Semua Bab Rantai Hasrat (Oliver&Nicole): Bab 21 - Bab 30
206 Bab
Bab 21. Peringatan dari Shawn
Oliver dan Shawn melemparkan tatapan tajam satu sama lain. Tatapan yang tersirat bengis dan begitu arogan. Dua pria tampan itu memiliki tinggi tubuh yang sama. Bahkan sama-sama memiliki iris mata cokelat gelap yang begitu tegas. Oliver dikejutkan dengan Shawn yang ada di hotel di mana Nicole menginap. Sebuah kebetulan yang tak mungkin tak disengaja. Detik itu juga, hati Oliver memanas dan merasa terusik melihat sepupunya.“Kau sendiri kenapa ada di sini?!” Oliver tak langsung menjawab pertanyaan Shawn. Pria itu malah balik bertanya. Nada bicaranya tegas, dan tersirat menahan amarah.Shawn bergeming di tempatnya. Sepasang iris mata cokelat gelap Shawn kian menajam. Terlebih Oliver balik bertanya padanya, tanpa dulu menjawab pertanyaannya. “Aku ke sini ingin bertemu dengan Nicole. Kau kenapa ada di sini?”“Untuk apa kau bertemu dengan Nicole?” Oliver seperti tak suka mendengar Shawn ingin bertemu dengan Nicole. Seperti bara api yang ada di atas kepalanya, begitu panas membakarnya.Sh
Baca selengkapnya
Bab 22. Pria yang Tak Waras
Nicole meminum jus buah yang baru saja diantar oleh staff hotel. Kondisi Nicole sudah sangat membaik. Terakhir wanita cantik itu minum obat tadi siang saja. Sekarang di kala malam hari, Nicole malas untuk minum obat. Lagi pula, Nicole merasa dirinya sudah sangat sehat. Jadi tak masalah, kalau tidak minum obat.Nicole meletakan gelas di tangannya ke atas meja. Menyandarkan punggungnya di kepala ranjang seraya memejamkan mata perlahan. Pikiran wanita itu benar-benar sangat lelah. Nicole ingin segera kembali ke Swiss, tapi semua itu tak mungkin.Wanita itu selalu saja memiliki hambatan di kala dirinya menemani Shania melihat Wedding Venue. Sungguh, Nicole merasakan dirinya ini seperti terkena kutukan. Semakin Nicole menjauh dari Oliver, malah semesta seolah membuat Nicole semakin dibuat dekat dengan pria berengsek itu.Suara dering ponsel berbunyi. Refleks, Nicole mengambil ponselnya yang ada di atas meja dan menatap ke layar tertera nomor asing muncul di sana. Tampak kening Nicole menge
Baca selengkapnya
Bab 23. Kegilaan Oliver
“Sadie, siang ini aku memiliki janji. Aku tidak enak membatalkan janjiku.”“Nona, tapi client ini sangat penting.” “Kau dan team creative saja yang menggantikanku bertemu dengannya.”“Nona, tapi—” “Sadie, aku memiliki janji bertemu dengan Shawn. Aku tidak enak kalau membatalkan janjiku dengan Shawn. Lagi pula client ini belum sama sekali memberi tahukan konsep pernikahannya. Mereka juga mendadak. Tidak apa-apa. Kau dan team creative saja mengurus client itu.”“Baik, Nona.” “Oh, ya, Sadie. Apa ayahku tahu tentang aku baru keluar dari rumah sakit?”“Tidak, Nona. Nona Shania benar-benar tutup mulut. Beliau menuruti apa yang saya sampaikan pada beliau.” “Good, aku pikir Shania sudah memberi tahu. Tadi pagi ayahku menghubungiku sampai tiga kali, tapi aku malas berbicara dengannya. Itu kenapa aku bertanya padamu untuk memastikan.”“Anda tenang saja, Nona. Tuan Mayir tidak tahu kalau Anda baru saja keluar dari rumah sakit.” “Ya sudah, Sadie. Aku tutup dulu. Aku sedang bersiap-siap.”“Ba
