All Chapters of Misteri Rumah Nomor 13: Chapter 21 - Chapter 30
40 Chapters
bab 21
"Al, apa tidak ada tempat lain yang lebih terang gitu? Aku merasa begitu takut menyusuri rumah ini, apalagi setelah kematian Amar yang begitu mengerikan dengan perut terburai," kata Baim yang menempel erat di lengan kanan Aldi. "Ck, Im. Mana ada tempat seperti itu di rumah ini, seluruh ruangan tidak ada lampunya, senter pun sekarang kita harus bergantian supaya tidak habis dalam waktu bersamaan. Berdoa sajalah, Im, dan yakin kalau kita semua akan keluar dari sini dalam keadaan selamat dan hidup," jawab Alma"Iya, betul itu apa yang dikatakan Alma, Im. Sebaiknya kamu berpikiran positif saja, supaya makhluk itu tidak mudah mendekati kita, sepertinya dia datang saat mencium aroma ketakutan dari diri kita," sahut Aldi. Untuk meredakan rasa takut di hati, Baim menghela napasnya berulang kali. Bahkan tidak jarang dia menarik napas dalam-dalam, menahannya beberapa saat lamanya baru dihembuskannya secara perlahan. Melihat Baim, Alma dan Aldi pun memutuskan untuk mengikuti gerakan Baim. Alm
Read more
bab 22
"Bau itu kenapa? Jangan bilang kalau kamu yang buang gas, Im!?" tegas Alma dan Aldi bersamaan. Baim mengangkat kepalanya, wajahnya terlihat memohon belas kasihan dari kedua kakak beradik itu hingga membuat keduanya mengerutkan dahi mereka karena curiga jika dugaan mereka benar adanya. Alma dan Aldi memasang tampang bengis di depan Baim, seakan ingin memotong-motong pemuda itu dan menjadikannya umpan untuk makhluk yang tidak kasat mata di rumah itu Melihat kemarahan di wajah keduanya, Baim langsung memasang wajah memelas dengan puppy eyes yang cukup menghipnotis Alma dan Aldi. "Eheee, begitulah adanya, Al. Maaf, padahal tadi sudah berusaha kutahan sebegitu rupa, tapi rupanya kelepasan. Mungkin karena perut ini berisi banyak angin makanya dia jadi menggembung dan akhirnya... ." Kembali kalimat Baim terpotong oleh sebuah suara yang cukup menggetarkan kalbu siapa pun yang mendengarnya."Tuuuuut, broooooottt!""Baaiiiiiiiiimmmm!"Teriakan Alma dan Aldi sontak memenuhi dan menggema di
Read more
bab 23
Aldi menatap pilu Alma dan Baim yang masih bercanda, seakan tidak pernah ada kejadian menyedihkan dan mengerikan di dalam hidup mereka. Namun, Aldi pun tidak bisa menyalahkan mereka berdua. Pemuda itu paham jika keduanya pasti juga merasa frustrasi sehingga memerlukan sedikit jokes untuk menyegarkan otak dan suasana. Sementara itu, Alma dan Baim yang masih bercanda riang langsung berhenti tatkala melihat ekspresi wajah Aldi yang murung. "Ada apa, Al?" tanya Alma dan Baim berbarengan. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang teringat masa-masa dimana Amar dan Santi masih hidup. Kita bercanda ria bersama, tak ada satu pun yang merasa tersinggung meski candaan kita melewati batas. Tidak seperti saat ini dimana semuanya terasa begitu mengerikan dan menekan isi kepala," keluh Aldi dengan nada lirih. "Maafkan kami, Al, jika tingkah kami berdua keterlaluan," ucap Baim seraya meletakkan tangannya di bahu Aldi. Aldi menggeleng dan mengatakan bahwa dia tidak pernah tersinggung dengan candaan
Read more
bab 24
