Semua Bab Pengantin Kecil Tuan Xavier: Bab 51 - Bab 60
219 Bab
Bab 51 - Luka Nandini
Setelah berbicara dengan Nandini, Xavier pun pergi. Ia akan menemui Meylan, yang saat ini sudah dalam tawanannya. Mobil mewah berwarna hitam itu melaju membelah jalanan. Tak berselang lama, Xavier pun sampai. Bara menyambutnya. Sedangkan Abrian ia masuk lagi ke dalam, dan kini sedang berbicara dengan adiknya. "Kakak, apa kakak sudah tidak sayang lagi padaku hmm? Mengapa kakak malah memarahiku, bukannya mendukung apa yang aku lakukan seperti saat dulu, dan kenapa kakak tidak membantuku keluar dari sini." Abrian hanya menatap datar. Tanpa berbicara apapun. Sebenarnya ia ingin sekali menyelamatkan Meylan, tapi ia tahu bagaimana Xavier jika sudah marah dan saat ini kemarahan pria itu sudah berada di puncak. "Dulu tidak sekarang. Apa kau sadar jika apa yang kita lakukan pada Nandini itu salah, dan ibu sudah berhasil mencuci otak kita. Kini aku sadar, bagaimana baiknya adikku itu, dia dengan rela menggantikan posisimu, meski dia enggan. Walau dia bisa menolak,
Baca selengkapnya
Bab 52 - Kekhawatiran Nandini
Nandini mematung menatap obat yang ada di tangannya. Ia tidak percaya jika pria itu dengan tega akan berbicara seperti itu. Dirinya dengan tegas memintanya untuk meminum obat itu supaya dirinya tidak mengandung. "APAKAH AKU TIDAK PANTAS UNTUK MENGANDUNG ANAKMU?" batin Nandini menjerit sakit. Sedang Xavier berlalu dan ia kembali keluar dari kamarnya. Nandini tersenyum kecut. Ia sudah menduganya jika sikap baik pria itu hanyalah sebentar saja. Nandini mengalihkan pandangannya. Ia menatap hamparan bunga yang ia tanam. Nandini sudah bertekad dalam hatinya jika ia tidak akan pernah meminum obat tersebut. "Ayah. Lihatlah aku di sini, tidak kasihankah ayah sama aku. Semenjak kepergian ayah, hidupku hancur ibu dan kak Meylan mereka senang sekali menyiksaku," lirih Nandini. Isak tangis lirih dan juga pilu terdengar. Andai jika iman Nandini tipis. Ia sudah akan mengakhiri hidupnya, dari pada dirinya harus hidup seperti ini. * * Xavier kin
Baca selengkapnya
Bab 53 - Kabar Buruk
Pagi menjelang. Kicau burung menyambut datangnya pagi. Udara sejuk turut menghiasi. Sejak subuh tadi, Nandini sudah terbangun. Dan kini ia berada di dalam kamar mandi sejak setengah jam yang lalu. Tangannya bergetar, dadanya terasa bertalu begitu kencangnya. "Bismillah. Semoga apa yang aku takutkan tidak terjadi. Tapi bila pun terjadi, aku harus ikhlas," gumam Nandini. Lantas ia mulai memasukkan alat tes kehamilannya pada air seni yang sudah ia tampung sebelumya. Nandini sudah bergetar takut. Satu detik, dua detik hingga lima menit kemudian, tanda merah yang ada di alat itu berubah menjadi dua garis meski salah satunya masih terlihat samar. Deg! Air mata sontak turun dari mata indahnya. Mau menolak pun tak bisa. Ini semua sudah takdir, jalan hidupnya. Mengapa takdir begitu kejam padanya. Ia hanya gadis kecil. Hidup susah sedari kecil, siksaan, hinaan dan cacian sudah menjadi makanan sehari-hari. Dan sekarang, ia hamil! Hamil dari hasil peme
Baca selengkapnya
Bab 54 - Kepergian Nandini
