All Chapters of KETIKA SI BUNGA DESA JADI PEMBANTU DI KOTA: Chapter 21 - Chapter 30
35 Chapters
Bab 21
"Mbak Novi, sebaiknya kita periksa kamar Oma, kok sepertinya ada yang aneh dengan kejadian hari ini." ujar Sisil, mencoba mempengaruhi Novi."Aneh gimana maksud kamu?" tanya wanita berwajah manis, dengan kulit eksotis nya itu, tak mengerti."Ya aneh aja gitu, selama ini kan Oma belum pernah jatuh kan? tapi kenapa hari ini bisa jatuh?" ujar Sisil lagi.Novi tampak mengerutkan dahinya, membenarkan ucapan wanita di depannya itu."Ya sudah, ayo kita lihat." ucap Novi, yang kini telah mulai terpengaruh. Mereka berdua kemudian pergi memeriksa kamar Oma. "Mbak! coba lihat, laci ini kenapa setengah terbuka ya?" seru Sisil, menunjuk laci tempat penyimpanan benda berharga milik Oma."Hah, kok iya sih?!" Novi segera memeriksa laci itu."Tapi kira-kira ada yang hilang tidak ya? yang tahu isi laci ini cuma Oma, dan Nyonya saja." ucap Novi, kemudian segera menutup kembali laci itu."Kalau begitu, kita tunggu Nyonya saja, untuk memastikan ada barang yang hilang, atau tidak." ucap Novi, tak berani
Read more
Bab 22
"Maaf Sekar, untuk sementara ini, sampai kamu benar-benar terbukti tidak bersalah, sebaiknya kamu pulang saja ke kampung." ucap Novi malam itu, setelah menerima perintah langsung dari bu Raya, yang sampai saat ini masih tak mau sama sekali, menemui Sekar.Sekar hanya dapat menundukkan kepalanya, dan menghela nafasnya dalam diam.Sisil yang tengah berdiri di depan pintu, tampak tersenyum menyeringai, penuh kemenangan. "Iya Mbak, tidak apa-apa. Walaupun sebenarnya saya tidak bersalah, tapi saya maklum kok.Harapan saya hanya satu untuk sekarang ini, semoga pelaku yang sebenarnya bisa segera di tangkap. Saya sungguh tidak rela, karena sudah di fitnah dengan keji seperti ini Mbak." ucap Sekar, dengan mata yang berkaca-kaca. "Iya Sekar, kamu tenang saja, Gusti Allah itu tidak tidur, biar saja dia sekarang bersorak kegirangan merasa menang, tapi Mbak yakin suatu hari nanti, kebenaran pasti akan terungkap." ucap Novi, melirik ke arah Sisil, yang terlihat kesal, mendengar pembicaraan mereka
Read more
Bab 23
"Ma, seharusnya Mama jangan larang-larang Sisil terus dong, buat keluar rumah." tiba-tiba Denis menghampiri Mamanya yang tengah duduk di teras belakang, sambil memeriksa berkas laporan beberapa resto miliknya.Bu Raya tak menggubris ucapan putra bungsunya itu."Sisil keluar juga bukan untuk keluyuran Ma, dia cuma ingin beli makanan karena lagi ngidam.." rajuk pemuda itu tampak kesal, karena terus di cuekin oleh Mamanya.Bu Raya tetap tak bergeming dari pekerjaannya, tak menoleh sedikitpun ke arah putranya itu."Aku tahu Mama masih marah dengan ku, tapi jangan terus-terusan begini dong Ma. Jika memang Mama sudah tidak mengharapkan kehadiran Denis di rumah ini, Denis bersedia kok, tinggalkan rumah ini." ucap pemuda yang baru berusia 21 tahun itu, tampak kesal.Bu Raya yang memang masih marah dan kecewa pada putra bungsunya itu, beranjak pergi dari situ, sambil membawa kertas-kertas pekerjaannya meninggalkan Denis sendiri. Pemuda yang memiliki wajah cukup tampan itu, menghela nafasnya
Read more
Bab 24