Aldi, Baim, dan Alma saling berpelukan. Mereka berusaha saling menguatkan dan mendukung satu sama lain. Mereka bertekad untuk menghadapi teror apa pun yang ada di dalam rumah megah ini, harus keluar dalam keadaan selamat dan hidup. "Kita tidak akan menyerah begitu saja. Santi dan Amar akan selalu bersama kita dalam semangat kita untuk bertahan hidup," tegas Aldi. Alma mengangguk setuju dengan ucapan Aldi, saudara kembarnya. "Kita harus tetap tenang dan berpikir jernih. Mereka pasti ingin kita selamat," sahut gadis itu sambil mengusap air matanya. ketiga sahabat tersebut menjelajahi setiap sudut rumah yang penuh misteri. Mereka berusaha untuk tetap tenang dan berpikir jernih, seperti yang Santi dan Amar pasti ingin mereka lakukan."Kita harus hati-hati dan waspada, tetap bersatu. Jangan sampai terpisah karena ego kita," kata Baim mengingatkan"Kamu benar, Im. Kita tidak boleh membiarkan apapun memisahkan kita, kita harus tetap hidup agar bisa keluar dari sini. Semoga Andin dan Rusdi
Read more
bab 25
Aldi, Alma, dan Baim berusaha untuk perlahan-lahan mundur dari sosok-sosok bayangan yang mencekam itu. Namun, mereka tetap merasa terjebak dalam situasi yang sangat menakutkan.Masih berjalan mundur dengan hati-hati, mereka berharap untuk menghindari konfrontasi apapun dengan sosok-sosok misterius ini. Ketegangan dalam ruangan semakin intens, dan keberanian mereka diuji dalam kegelapan yang mengancam."Al, sampai kapan kita harus berjalan mundur seperti ini?" bisik Baim, lututnya sudah gemetar karena ketakutan. "Sst! Mending kamu diam, Im. Aku juga tidak tahu sampai kapan kita harus begini. Tapi, kita juga tidak mungkin berjalan membelakangi mereka, sebab kita harus tetap waspada dengan para makhluk tak kasat mata itu. Kamu paham, 'kan, Im," jawab Alma yang juga ikut berbisik."Hh, ya, baiklah. Aku paham, Al," desah Baim sambil menghela napasnya dalam-dalam.Dalam kehati-hatian, mereka bertiga terus melangkah menjauhi para makhluk tak kasat mata yang masih terus bergerakSosok-sosok
Read more
bab 26
"Ya, Tuhan, jika memang akan terjadi hal besar semoga saja itu adalah hal baik. Semoga kami bisa keluar dari sini secepatnya, Tuhan. Sungguh kami sudah lelah dengan semua peristiwa mengerikan ini. Ditambah lagi dengan jasad Santi dan Amar yang sudah pasti membusuk, semuanya terasa begitu buruk," batin Alma. Dalam diam, Alma tampak gelisah dan itu membuat posisinya terus bergerak tidak karuan sehingga membangunkan Baim. "Eh, Al, sudah lama bangun, Kamu?" sapa pemuda itu tatkala melihat Alma tengah membersihkan wajahnya dengan tisu basah yang diambilnya dari dalam tas ransel yang dipakainya sebagai bantal tidur. "Ya, lumayanlah. Kenapa memangnya, Im? Apa aku mengganggu tidurmu? Maaf, ya," ucap Alma"Ah, tidak mengapa. Memang sudah waktunya untuk bangun. Aldi belum bangun?" tanya Baim lagiAlma menggeleng, lalu berkata, "dia baru saja tertidur ketika aku bangun tadi. Kasihan, dia sepertinya begadang tadi malam.""Hmm, ya, begitulah. Sebenarnya aku dan Aldi memang membuat jadwal gilir
Read more
bab 27
Pemuda itu lalu kembali mengeluarkan sebungkus roti dari dalam tasnya kemudian membagi untuk Aldi, Alma dan dirinya sendiri. Mereka bertiga kemudian memakan roti itu sedikit demi sedikit dan menyimpan sisanya untuk waktu berikutnya. "Bagaimana, kalian sudah siap untuk kembali menjelajahi rumah ini? Siap bertualang di kegelapan rumah yang semakin mencekam?" tanya Aldi. "Siap tidak siap, kami harus dan pasti siap, Al." Alma dan Baim menyahut secara bersamaan. Aldi mengangguk, kemudian mengajak Alma dan Baim kembali menjelajahi seisi rumah untuk mencari jalan keluar dari rumah yang semakin suram dan menakutkan itu. Aldi, Alma, dan Baim melewati ruang tamu, tempat dimana mereka meletakkan jasad Santi dan Amar secara berdampingan. Dengan penuh perasaan takut, ketiganya melalui ruang tamu. Namun, sesampainya di ruang tamu mereka menemui sebuah keanehan"Alma, Aldi, kok ruang tamu ini tidak berbau busuk, ya? Seharusnya, 'kan, dari sini tercium bau busuk dari jenazah Santi dan Amar yang b