Semenjak tiba di perusahaannya, Xavier lebih banyak diam. Ia lebih banyak melamun, Abrian pun sampai heran di buatnya. Tidak seperti biasanya, sang sahabat sekaligus bosnya itu bersikap seperti saat ini. "Ada apa?" Tanya Abrian kala ia memasuki ruangan kerja Xavier. Sesaat Xavier melirik pada Abrian. Kini Abrian duduk di depan Xavier. Dan pria itu masih sama seperti tadi. Muka Xavier pucat. Ia masih muntah. Tubuhnya begitu lemas. "Ada apa?" Lagi pertanyaan yang sama keluar dari bibir Abrian. Xavier terdengar menghela nafasnya kasar. Dia bingung haruskah bercerita pada Abrian perihal kejadian yang menimpa Nandini. Dirinya telah memperkosa istri sendiri. "Maafkan aku! Bri kamu mengingat kejadian sekitar kurang lebih satu bulan yang lalu?" Tanya Xavier sambil menatap pada Abrian. Lantas Abrian mengangguk. Xavier kembali menatap pria yang saat ini di hadapannya. Dirinya hanya bisa berharap jika apa yang ia takutkan sama sekali tidak terj
Baca selengkapnya
Bab 55 - Kepergian Nandini 2
Siang ini, Jordhan dan Nandini bersiap untuk keluar. Mereka rencananya akan membeli beberapa persediaan untuk di Mansion. Berhubung persediaan sudah sedikit menipis. Jordhan sudah mempersiapkan segalanya dengan matang. Dan juga ia memberi bekal uang dan kemeja yang di pinta oleh nona-nya. Yang ada dalam pikiran Jordhan saat ini, adalah membantu sang nona keluar dari Mansion tuannya, soal kemarahan Xavier ia akan menerimanya dengan senang hati. "Sudah siap non?" tanya Jordhan pelan. Nandini yang sedang memakai jaket rajutnya pun mengangguk. Kini keduanya melangkah keluar menuju mobil yang sudah Jordhan siapkan juga. Dia berani mengambil resiko ini, hanya agar nona-nya hidup lebih baik lagi. "Kita akan kemana dulu paman?" tanya Nandini pelan. Jordhan yang sedang fokus menyetir pun melirik sekilas nona-nya. "Kita akan ke pasar dulu non, untuk mengelabui orang suruhan tuan muda! Dari sana, saya akan mengantar nona memakai kendaraan umum, biar mobil kita simpan
Baca selengkapnya
Bab 56 - Kehilangan
Nandini sedang dalam perjalanan menuju kota M. Sedang Jordhan saat ini menuju ke kediaman sang tuan. Sementara Xavier di tengah rasa pusing dan mual yang melanda, membuatnya tertidur di sofa ruang kerjanya. Salah satu bodyguardnya hendak mengabarkan jika sang nona menghilang. Tapi, sejak tadi ia menghubungi ponsel sang tuan, sama sekali tidak di angkat. Membuat pria plontos itu memilih untuk menghubungi Abrian. "Ya ada apa!" suara tegas nan datar Abrian menyambut di telinga sang penelepon. "Tuan! Maaf saya mau mengabarkan sesuatu," katanya panik. "Apa?" tanya Abrian penasaran sebab ia dapat mendengar kepanikan di seberang sana. "Nona muda.. Dia.. Dia.." ucapnya terbata. "Ada apa dengan adikku!" teriak Abrian. "Nona muda menghilang!" Jedar Bak di sambar petir di siang bolong. Abrian tidak percaya jika sang adik menghilang. Bagaimana dan kemana ia pergi! "Bagaimana bisa!" "Maafkan kami tuan, tadi kami masih melihat nona bers
Baca selengkapnya
Bab 57 - Hancur
Xavier masih menangis. Sembari memeluk sebuah alat test kehamilan yang ada di tangannya. Sebuah penyesalan masuk ke dalam relung jiwanya. Xavier mengingat perkataannya waktu itu. Ketika ia meminta Nandini untuk meminum obat pencegah kehamilan. Supaya gadis itu tidak mengandung. "Maafkan aku, maafkan aku," ratau Xavier. Jordhan berada di tepi pintu. Menatap sang tuan yang masih dengan setia meneteskan air mata. Pria paruh baya itu juga sudah menelepon Arshaka. "Dimana dia?" tanya Arshaka begitu ia sampai di depan kamar Xavier. "Tuan di dalam, dia.. Dia sedang menangis," ucap Jordhan. Arshaka menengok ke dalam. Ia melihat penampilan adiknya yang kacau. Arshaka malah terkekeh bahkan tertawa kecil. Ia menggeleng, tidak menyangka jika Nandini gadis yang baru saja di nikahi adiknya selama beberapa bulan, mampu membuat seorang Xavier menangis. Baru kali ini pria itu menangis, bahkan ketika ayah dan ibunya meninggal saja dia tidak menangis. A
