All Chapters of AFRAID: Chapter 31 - Chapter 40
140 Chapters
Bab 31
Indra menghubungi ponsel Rossa malam itu, ia menanyakan keadaan Alina. Gadis itu sedang bermain game di pendopo yang ada di tepi kolam renang dalam hotel."Kak, gimana kabarnya Haris?" tanya Rossa."Oh, udah diurus sama Om saya yang di sana. Itu anak emang suka begitu," ucap Indra dari seberang sana."Kok bisa, maksudnya dia bisa tau pembunuh mayat tadi?""Entahlah, halusinasi dia aja itu. Oh iya Alina kabarnya bagaimana, kapan kalian pulang?""Cie... kangen ya? Besok kan lomba cerdas cermat terus besoknya kita pulang. Sebentar ya aku cari Alina."Rossa melangkah masuk ke dalam hotel mencari keberadaan Alina. Sementara itu di dalam kamar hotel, Alina meringkuk di dalam selimut. Gadis itu berusaha bersembunyi seperti tempo hari. Ia kembali merasa sangat ketakutan. Lama kelamaan makin jelas. Sosok hantu seorang wanita yang memakai dresd batik yang sama dengan korban yang meninggal di belakang museum tadi hadir kembali menghantui gadis itu."Pergi! Kamu mau apa?" seru Alina.Luka robek
Read more
Bab 32
“Siapa itu?”Alina memberanikan diri untuk memanggil salah satu pekerja karena dia berharap ada petugas hotel yang sedang mendorong troli. Akan tetapi, tak ada jawaban terdengar. Beberapa belas detik berlalu, suasana sangat hening. Alina menahan napas, diam tak bersuara, karena sepertinya bukan salah satu pekerja yang sedang di depan kamar.Tiba-tiba, troli berjalan kembali, perlahan bergerak ke arah kiri. Beberapa detik kemudian barulah Alina dapat melihat troli itu secara utuh. Benar saja, troli itu memang berjalan sendiri tanpa ada orang yang mendorongnya dari belakang. Benda itu bergerak perlahan menyusuri lorong kamar."Troli-nya berjalan sendiri, bergerak sendiri, kok bisa?"Memang tak bisa dipungkiri kalau hotel tersebut memang benar seram, ditambah dengan struktur dan desain bangunannya yang sudah tua pula.Alina yang sering menemukan dan merasakan kejadian aneh dan janggal yang pastinya menyeramkan langsung ciut.“Ah, kabur aja."Alina segera berlari menuruni anak tangga kemb
Read more
Bab 33
"Eh, sini deh! Aku punya rencana," ucap Raya."Rencana apa?" tanya rekan Raya yang bernama Yana."Aku akan buktikan kalau Alina cuma berbohong soal ketakutannya akan ponsel.""Caranya?""Lihat aja nanti, pokoknya aku punya rencana."Raya mengetuk ujung ponselnya di dagu seraya tersenyum dengan sinis.Ibu Murni mengadakan sesi tanya jawab untuk persiapan cerdas cermat esok hari. Setelah itu, para murid dipersilakan untuk kembali ke kamar dan beristirahat.Raya hampir saja terjatuh karena tak sengaja terantuk ujung karpet. Aldo langsung sigap menolong gadis itu."Duh, sakit banget kaki aku," ucap Raya. Ia berpura-pura melakukan itu untuk mendapatkan perhatian Aldo."Coba sini aku lihat, aku bantu pijat dikit," ucap Aldo."Iya, Kak." Senyum bahagia terpancar di wajah gadis itu.Mia menarik Aldo agar menjauh dari Raya. Rossa dan Alina sempat menyaksikan keadaan tersebut."Biar aku bilangin Ibu Murni supaya panggil pak sopir, dia kan bisa mijit," ucap Mia."Eh, enggak usah, Kak, aku udah m
Read more
Bab 34