"Yang kamu maksud Nenek lampir itu siapa lo?" tanya bu Mely, pada putrinya kepo.Sisil berdecak kesal, sembari memanyunkan bibirnya."Siapa lagi Bu, ya Mamanya Mas Denis itu!" jawab Sisil kesal."Ya ampun, memangnya kenapa dia!? kok sampe kamu julukin mak lampir..?" tanya wanita paruh baya itu, merasa penasaran."Galak, sadis, nyebelin...paket lengkap pokoknya." Sisil kemudian menarik lengan ibunya itu, menuju ruang tamu."Masa sih dia begitu, sama putri ibu yang cantik ini?" tanya bu Mely, mengerutkan dahinya."Hhhh, pokoknya ngeselin! kalau bukan karena kaya aja, aku mana mau jadi mantunya!" jawab Sisil, menghempaskan tubuhnya ke sofa begitu saja."Aww aduhh...!" Sisil meringis, dan memegangi perutnya yang tiba-tiba terasa sakit."Aduh, kamu kenapa Nak? Lagian udah tahu lagi hamil muda kayak gini, kok duduknya sembarangan!" bu Mely segera menghampiri putrinya, dan mengelus perutnya yang masih belum terlihat buncit itu."Lupa Bu.." jawab Sisil, meringis, menahan sakit."Ya sudah, sek
Read more
Bab 25
"Oma sudah sadar Mah!" Niko segera menghubungi Mamanya, saat melihat Omanya sudah tersadar dari komanya. Mendengar berita itu dari putranya yang kini sedang berada di rumah sakit, Bu Raya tampak begitu antusias, dan segera mematikan telepon, untuk langsung menuju rumah sakit. "Ada apa Nyonya? kok terburu-buru begitu?" tanya Novi, yang berpapasan dengan majikannya itu, di pintu ruang tengah. "Oma Nov! Oma sudah sadar, dan sekarang aku mau ke rumah sakit dulu, untuk melihatnya!" seru bu Raya, senang.Novi juga tampak begitu bahagia mendengar kabar itu.Sisil yang tak sengaja juga mendengar berita itu, seketika pucat pasi ketakutan."Aduh, kalau Oma ternyata masih ingat dengan kejadian itu, bagaimana ya?" gumamnya, panik."Kenapa tidak mati saja sih, Nenek tua itu.." gerutunya lagi, kesal.Sisil segera memasuki kamarnya dengan wajah yang terlihat begitu cemas. Dia begitu takut, kalau sampai Oma masih mengenalinya, bagaimana? "Kamu kenapa sih Sayang?" Denis tampak heran, melihat istr
Read more
Bab 26
"Alhamdulillah, habis lo, Oma makannya!" seru bu Raya tampak sangat senang, setelah menyuapi ibu mertuanya itu, dengan bubur buatan Sekar. Niko tersenyum mendengarnya."Sssekar mana..?" tanya Oma, begitu selesai minum, setelah menghabiskan buburnya."Sekar jagain Tania di rumah Bu.." jawab bu Raya, kemudian mengusap punggung tangan Oma."Denis mana?" tanya Oma lagi, karena Denis memang cucu kesayangannya, karena semenjak kecil, tak pernah mendapatkan kasih sayang Ayahnya."Ada di rumah Bu.." jawab bu Raya lagi, kemudian membantu ibu mertuanya itu, kembali tiduran."Sisil jahat Raya.." ucap Oma, tiba-tiba. Membuat bu Raya terhenyak, dan menghentikan gerakannya yang hendak menyelimuti ibu mertuanya itu. Begitupun dengan Niko, pemuda itu segera menatap wajah Omanya."Jahat bagaimana maksud Ibu?" tanya bu Raya, merasa penasaran."Dia mencuri di kamar Ibu, coba kamu lihat nanti di kamarku itu Raya, apakah ada yang hilang?" ucapnya, kemudian tampak bergumam tak jelas. Bu Raya dan Niko s
Read more
Bab 27
"Ehhh, si pencuri balik lagi kemari?!" sambut Sisil, begitu melihat Sekar yang melintas di depan pintu dapur, untuk menuju kamar belakang.Novi yang sedang sibuk membantu memasak di dapur, segera menoleh."Sekar?!" serunya senang, dan segera menghampiri teman sekampung nya itu, dan memeluknya erat."Ya ampun, Mbak kangen banget sama kamu!" seru Novi tersenyum lebar, saking senangnya. .."Aku juga kangen banget sama Mbak Novi.." jawab Sekar, juga tampak sumringah.Sisil yang menyaksikan itu, tampak berdecih kesal."Tukang nyolong aja, pake di kangenin segala!" ejeknya. Sekar ingin sekali menjawab hinaan Sisil itu, tapi Novi segera menarik tangannya, dan membantunya membawakan barang-barang nya ke kamar."Jangan di ladenin orang kayak gitu, diemin aja." bisik Novi, yang juga tidak suka dengan perilaku Sisil.Sekar mengangguk, dan mengikuti langkah Novi, yang mengajaknya untuk segera ke kamar belakang. Sisil tampak sangat kesal, karena Sekar yang sudah ia singkirkan dari rumah ini, d
