Semua Bab THR 6 Juta Untuk Mertua: Bab 41 - Bab 50
54 Bab
Part 41
"Lihat itu, Salma, gara-gara kau menangis dan sibuk menjelek kan suamimu, anakmu jadi ikut membenci ayah mereka, kau sama saja mendoktrin otak anakmu untuk membenci orang tuanya, kita boleh miskin Salma, tapi jangan bodoh," ujar Pak Burhan. "Tidak Atok, Vita benci sama Ayah bukan karena hasutan Bunda, Ayah kami memang jahat, ga sayang sama kami," ucap Vita. "Tidak boleh seperti itu, Vita. Itu ayahmu, dia yang telah bekerja keras untuk menghidupi kalian, Vita dan Kia bisa makan dan sekolah karena ayah kalian, dia bekerja keras untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan kalian, ayah kalian juga–""Pak, Salma sudah memutuskan untuk bercerai dari Bang Rahmat," ucap Salma memotong ucapan bapaknya, dua bola mata Pak Burhan berhasil membulat secara sempurna saat mendengar ucapan anaknya."Sadar kau Salma saat berucap seperti itu? Kau kira menjadi janda itu gampang? Masyarakat pasti akan berpikiran negatif padamu, lagian macam mana kau bisa menghidupi anak-anakmu kalau berpisah dari Ra
Baca selengkapnya
Part 42
"Ngapain sih, Pak?" tanya Bu Dahlia saat suaminya mengajak ke rumah Bu Mega yang ada di Binjai. "Kita sebagai orang tua harus menjadi jembatan bagi masalah rumah tangga anak kita, harus bisa mendamaikan mereka, kita ke rumah besan, berkompromi demi kebaikan rumah tangga Salma dan Rahmat, mumpung ini masih suasana lebaran, jadi kita sekalian lebaran di rumah besan."Salma yang mendengar ucapan bapaknya, langsung gegas keluar dari kamar. "Tidak perlulah Pak, yang ada nanti Bapak dan Ibu dihina sama mereka," ucap Salma merasa khawatir. "Betul apa yang dikatakan Salma itu, Pak." Bu Dahlia setuju apa yang dikatakan anaknya. "Kalian ini, aku ke sana untuk menyelamatkan rumah tangga anakku, malah dilarang seperti ini, aku yang lebih tahu mana yang terbaik dan terburuk bagimu Salma, sudah, ayo Bu, cepat siap-siap, kita berangkat ke Binjai sekarang," ucap Pak Burhan. "Yang berumah tangga itu sebenarnya Salma atau Bapak sih? Salma yang tahu mana yang terbaik Pak. Salma sudah tidak ingin l
Baca selengkapnya
Part 43
"Kurang jelas rupanya apa yang aku sampaikan? Aku beri waktu dua hari untuk mengosongkan rumah ini." "Apa salah kami, Nantulang? Kenapa mendadak begini?" tanya Pak Burhan dengan raut tidak kalah panik dari Bu Dahlia. "Aku tidak ingin kontrakanku digrebek polisi karena kalian.""Digrebek? Kenapa rupanya, kami?" tanya Pak Nurdin lagi. "Ah, sudahlah, jangan banyak tanya, yang penting dalam dua hari ini, kosongkan tempat ini." Nantulang pemilik kontrakan itu tidak memberi alasan yang tepat. "Maaf Nantulang, apa karena ada sangkut pautnya sama,Bu Mega?" tanya Salma, karena Salma masih ingat dengan ancaman-ancaman yang telah Rahmat katakan selama ini, saat Salma tidak ingin mencabut laporan kasus KDRT beberapa hari yang lalu, mendengar Salma berkata seperti itu, wanita yang masih betah berdiri di depan pintu itu tampak terkejut, melihat perubahan di raut wajahnya, Salma semakin yakin. " Tidak ada sangkut pautnya sama Bu Mega, yang penting segera kosongkan tempat ini, karena mau diisi s
Baca selengkapnya
Part 44
