Semua Bab Mommy untuk Daddy: Bab 51 - Bab 60
145 Bab
Bab 51
"Kenapa diam? Cepat antarkan aku menemuinya!" Lelaki yang bertanya itu meninggikan suara, kesal lantaran si cungkring dan Jenggot Tipis hanya menanggapi perkataannya dengan aksi saling beradu pandang."Heh, kalian tuli?""A–anu, Big Boss … d–dia—" Si jenggot tipis tergagap. Biasanya si cungkring yang jadi juru bicara, tapi kali ini lelaki itu diam saja.Si jenggot tipis menyikut lengan Cungkring, lalu berbisik, "Kamu aja yang ngomong.""Kalian ini benar-benar ya! Aku beri juga nih!" gertak lelaki yang dipanggil Big Boss itu.Si cungkring dan Jenggot Tipis bingung bagaimana harus menjelaskan kejadian yang sebenarnya pada lelaki itu. Alhasil, mereka tetap setia pada bisu."Baik, biar aku yang cari sendiri! Jika kerja kalian tidak beres, terima risikonya!"Selesai mengultimatum, lelaki itu bergegas menyusuri jalan setapak, yang mengarah pada sebuah rumah kosong."Apa-apaan ini?!" Lelaki itu berteriak marah, melihat sosok si plontos tengkurap di atas tanah tanpa bergerak sama sekali. Ia p
Baca selengkapnya
Bab 52
Wangi rempah yang menggugah selera menguar di udara. Kepulan asap putih tipis dari uap panas semangkuk sup menari-nari di atas wajah Arisha yang masih terlelap, seakan menggodanya untuk segera terjaga dan meninggalkan dunia mimpi.Benar saja. Hidung Arisha mengendus-endus. Tak lama kemudian, kelopak matanya perlahan mulai terbuka.Lelaki yang setia memandangi wajah pulas Arisha tersenyum lega."Kau sudah bangun? Bagaimana perasaanmu? Apa ada yang sakit?"Jiwa Arisha belum sepenuhnya berkumpul utuh, tapi ia sudah ditodong dengan serentetan pertanyaan.Mendengar suara seorang pria, naluri siaga Arisha spontan bekerja, ia terlonjak duduk, kemudian menjerit kesakitan."Akh!""Hati-hati! Jangan terlalu banyak bergerak!" Lelaki tersebut sigap menahan pergelangan tangan kanan Arisha yang terpasang IV.Arisha meringis. Otaknya berpikir keras, menyatukan kepingan kolase peristiwa kemarin malam."Anda … yang telah menolongku?" tanya Arisha, memastikan bahwa lelaki yang saat ini bersamanya benar
Baca selengkapnya
Bab 53
Plak! "Aduh! Sakit, Kak! Seneng banget nyiksa adik sendiri," pekik Irsyad, menahan sakit pada lengan atasnya yang ditepis Rasyad seraya mengomel tak senang. "Ayo, keluar!" Rasyad bangkit, kemudian menyeret adiknya menuju pintu. "Aku masih pengin ngobrol sama kakak cantik," rengek Irsyad, menoleh pada Arisha dengan langkah enggan, tapi Rasyad terus menyeretnya keluar. Setelah membuka pintu, Rasyad mendorong Irsyad. "Jangan masuk sebelum aku mengizinkanmu!" Bam! Rasyad membanting pintu. "Kak, Kakak! Buka! Aku mau ngobrol sama kakak cantik!" Irsyad menggedor-gedor pintu. Rasyad tersenyum canggung mendekati Arisha. "Maaf, kalau kata-kata dan sikap adikku membuatmu tidak nyaman. Dia memang agak usil." "Tidak apa. Aku bisa mengerti. Aku justru berterima kasih padanya. Berkat bantuannya, aku selamat dari kejahatan para preman itu." Arisha mulai bisa bersikap sedikit santai dan menggunakan bahasa yang tidak terlalu formal saat berbincang dengan Rasyad. "Kamu seharusnya bangga memili
Baca selengkapnya
Bab 54