"Di dekat sini, Kak, soalnya aku kepo mau foto-foto daerah sini," sahut Raya. Lalu, ia menjalankan rencananya. Ia nyalakan mode nada suara ponsel dan mengirimkan pesan pada Yana rekannya untuk menghubunginya. Ponsel Raya berdering kemudian. Alina langsung menoleh ke arah suara tersebut dengan tatapan tajam.Raya dengan sengaja mengangkat ponselnya ke hadapan Alina tanpa menjawab panggilan dari Yana."Matikan, matikan hape kamu, atau dia akan datang!" Alina berseru pada Raya dengan nada ketakutan."Kenapa sih, Kak, kamu takut banget sama suara hape ini sampai Rossa dan Ibu Murni ancam kami untuk membuat mode silent dan itu demi kamu, kenapa coba?" "Raya, matikan ponsel itu atau dia akan datang!" "Siapa yang akan datang? Rossa apa Aldo? Mereka masih asik belanja tau." "Dia akan datang Raya, dia akan membunuh kita," ucap Alina berusaha meraih ponsel di tangan Raya, tetapi gadis itu mengelak."Raya, matikan ponsel itu!" Alina bahkan berteriak dengan kencang.Namun, keanehan terjadi te
Read more
Bab 35
Kehilangan seseorang yang disayangi memang hal berat untuk dilewati, apalagi mereka adalah orang yang hidup bersama kita selama ini.Perlu disadari bahwa setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Begitu juga setiap kehidupan, pasti akan ada kematian.Namun, kematian bukanlah akhir dari segalanya karena siapapun orang yang kita sayangi, akan selalu berada di hati kita, meski mereka telah meninggal.Segala kenangan yang pernah dilalui bersama juga tidak akan pernah hilang dan akan tinggal selamanya di hati serta pikiran kita.Alina, Rossa, Aldo dan rombongan sekolah datang di ke rumah Raya. Setelah tiga hari yang lalu jenazah gadis itu dievakuasi oleh pihak kepolisian setempat, jasad itu mendapat tindakan otopsi. Baru hari ini jenazah dikembalikan untuk dimakamkan.Tubuh Raya masih terbaring dengan kondisi tubuh dibungkus menggunakan kafan yang disebut pocong. Beberapa kerabat terlihat melantunkan ayat suci di samping jenazah. Namun, ibu dari
Read more
Bab 36
Taman tersebut memiliki berbagai sarana olahraga, seperti untuk bermain futsal dan badminton, trek jogging, taman umum dengan berbagai area untuk bersantai dan duduk-duduk, serta dilengkapi juga dengan daerah sumur resapan dan lahan parkir dengan kapasitas sekitar 200 motor dan dua puluh mobil. Umumnya, taman tersebut akan sangat ramai pada akhir pekan, terutama pada sabtu malam dan minggu pagi. Alina sudah membayangkan keseruan yang dapat ia temukan di taman kota itu. Ia akan melihat beragam aktivitas seru dari para masyarakat, berbagai pelatihan dan sharing session juga umumnya bisa dia temukan di taman kota itu."Bagus banget itu taman, nanti pulang sekolah mau ajak Rossa main ke sana, deh," ucap Alina di dalam mobil sang tante."Tante seneng deh lihat kamu seperti itu, mulai ceria dan makin cantik. Tante juga punya hadiah buat Rossa karena sudah menjadi teman kamu yang baik," ucap Tante Maya."Ah, Tante bisa aja. Tetapi emang bener sih kalau
Read more
Bab 37
Di bawah penerangan lampu gudang yang minim cahaya itu, Alina menoleh ke arah kaki kanannya. Terlihat tangan kanan seseorang mencengkeram kaki gadis itu.Alina langsung menoleh ke arah tubuh bagian bawah yang menyentuh kedua kakinya. Betapa terkejutnya gadis itu kala Ia melihat sosok hantu wanita tanpa kepala. Darah masih terlihat mengalir dari leher hantu itu. Bau anyir nan amis menyeruak sampai membuat mual si penerima. Sosok itu memakai pakaian yang sama seperti mendiang ibunya saat dibunuh."Ma-ma-mama…" lirih Alina.Rasa takut langsung menghinggapi gadis yang membekap mulutnya sendiri kala itu. Alina telah terjatuh di lantai dan kengerian itu semakin dalam merasuk. Tubuhnya gemetar dengan kedua kaki yang seolah tak bisa ia gerakkan setelah sosok hantu itu makin mendekat. Padahal bagian cerebellum di kepala gadis itu sudah memberikan perintah untuk lari tetapi kedua kaki ramping itu tak mau berkoordinasi dengan baik.Tetes demi tetes darah mem