Salma dapat bernafas dengan lega karena Nantulang-pemilik rumah itu akhirnya dapat berpikir dengan jernih, tidak semata-mata menuduh tanpa ada bukti dan mendengarkan penjelasan Salma dan Bu Dahlia. "Sudah lihat kan, Pak? Bagaimana besan kita itu? Aku ga mau ke rumah mereka, sudah jelas semuanya," ucap Bu Dahlia pada Pak Nurdin, lelaki tua itu hanya diam, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya, Salma berpikir jika bapaknya telah menyetujui keputusannya. "Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api." Tiba-tiba saja Pak Nurdin berucap. "Maksudnya, Pak?" Salma yang sedang melangkahkan kaki hendak menuju dapur, terpaksa memutar badan setelah mendengar ucapan bapaknya. "Ya, pasti Bu Mega itu berucap seperti itu ada sebabnya, pasti engkau telah membuat masalah di rumahnya atau dia merasa sakit hati karena kau meminta cerai dari anaknya dan dia pun tidak terima sehingga memfitnah kita seperti ini," Kelakar Pak Nurdin. "Astagfirullah Pak, masih saja menyalahkan Salma," ujar
Baca selengkapnya
Part 45
"Sayang, aihh, akhirnya kau datang juga, kangen kali Adek sama Abang." Tina langsung memeluk erat tubuh kekar Rahmat saat lelaki itu baru sampai dari Binjai dan ingin masuk ke dalam rumah, untungnya saat itu sudah malam dan lampu teras rumah dalam keadaan mati, jadi, saat Tina memeluk Rahmat, lelaki dua anak itu tidak merasa takut jika dilihat oleh tetangga lain. "Kangen apa kau, Dek?" tanya Rahmat sambil tangannya memutar anak kunci agar bisa masuk, dan tangan satu lagi melingkar di pinggang Tina. "Kangen ini, nih," kekeh Tina sambil meraih organ intim Rahmat dengan genit. "Aduh, Sayang, sabarlah, main re mas, saja," ujar Rahmat yang sudah tidak tahan dengan sikap nakal Tina, setelah berada di dalam rumah, cepat Rahmat mengunci pintu dan menarik tubuh Tina ke dalam kamar dan kembali dua manusia itu melampiaskan nafsu terlarang mereka sampai tertidur dan pagi pun datang menyapa. Tok. Tok. Tok. Tina menggeliatkan tubuhnya, pertempuran tadi malam dengan Rahmat membuat mereka berd
Baca selengkapnya
Part 46
"Jangan kau videokan!" Seru Rahmat ingin meraih ponsel dalam genggaman Salma, dengan cepat Salma mengelak membuat Rhahmat semakin murka dan ingin merebut ponsel itu lagi. "Jangan berani macam-macam kau Rahmat!" teriak Pak Nurdin yang kini sudah membenci menantunya itu, Rahmat tidak mengindahkan ucapan Pak Nurdin, ia terus saja berusaha merebut ponsel Salma, Pak Nurdin yang melihat pun jadi ikutan emosi lalu menghadang Rahmat. "Tua bangka! Minggir kau!" Dengan emosi Rahmat mendorong tubuh Pak Nurdin. "Ya, Allah, Bapak!" pekik Salma saat melihat bapaknya tersungkur ke lantai karena dorongan kasar Rahmat, Salma berlari menghampiri bapaknya sedangkan Rahmat seolah tidak peduli, ia tampak masih bernafsu mengincar benda pipih yang masih dalam genggaman Salma, tidak peduli pada kondisi Pak Nurdin yang terkulai lemas. "Tolong! Tolong!" teriak Salma saat Rahmat dengan penuh nafsu ingin merebut ponsel dalam genggaman Salma, sambil kakinya menendang Salma beberapa kali dan mengenai bagian ba
Baca selengkapnya
Part 47
"Perempuan gila!' teriak Rahmat saat Salma dan bapaknya sudah tidak terlihat lagi, lalu lelaki itupun memaki sepuas hatinya dan setelahnya ia pun masuk ke dalam rumah dan membanting daun pintu dengan sangat kencang. " Kenapa marah-marah seperti itu, Abang? Seharusnya Abang bahagia, karena sebentar lagi Abang akan bebas dari wanita jelek itu dan ada aku yang yang siap jadi pengganti wanita itu, aku janji akan menjadi istri yang menyenangkan bagi Abang. Adek siap melayani Abang, kapan pun Abang mau," ucap Tina setelah keluar kamar dan menghampiri Rahmat. "Argggh! Kau pulang dulu lah sekarang, aku ingin sendirian," ucap Rahmat sambil menghempaskan bobot tubuhnya di sofa sambil sesekali menyugar rambut karena frustasi, Rahmat sangat ingin membuat hidup Salma menderita, wanita yang selama ini selalu dalam genggamannya, apapun perlakuan Rahmat, Salma selalu menurut, tetapi sekarang Salma terang-terangan ingin minta cerai, ego Rahmat semakin menjadi dan keinginannya saat ini hanya ingin me