"Kak Sha, Kak Sha …." Lirih suara Silla mengigau dan memanggil nama Arisha bagai sembilu menyayat hati Dareen. Lelaki itu meneteskan air mata seraya terus menggenggam jemari mungil Silla. Sesekali ia mengecup kening sang keponakan. Nuraninya dihantui rasa bersalah lantaran tak mampu menjaga amanah mendiang orang tua Silla. "Kak Sha, Kak Sha, huuu …." Silla menangis dalam igaunya. "Sayang, daddy janji akan menemukan Kak Sha secepatnya. Kamu sembuh ya …." Dareen memeluk Silla dengan perasaan hancur. "Badan Silla masih panas?" tanya Nyonya Hart, yang tahu-tahu sudah berdiri di belakang Dareen. Dareen menoleh. "Ini kan yang Oma mau?" balas Dareen, bangkit dari duduknya. "Oma senang melihat Silla terpuruk dan menderita. Oma puas sekarang?" "Jangan asal bicara, Dareen! Semua yang oma lakukan adalah demi kebaikan Silla." "Kebaikan seperti apa, Oma? Melihat Silla terbaring dan mengigau dengan panas tubuh yang tak kunjung turun. Apakah seperti itu kebaikan yang oma maksud?" Dareen ber
Baca selengkapnya
Bab 55
"Arisha!" Dareen terus berteriak memanggil nama Arisha sambil berlari mengejarnya, masuk ke supermarket. Rasyad yang menunggu di dalam mobil terkejut dan bergegas turun. Sementara Arisha tak mengetahui bahwa dua orang pria sekarang sedang berlomba untuk secepatnya menemukan dirinya. Ia masih sibuk menyusuri rak demi rak, mencari segala sesuatu yang ia butuhkan dari supermarket itu. Dareen menyibak kepadatan konsumen di setiap lorong antar-rak. Entah kesialan untuk Dareen atau keberuntungan bagi Arisha, kondisi supermarket yang ramai menyulitkan Dareen untuk menemukan gadis itu. Arisha tak merasakan firasat apa pun tentang Dareen. Instingnya juga tak mampu mendeteksi keberadaan Dareen di sekitar, hingga ia dapat dengan tenang membaca label setiap makanan kemasan yang ingin dibelinya. Grep! Sebuah telapak tangan lebar membekap mulut Arisha dan menarik tubuhnya mundur. Arisha ingin menyikut, tapi bisikan halus membuatnya mengurungkan niat. "Ssst! Ini aku, Rasyad. Ikuti saja aku!"
Baca selengkapnya
Bab 56
"Ini … restoran kamu?" Arisha tak mampu menyembunyikan kekagumannya kala menginjakkan kaki di restoran milik Rasyad. "Waaah, mewah! Pasti bintang 5!" Rasyad tersenyum geli melihat tingkah polos Arisha. "Kau suka?" Arisha asyik menyapu setiap sudut restoran dengan tatapan kagum. "Aku belum pernah masuk ke restoran semewah ini." Jawaban Arisha sukses menghadirkan senyum lebar di wajah Rasyad. "Nanti, kau akan menghabiskan waktu lima hari dalam seminggu di sini." Senyum Arisha sirna, berganti ekspresi serius. "Benaran kamu nggak keberatan aku bekerja di sini? Gimana kalau kinerjaku tak sesuai dengan ekspektasimu?" "Kau meragukan kemampuanmu?" Seketika Arisha tersadar. Seluruh dunia boleh saja memandang rendah dirinya, tapi ia tidak boleh kehilangan rasa percaya diri pada kemampuan sendiri. Kunci sukses itu tidak terletak pada seberapa banyak orang yang memberikan dukungan, melainkan seberapa yakin pada kemampuan diri sendiri serta ketekunan dan keuletan dalam usaha menggapai mimp
Baca selengkapnya
Bab 57
Untuk menenangkan diri, Dareen menyalakan radio mobilnya. Sebuah tembang lawas segera mengudara.Kalau sudah tiada, baru terasaBahwa kehadiranmu, sungguh berhargaDareen tersenyum kecut, kemudian mematikan kembali radio itu."Cih, aku benar-benar seperti pecundang. Musik pun menertawakanku," oceh Dareen, lalu menjalankan mobilnya, meninggalkan jalanan yang semakin ramai.Sepanjang jalan pikiran Dareen tak fokus. Beberapa kali ia nyaris menyenggol mobil lain kala menyalip.'Di mana sebenarnya kamu, Arisha?' Keresahan Dareen tak ubahnya seperti seorang suami yang ditinggal pergi oleh istrinya.Di restoran Rasyad, Arisha, yang tak sadar bahwa kepergiannya mengacaukan pikiran Dareen, ternyata sedang menikmati makan siang tanpa beban."Gimana, enak?" tanya Rasyad, setelah Arisha memasukkan suapan pertama ke mulutnya.Arisha mengangguk-angguk dan tersenyum semringah. "Eeehm … ini lezat sekali!""Syukurlah. Aku senang kau menyukainya." Rasyad ikut tersenyum senang.Entah kenapa, melihat sen