Read more
bab 28
Aldi menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk meredakan kepanikannya. "Kamu benar, Al. Kita harus tetap tenang dan mencari tahu apa yang terjadi."Alma mengangguk, lalu memalingkan wajah ke arah Baim yang masih terlihat pucat pasi karena ketakutan. "Kamu baik-baik saja, 'kan, Im?""Se-sebenarnya aku sendiri tidak yakin jika diriku saat ini sedang baik-baik saja. Semoga saja tidak ada lagi kejadian aneh di luar nalar seperti ini," ujar Baim. "Lalu bagaimana jalan keluar untuk masalah jenazah Santi dan Amar yang tiba-tiba menghilang ini, gaes? Apalagi kita tidak bisa menghubungi polisi atau siapa pun untuk meminta bantuan?"Aldi menatap Alma dan Baim dengan tatapan serius, "kita harus bergerak hati-hati dan tidak boleh gegabah, karena kita tahu di rumah ini ada sebuah kekuatan tak kasat mata yang kita tahu seberapa besar kemampuannya untuk menyerang dan menyebabkan kematian, hingga menghilangkan jasad kita."Alma dan Baim menghela napas mereka dalam-dalam. Di dalam hati mereka membenark
Read more
bab 29
Surat-surat itu ternyata adalah korespondensi antara pemilik rumah ini dan seseorang yang terlihat sangat penting. Dalam surat-surat itu, mereka menemukan petunjuk mengenai rahasia besar yang terkait dengan sejarah rumah mewah ini.Dengan hati berdebar, mereka membaca setiap surat dan menyusun potongan-potongan informasi. Ternyata, rumah ini adalah tempat persembunyian bagi seorang tokoh penting pada masa Perang Dunia II. Rahasia ini telah dijaga dengan ketat selama puluhan tahun.Saat mereka mencari tahu lebih lanjut, mereka mendengar langkah kaki mendekat. Mereka segera menyembunyikan surat-surat tersebut dan bersembunyi di balik tumpukan harta karun. Suara langkah kaki semakin dekat, dan ketegangan mencapai puncaknya.Siapakah yang datang? Apakah mereka akan berhasil mengungkap rahasia ini atau terjebak dalam bahaya? Semua pertanyaan itu menghantui pikiran mereka saat mereka menunggu dengan napas tertahan.Langit-langit ruangan itu terasa semakin dekat, sementara ketegangan di udar
Read more
bab 30
Akan tetapi, mereka juga menyadari bahwa ada yang tidak beres. Langkah-langkah mereka masih terdengar di koridor, dan mereka merasa seperti ada yang mengintai di balik bayang-bayang. Apakah ada yang lain yang ingin mengungkap rahasia ini atau justru ingin menjaga rahasia tersebut terkunci selamanya?Dalam kegelapan yang semakin mencekam, ketiga teman itu memutuskan untuk mengambil risiko dan mengikuti petunjuk dari peta kuno itu. Mereka mengerti bahwa mereka mungkin harus menghadapi bahaya yang lebih besar lagi untuk mengungkap kebenaran yang begitu lama tersembunyi. Dengan tekad yang kuat, mereka bersiap untuk melanjutkan petualangan mereka, tidak peduli apa yang mungkin menanti di ujung jalan.Alma, Aldi, dan Baim meninggalkan ruangan tersembunyi di bawah tangga itu, membawa peta kuno itu bersama mereka. Cahaya samar dari lilin-lilin di koridor masih menjadi satu-satunya panduan mereka saat mereka bergerak melalui rumah mewah ini, mengikuti jejak yang tertera di peta.Setiap tanda d
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status