mulai tampak saat ini. "Ya, apalah saya di mata Anda. Saya hanya seorang Dokter biasa." Aldo mengatakannya karena enggan berdebat dengan wanita sinting di depannya itu. "Setidaknya saya dan perawat lain di sini jauh lebih waras jika dibandingkan dengan Anda. Bukankah, pelakor itu sama dengaj orang gila. Sudah tahu milik wanita lain, tapi masih ingin dimiliki," lanjut Aldo yang
Baca selengkapnya
47. Sidang Keluarga
Salina datang bersama dengan Agung dan Arsyila. Jujur wanita yang saat ini sedang merasakan jatuh cinta itu tidak suka dengan sikap kasar Ratna pada Amelia. Sudah sangat di luar batas kemanusiaan. Apalagi saat ini Arsyila jadi tahu bagaimana sang mama memperlakukan adik iparnya. "Jangan ikut campur masalahku sama dia. Istri Arsa ini memang pantas menerima tamparan. Dia kurang ajar karena berani menggugat cerai anakki. Memangnya siapa dia?!" Ratna tidak bisa menerima teguran dari Salina. Rupanya ucapan Ratna justru membuat Arsyila tahu tentang badai rumah tangga sang adik. Apa yang dilihatnya selama ini ternyata sebuah kebohongan besar. Rumah tangga Arsa tampak seolah baik-baik saja dan ternyata menyimpan api. Api itu kini membakar amarah pasangan itu. "Hentikan, Ma. Jangan kasar pada Amelia." Arsyila menegur sang mama dengan nada dingin. "Dan kamu hanua diam saja saat istri kamu ditampar oleh Mama? Di mana rasa sayangmu pada Amelia!" bentak Arsyila sambil menudingkan telunjuk ke ara
Baca selengkapnya
48. Keputusan Sidang Keluarga
Semua mata tertuju pada Amelia dengan wajah penuh tanda tanya. Suami Amelia mematung di tempatnya karena ditatap tajam oleh Subianto dan Arsyila secara bersaman. Amelia sadar, lantas mengaktifkan pengeras suara. Tentu tujuannya agar mereka mendengar apa dan bagaimana Prita saat berbicara. "Hai! Kenapa kamu yang angkat! Di mana Mas Arsa!" Suara kasar Prita membuat Arsa merah padam. Ia tidak berani mengambil paksa ponsel miliknya saat ada papa dan sang kakak. Mereka berdua pasti akan langsung menghajar Arsa habis-habisan. Bukan menghajar secara fisik melainkan dengan ucapan juga tudingan yang menjatuhkan mental. "Mau bicara dengan suami saya?" "Iya! Berikan ponselnya pada Mas Arsa!" "Kalo boleh tahu, apa yang Anda ingin bicarakan? Biar nanti saya sampaikan. Perempuan sudah tahu suami orang kenapa masih saja dihubungi dan bahkan menjalani hubungan terlarang. Lantas, bagaimana dengan kabar seragam yang kalian gunakan?" Amelia berusaha tenang saat mengatakannya. Ia tahu Prita pasti ti
Baca selengkapnya
49. Amelia Sakit
Prita masuk ke dalam pagar rumah Amelia. Mungkin ia meloncat dari pagar rumah yang telah ditutup itu. Wanita simpanan Arsa itu berani mendatangi rumah suami sirinya. Memang benar, urat malunya sudah putus.Satu tamparan mendarat di pipi kanan Amelia. Wanita tiga anak itu diangkat kerah bajunya oleh Prita. Satu kali dorongan dari wanita jahat itu membuat tubuh kurus Amelia membentur pintu rumah dan membuat pintu itu terbuka dan membentur tembok. Suara benturan pintu itu mengejutkan Arsa saat ini."Rasakan kamu! Kamu memang harus mendapatkan hal ini!" Prita menendang perut Amelia yang saat ini jatuh telentang di lantai.Amelia yang tidak siap dengan serangan mendadak itu tidak bisa menghindar dari tendangan Prita. Sekuat tenaga Amelia berteriak meminta tolong. Ada satu warga yang sedang melintas dan gegas melompati pagar karena melihat Amelia sedang dihajar. Pun dengan Arsa yang sangat terkejut dengan kedatangan Prita saat ini."Kamu! Berhenti atau aku akan kasar padamu!" Arsa melindung
Baca selengkapnya
50. Prita Diperiksa
Ratna terkejut saat melihat ada sosok wanita yang dianggapnya berbahaya itu. Mendadak otak mama mertua Amelia itu merasa dijebak oleh Arsa. Anak bungsunya itu menghubunginya tadi dan meminta untuk menjaga ketiga anaknya. Justru sekarang ada wanita yang kapan saja bisa membuatnya jatuh di rumah ini."Bukannya urus suami, malah keluyuran tidak jelas. Dasar! Perempuan otak udang!" hina Bu Dibyo dengan bangga."Ini rumah anakku! Justru aku yang seharusnya bertanya. Ngapain kamu ke sini?" Ratna merasa tidak terima jika direndahkan oleh sosok yang selalu hadir saat Amelia terdesak. "Lagi pula suamiku, sekarang sibuk bekerja. Suamiku dapat kontrak kerja dari Permana Grup," pamer Ratna pada Bu Dibyo yang tidak terpengaruh sama sekali."Ga ada hubungannya dengan alasan kedatanganmu di rumah ini. Mau kerja sama dengan Permana Grup atau grup mana pun ga akan mengubah apa pun. Kamu tetaplah orang yang tidak berguna." Sebuah kalimat menohok yang keluar dari mulut Bu Dibyo dan langsung membungkam R
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status