Baca selengkapnya
Bab 58
"Huuu … cantik-cantik, tapi barang obral!" "Telanjangi aja dia!" "Iya. Rekam! Biar viral sekalian!" Beragam cemooh yang memojokkan Arisha bersahut-sahutan dari mulut ke mulut. Arisha tak kuasa membendung derai air mata luka. Baru saja ia merasa hidupnya tenang, kini kembali diterpa badai gara-gara bertemu dengan Nadine. 'Ya, Allah! Kenapa dunia ini sempit sekali?' "Ayo mandikan dia! Tubuhnya terlalu kotor!" Entah siapa yang berteriak, tapi ajakan tersebut benar-benar menggerakkan kaum hawa di dalam restoran itu untuk melakukan aksi serentak. Mereka mengambil minuman masing-masing, kemudian menyiramkannya kepada Arisha. Arisha yang dipegang kuat oleh Nadine dan temannya sama sekali tak bisa menghindar dan hanya mampu memejamkan mata. Mencegah air tersebut masuk ke matanya. Akibatnya, tubuhnya basah kuyup. "Telanjangi dia!" Tangan-tangan marah mulai menggerayangi badan Arisha. "Hentikan! Kumohon!" lirih Arisha, mengiba. "Aku sungguh tidak bersalah. Aku juga korban." Namun, t
Baca selengkapnya
Bab 59
"Tenangkan dirimu! Jangan pikirkan kata-kata wanita gila itu!" Rasyad menghidangkan secangkir teh hangat untuk Arisha yang duduk di sofa dengan tubuh gemetar. Arisha mendongak, menatap sendu pada Rasyad. "Aku menyedihkan, bukan?" Rasyad menggeleng. "Di mataku, kau wanita istimewa dengan kesabaran yang luar biasa," kata Rasyad, tersenyum hangat. "Wanita lain mungkin akan balas mencakar atau menjambak rambut perempuan gila itu. Setidaknya, mereka akan balas memaki." Arisha tersenyum kecut. "Aku tahu kamu hanya sedang mencoba menghiburku. Terima kasih! Setidaknya, masih ada seseorang yang peduli padaku." Tidak mudah menghapus goresan luka, apalagi bila luka itu dikemas dengan rasa malu. Rasyad memahami perasaan Arisha. Ia turut prihatin. "Sebaiknya kau bersihkan tubuhmu! Kau pasti merasa tidak nyaman." Benar. Arisha merasakan kulitnya lengket dan menguarkan aroma tak sedap. "Kamu tak ada bedanya denganku," sahut Arisha, memperhatikan penampilan Rasyad yang mirip lukisan abstrak.
Baca selengkapnya
Bab 60
'Arisha, kenapa kamu tega sekali meninggalkan kami tanpa kata?'Dareen menapak tangga dengan langkah gontai. Seluruh persendiannya terasa lunglai hingga ia butuh berpegangan, agar tak menggelinding jatuh."Tuan kenapa ya? Kok kelihatannya lesu banget," gumam Bi Minah, berbicara pada diri sendiri. Keningnya mengerut heran, menatap Dareen yang menyeret langkah berat menuju lantai atas.Tiba di kamar, Dareen menaruh kunci mobil di atas nakas, lalu mengempaskan badan ke kasur. Ia lelah, benar-benar kehabisan tenaga. Bukan karena sibuk bekerja, melainkan memikirkan Arisha yang kini entah di mana.Dareen memejamkan mata seraya menumpukan sebelah lengan di atas kening.'Arisha tidak punya siapa-siapa di kota ini. Bagaimana kalau dia diculik dan menjadi korban kejahatan?'Dareen terbelalak, kemudian terlonjak duduk."Arisha! Aaargh!"Dareen menjambak rambutnya dengan frustrasi. Hatinya sungguh resah membayangkan hal-hal buruk menimpa Arisha.Ingatannya tiba-tiba kembali melayang pada kejadian
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status