Baca selengkapnya
Part 48
Berulang kali Salma mengucap istighfar, dadanya terasa sesak, belum hilang rasa shock saat melihat sendiri perselingkuhan Rahmat, ditambah ancaman Rahmat yang mengatakan akan mengambil hak asuh Vita dan Kia, kini tambah satu masalah lagi, rasanya tidak berkesudahan masalah yang datang pada Salma. Sambungan telepon ditutup secara sepihak oleh Bu Mega, Salma diam mematung dengan perasaan sakit yang teramat sangat menghujam jantungnya, netranya kian memanas dalam hitungan detik jatuh tak terbendung membasahi pipinya yang tirus. Dalam keadaan menangis seperti ini, tidak mungkin Salma masuk ke dalam, ia takut ibunya semakin khawatir, begitu juga jika dilihat oleh Vita dan Kia, Salma harus tetap terlihat tegar dan kuat agar orang-orang yang ia sayang tidak merasa khawatir, karena masih dalam suasana lebaran jadi kampung tempat orang tuanya tinggal terlihat sepi, Salma ingin berjalan-jalan sebentar di sekitar kampung untuk menenangkan hatinya. Cukup sepuluh menit berjalan, Salma sudah sam
Baca selengkapnya
Part 49
"Salma, kau jangan takut ya, aku murni hanya ingin membantumu," ucap Husein meyakinkan, Salma melihat ketulusan yang terpancar dari raut wajah lelaki yang ada di depannya itu, perasaan sungkan dan khawatir yang tadi menyapa perlahan hilang. "Terima-kasih Husein.""Iya Salma, oiya, aku mau balik ke rumah uwakku, sebaiknya kau balik Salma, terlalu bahaya kalau kau sendirian di sini," ucap Husein memberi saran. Salma melihat sekitar, benar apa yang dikatakan teman masa kecilnya itu, tempat itu begitu sepi, kalau hari biasa masih ada satu dua orang yang berada di sana atau terlihat lampu-lampu dari sampan atau boat nelayan, tapi malam ini memang begitu sepi."Mungkin karena masih dalam suasana lebaran, jadi sebagian warga kampung sini masih berlebaran di rumah saudara mereka, baiklah aku juga hendak pulang, sekali lagi terima-kasih Husein." Salma juga memutuskan untuk pulang karena dia pun sudah merasa baik-baik saja setelah berbicara dengan Husein. Saat Salma sampai di rumah kontrak
Baca selengkapnya
Part 50
Rahmat segera mengurus hak asuh anak agar jatuh ke tangannya, dia memberikan bukti pada pengadilan agama kalau Salma tidak berpenghasilan dan kedua anaknya akan sengsara jika hak asuh jatuh ke tangan ibunya, tentunya pengadilan membutuhkan penyelidikan, tetapi setelah melakukan berbagai pertimbangan, hak asuh jatuh ke tangan Rahmat, karena Rahmat yang dianggap mumpuni untuk memberikan kehidupan yang layak untuk Vita dan Kia. Ketuk palu sebagai tanda berakhirnya perceraian Rahmat dan Salma diakhiri dengan isak tangis Salma, bahkan ibu dua anak itu sempat protes, bagaimana tidak, moment seharusnya dia merasa lega karena bisa lepas dari dari pernikahan toxic, malah berbalik menjadi duka karena pengadilan memutuskan hak asuh jatuh ke tangan Rahmat. "Selamat menikmati hidup yang penuh dengan kesengsaraan, Salma," ucap Rahmat diselingi dengan tawa yang mengejek. "Sebenarnya apa maumu, Bang? Kenapa kau tega memisahkan aku sama Vita dan Kia, padahal selama ini kau tidak begitu dekat denga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status