Baca selengkapnya
Bab 24. Penthouse Baru
Nicole terdiam menatap hamparan jalan yang luas. Sorot pandang Nicole lurus ke depan, dengan pikiran yang menerawang jauh. Dalam hati, Nicole merasa sedikit bersalah pada Shawn. Padahal sebelumnya dirinya telah berjanji akan makan siang dengan Shawn. Meskipun Shawn tak mempersalahkan, tapi tetap saja Nicole merasa tak enak.Semua ini karena ulah Oliver Maxton. Dia menjadi dalang rusaknya makan siangnya dengan Shawn. Jika saja, Oliver tak menculiknya, maka sudah pasti Nicole akan pergi makan siang bersama dengan Shawn. Sungguh, Nicole benar-benar dibuat sakit kepala dengan kegilaan Oliver.Saat Nicole melihat ke luar jendela—tatapan matanya terkejut kala mobil yang dilajukan Oliver memasuki gedung apartemen. Mata Nicole melebar, menatap Oliver dengan tatapan yang bingung dan tak mengerti.“Oliver, kenapa kau membawaku ke apartemen? Ini apartemen siapa?” cerca Nicole bertanya. Rasanya tak mungkin ada wedding venue di gedung apartemen ini.Oliver memarkirkan mobilnya dan berkata, “Turunl
Baca selengkapnya
Bab 25. Terjerat Dalam Jerat
Awan terang telah ditutupi oleh awan gelap. Kilat petir telah membelah langit. Cahayanya menyilaukan. Gelegar petir bergemuruh seakan membuat langit menunjukkan kemegahannya. Tampak Nicole berdiri di jendela kamar melihat cuaca di luar. Hujan sedari tadi tak kunjung reda. Pun gelegar petir tak juga berhenti.Nicole masih berada di penthouse Oliver. Nicole tak bisa pulang jika cuaca di luar sedang tak mendukung. Nicole tidak mungkin memaksa Oliver mengantarnya di tengah hujan lebat. Wanita itu juga tidak mungkin meminta Sadie menjemputnya kala kondisi cuaca di luar tak mendukung.“Kenapa cuaca ingin sekali aku benci? Kalian boleh turun hujan, jika aku sudah pulang. Jangan turun hujan sekarang.” Nicole mengomel sendiri. Dia ingin pulang tapi semua terhambat karena cuaca buruk. Oliver menyesap kopi di tangannya seraya menatap Nicole yang mengomel. “Kau mau marah-marah juga percuma, Nicole. Hujan tidak akan berhenti.”Nicole berdecak kesal pada langit luas. “Kalian menyebalkan!”Gelegar
Baca selengkapnya
Bab 26. Sebongkah Luka yang Dalam
“Terima kasih sudah mengantarku pulang. Lain kali jika terjadi sesuatu padaku, lebih baik kau hubungi asisten pribadiku. Kau tidak usah membuang energy untuk membantuku.” Nicole berucap dingin pada Oliver yang duduk di kursi pengemudi. Nicole tak mau melihat Oliver. Wanita itu hanya melihat keluar jendela mobil seperti enggan menatap Oliver.Saat ini Nicole telah diantar Oliver ke hotel di mana dirinya menginap selama di London. Dia mengatakan meminta Oliver untuk tak lagi membantunya di kala dirinya terkena masalah, karena dia tak mau mendengar Oliver menuntut balas budi. Cukup kemarin saja Nicole menuruti kegilaan Oliver. Wanita itu tak mau lagi terjebak dalam kegilaan Oliver.“Turunlah. Kau butuh istirahat. Tidak usah langsung bekerja. Kesehatanmu belum pulih sepenuhnya. Ambil waktu istirahat beberapa hari. Setelah itu baru kau bekerja lagi.” Oliver tak mengindahkan apa yang dikatakan oleh Nicole tadi.Mendengar ucapan Oliver, membuat Nicole mengalihkan pandangannya, menatap dingin
Baca selengkapnya
Bab 27. Bisakah Kau Menemaniku?