Baca selengkapnya
Bab 58 - Hancur 2
Xavier mengurung diri di dalam kamar. Sama sekali tidak beranjak dari dalam sana. Menatap poto pernikahan mereka. Sesal menelusup di dalam dada. Sesak dan rasanya sakit sekali. Andai waktu bisa di putar, Xavier akan menebus semua kesalahannya yang telah ia lakukan pada istri kecilnya itu. "Maafkan aku, tolong kembalilah!" pinta Xavier. Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ia melihat nama Bara menghubunginya. Tanpa pikir panjang Xavier segera mengangkat telepon itu. "Bagaimana? Apa kalian sudah mendapatkan kabar kemana istriku pergi!" todong Xavier begitu mengangkat sambungan telepon itu. Terdengar helaan nafas di seberang sana. "Maaf tuan, kami belum bisa menemukan jejak nona. Kami sudah mengelilingi tempat yang berada di kota ini, bahkan kami pun memeriksa tempat yang berada di pinggiran kota ini. Tapi maaf sekali lagi, pencarian kami belum menemukan hasil tuan!" Xavier terdiam. Ia mencengkram kuat ponselnya. Bagaimana mungkin, anak buahnya tidak bisa di
Baca selengkapnya
Bab 59 - Penyesalan Xavier
Pikiran pria itu melanglang buana. Kala ia menyiksa Nandini, menyiramnya dengan air shower di kamar mandi. Hingga membuat gadis itu masuk ke rumah sakit. Menyuruhnya untuk membersihkan kolam renang. Membuatnya tenggelam dan kembali berakhir di rumah sakit. Setelah itu, siksaan demi siksaan masih Xavier berikan untuk istri kecilnya. "Apakah kamu sudah lelah sayang. Lelah terhadap sikapku yang jahat dan sama sekali tidak pernah menghargaimu? Apakah kau memang benar-benar sudah ingin menyerah?" lirih Xavier seraya mengelus lembut poto pernikahannya. Bukannya membantu mencari keberadaan sang istri, pria itu malah sibuk meratapi kepergiannya. Sibuk menangis dan juga sibuk bolak balik ke dalam kamar mandi. Penampilannya saat ini sangat kacau. "Bayiku, apakah kamu sehat Nak. Daddy bersyukur karena bukan mommymu yang mengalami mual muntah, tetapi aku. Semoga kau sehat selalu di perut mommy. Maafkan daddy," gumam Xavier. Hingga perlahan, mata tajam nan di
Baca selengkapnya
Bab 60 - Mimpi Yang Berulang
Ueekk ueekk uekkk Suara muntahan itu terdengar menggema di dalam kamar mandi yang luas nan mewah itu. Seorang pria berjongkok di depan wastapel yang kebetulan berada di dalam kamar mandinya. Ia mengusap peluh yang bercucuran di keningnya. Seulas senyum nampak terbit dari bibir sexynya. Meskipun ia harus muntah-muntah setiap pagi. Dan juga harus mengalami lemas dan pusing, tetapi ia merasakan senang sebab dengan seperti itu Nandini istrinya tidak akan mengalami mual dan muntah. "Kamu apa kabar? Semoga kamu baik-baik saja, begitu juga anakku," lirih Xavier setelah ia kembali ke atas tempat tidurnya. Pria itu teringat jika gudang yang dahulu sempat di tinggalin Nandini belum ia lihat kembali. Karena setelah beberapa hari kepergian Nandini, Xavier hanya mengurung di dalam kamarnya. Bahkan perusahaan pun dengan terpaksa Arshaka yang mengurusnya. "Tuan, sarapan dulu," ucap Jordhan begitu Xavier keluar dari dalam kamarnya. "Antarkan saja ke gudang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
22
DMCA.com Protection Status