Read more
Bab 28
"Mas, kita disuruh pulang sekarang juga sama Mas Niko." ucap pak Supri, kepada Denis.Denis yang tengah bersiap untuk istirahat, mengernyitkan dahinya, tak mengerti."Loh, kok pulang sih Pak? baru juga isya tadi kita nyampe?" protes Denis, tak mengerti."Gak tahu Mas, ini Mas Niko yang suruh Bapak, katanya ada sesuatu yang penting." jawab Pak Supri, yang juga tak tahu duduk permasalahan yang sesungguhnya. "Ckk, ngeselin banget sih Bang Niko, mau ngerjain aku, apa ya?!" gerutu Denis, kesal.Namun Pemuda yang masih berusia 22 tahun itu, tetap bersiap untuk pulang, meskipun merasa kesal. "Ya sudah Pak, ayo kita pulang!" seru Denis, kemudian menenteng kembali koper kecil, yang belum sempat ia keluarkan isinya itu.Sepanjang perjalanan pulang, benak Denis bertanya-tanya, sebenarnya ada apa? kenapa tiba-tiba ia di suruh pulang lagi?Malam semakin larut, jam sudah menunjukkan hampir pukul 1 malam, dan Denis sudah hampir sampai di rumahnya kembali.Tiba-tiba ponsel pemuda itu berdering, Den
Read more
Bab 29
"Aduh..ini si Niko kok malah map pentingnya di tinggalin begini sih? padahal sebentar lagi meetingnya di mulai!" gerutu bu Raya, sambil mencoba menelepon putra sulungnya itu, namun tak tersambung juga."Loh! ini kan ponsel si Niko! pantes aja, dari tadi di telponin gak nyambung.. " bu Raya mengambil ponsel Niko yang sedang dalam posisi mati, dan tersambung di kabel charger. "Nov! Novi!" panggilnya, mencari-cari Novi untuk ia suruh ke resto, guna mengantarkan ponsel dan file penting, kepada Niko."Mbak Novi kan lagi ke pasar sama Pak Supri Nyonya.." Sekar muncul, sambil membawa piring kotor, bekas Tania sarapan. "Aduh, iya aku lupa Sekar!" sahut bu Raya, menepuk dahinya pelan."Duh, terus siapa yang mau antar ini ke resto, ya?" gumam nya."Ada apa Nyonya? mungkin saya bisa bantu." ucap Sekar, yang pagi itu terlihat segar dengan tunik dan kerudungnya yang berwarna merah.."Emm, ini ponsel dan dokumen ini ketinggalan. Padahal Niko sebentar lagi harus meeting." ucap bu Raya, tampak ragu
Read more
Bab 30
"Ihh geli Mas!" seru Sekar, berusaha melepas pegangan tangan Niko, dari perutnya."Udah ayo jalan, aku sudah lama gak naik motor, jadi takut jatuh kalau gak pegangan." jawab Niko modus, sembari tersenyum tipis. Akhirnya Sekar hanya diam, dan membiarkan pemuda itu melingkarkan tangannya di perutnya yang kecil.Hati Sekar tak karuan, tubuhnya terasa panas dingin saat tiba-tiba tangan hangat Niko, menyelusup masuk ke balik blus nya, sehingga kulit mereka bertemu.Nafas Sekar tertahan, tapi kini dia tengah berkendara, dan harus menjaga keseimbangan laju motornya.Niko seakan lupa diri dengan posisi mereka yang tengah berkendara, pemuda itu mengelus kulit perut Sekar yang terasa begitu halus di tangannya, sehingga membuat Sekar menjadi oleng dan menabrak sebuah pembatas jalan. "Aw!" seru Niko yang sudah terjatuh di aspal, dengan posisi kaki yang tertimpa motor.Untung saja jalanan tak terlalu ramai, orang-orang yang sedang berlalu lalang di sekitar situ, segera menolong mereka."Aduh, ma
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status