Nicole tak bisa tidur. Sepanjang hari yang Nicole rasakan adalah rasa tak nyaman. Padahal niatnya hari ini dia ingin mengistirahatkan pikirannya, namun sayangnya niatnya harus terkubur akibat hatinya merasa tak tenang.Nicole menyibak selimut, memutuskan turun dari ranjang. Rasa pusing di kepalanya benar-benar menyerang. Wanita itu mengambil air putih yang ada di atas nakas, dan meminumnya perlahan.“Kenapa aku tidak bisa tidur?” gerutu Nicole kesal pada dirinya sendiri.Nicole bermaksud ingin tidur lebih awal, tapi malah dirinya tak kunjung bisa menutup mata. Sungguh, Nicole benar-benar kesal. Besok dia harus bertemu dengan client. Jika tak tidur sekarang, pasti selama meeting wajahnya tidak akan fresh.Nicole mengatur napasnya. Cara satu-satunya untuk bisa mengantuk adalah berjalan-jalan sebentar. Di hotel ini ada taman, jadi tak masalah Nicole berjalan-jalan demi menimbulkan rasa kantuk dalam dirinya. Nicole mengambil ponselnya yang ada di atas meja, memakai jaket rajut, dan melan
Baca selengkapnya
Bab 28. Bertemu Orang Tua Oliver
“Tuan, tadi kakek Anda menghubungi saya. Beliau meminta Anda besok untuk hadir makan malam di rumah beliau.” “Aku tidak bisa, banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan.”“Tuan, tapi kakek Anda bilang tidak menerima penolakan. Saya yakin kakek Anda juga sudah mendengar tentang kabar rencana pernikahan Anda dengan Nona Shania.” Oliver mengumpat dalam hati. Hari ini saja dirinya harus bertemu dengan kedua orang tuanya, tapi malah besok kakeknya memintanya datang. Oliver ingin menolak, karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, namun jika sudah seperti ini, maka mau tak mau Oliver harus menuruti keinginan kakeknya. “Katakan pada kakekku, besok aku akan datang.”Oliver menutup panggilan telepon tersebut dan meletakan ponselnya ke tempat semula. Tampak raut wajah Oliver sudah membendung rasa kesal mendalam. Akibat berita sialan yang memberitakan tentang rencana pernikahannya, berdampak pada dirinya untuk memberikan penjelasan. Padahal sebenarnya, pria tampan itu belum ingin menunj
Baca selengkapnya
Bab 29. Penolakan
Raut wajah Shania memucat terkejut mendengar pertanyaan yang lolos di bibir Samuel. Manik mata Shania tak lagi memancarkan rasa percaya diri, melainkan rasa panik dan bingung. Ini pertama kali Shania disudutkan dalam sebuah pertanyaan.Hening. Ruang megah itu kembali hening akibat pertanyaan Samuel. Ditambah Shania belum menjawab pertanyaan Samuel. Tidak. Lebih tepatnya pertanyaan ayah Oliver itu membuat Shania tak mampu berkutik.“Sayang—”“Diam, Selena. Aku sedang berbicara dengan calon istri putri kita. Jangan ikut campur.” Samuel langsung memotong ucapan Selena, di kala Selena menyela. Tentu dia tahu Selena ingin membantu Shania yang sejak tadi bungkam. Namun Samuel tak suka jika ada yang menyela ucapannya. Selena menghela napas dalam, menatap kesal Samuel. Wanita paruh baya itu tak enak pada Shania. Pun wanita paruh baya itu takut kalau perkataan Samuel melukai hati Shania. Akan tetapi, dia tak mungkin bersikukuh. Selena tak mau berdebat dengan sang suami di depan Oliver dan S
Baca selengkapnya
Bab 30. Kejutan
“Oliver, kedua orang tuamu menyukaiku, kan?” ujar Shania bertanya kala Oliver sudah mengantarnya ke depan mansion-nya. Raut wajahnya menunjukkan jelas ingin sekali tahu. Pasalnya tadi di kala Shania berpamitan pulang, kedua orang tua Oliver tak mengatakan apa pun padanya. Padahal sebelumnya, dia berpikir kedua orang tua Oliver akan membahas tentang rencana pernikahannya dengan Oliver. Tapi kenyataan tak sesuai dengan apa yang dirinya pikirkan.“Turunlah. Besok kita masih harus menemui kakek dan nenekku.” Oliver meminta Shania turun dari mobil. Pria itu tak mengindahkan apa yang Shania katakan padanya. Bukan tanpa alasan, tapi Oliver sedang malas membahas tentang itu. Apalagi pikirannya masih terus teringat perkataan dari ayahnya.“Oliver—”“Shania, aku ingin istirahat. Aku yakin kau juga butuh istirahat.” Oliver berkata tegas, langsung memotong ucapan Shania.Shania ingin memaksa Oliver menjawab pertanyaannya, tapi dia takut Oliver akan marah. Nanti malah berujung dirinya tak jadi dib
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
21
DMCA.com Protection Status