Read more
Bab 38
Pluk!Lembaran tisu itu ditempelkan dengan keras oleh Rossa ke dahi Aldo."Sakit, Sa, jangan kenceng-kenceng!" "Huh... dasar tukang modus!""Makanya kamu ngerjain tugas, Do, jadinya kena hukuman begini, kan?" Alina tersenyum pada Aldo."Tapi aku ngerjain tugas, tapi aku lupa bawa," sahut Aldo."Udah yuk, kita ke kantin!" Ajak Alina.Ketiganya bergegas menuju kantin."Siomay komplit, satu ya, Mang!" seru Aldo."Siap, Bos!" sahut Mang Asep, pedagang siomay di kantin.Aldo meraih peyek dalam kemasan plastik di atas meja dan membukanya. Ia mengunyahnya sebagai cemilan sebelum siomay pesanannya datang.Alina dan Rossa lalu bangkit hendak memesan bakso di kantin itu."Lin, mau ke mana?" Aldo menahan tangan gadis itu, keduanya saling bertatapan. Semua mata yang duduk satu meja itu tertuju ke arah keduanya."Aku mau beli bakso," jawab Alina langsung menep
Read more
Bab 39
"Hai, Alina!" sapa seorang pria yang sudah berdiri di samping meja gadis itu.Gadis itu menelisik sang pria dari ujung sepatu lalu perlahan naik menuju wajah si pria."Masih inget kan sama aku? Indra, dokter kamu di rumah sakit tempo hari," ucap Indra seraya merebahkan bokongnya di kursi seberang Alina walaupun belum dipersilakan.Pria itu dengan penuh percaya diri tersenyum pada gadis berkulit langsat dan berada di meja yang sama tanpa meminta izin dulu."Ya aku masih inget dong, kenapa juga ditanya," sahut Alina."Woi, ngapain duduk di sini, siapa yang suruh?" tanya Aldo dengan nada ketus."Kenapa harus minta izin? Memangnya kamu pacar dia?" Indra menunjuk Alina kala itu."Dia bukan pacar aku, cuma temen, aku juga lagi sama temen aku si Rossa, tuh lagi antre!"Alina menunjuk Rossa yang masih membentuk barisan bersama pemesan lainnya."Oh, bagus kalau gitu, jadi bolehlah saya duduk di sini buat menemani kalian. Kamu nggak berhak marah lho," Indra menunjuk Aldo yang tersenyum kecut ka
Read more
Bab 40
"Aku baru mau bilang lho kalau rumah kamu gede banget, sampai ada kolam renangnya kayak gini, eh taunya kamu langsung nyeletuk, mana ngomong tentang hantu lagi," sahut Indra."Tuh kan, capek aku curhat sama dokter jiwa macam kamu, pasti nggak percaya deh, nanti aku sumpahin ketemu hantu nanti pulang," ucap Alina dengan wajah sinis dan kesal.Alina masih menatap sinis ke arah Indra meskipun pria itu melayangkan senyum yang menggoda."Maaf deh, bukan itu maksud aku," ucap Indra."Hmmm... sama aja, kamu nggak percaya mungkin nggak pernah percaya sama yang aku bilang," sahut Alina."Sebenarnya, keponakan aku yang berusia delapan tahun juga sering bilang kalau dia lihat hantu, tapi karena aku enggak bisa lihat ya mana aku bisa percaya. Terus aku juga punya adik yang bisa lihat hantu, katanya mamaku sih keturunan dari Nenek. Tapi, aku enggak ngerasa tuh bisa lihat makhluk tak kasat mata seperti itu," ucap Indra.Indra menatap gadis di sampingnya yang ternyata sedang menatap kosong ke arah k
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status