All Chapters of MENDADAK DINIKAHI BIG BOSS: Chapter 31 - Chapter 40
212 Chapters
Kotak Bekal
"Besok kita lanjut yah. Hujan soalnya, suara kamu rada hilang, aku nggak bisa dengar jelas," ucap Aeera, sedang bertelponan dengan Dewa–di mana pria itu bercerita jika ada karyawan baru di kantor, seorang perempuan yang sangat cantik tetapi problematik. Baru dua hari kerja tetapi sudah terancam dipecat karena bersikap malas-malasan. Gilanya, perempuan itu mengaku sebagai istri dari sang Big Boss–hanya karena mendengar divisi lain mengatakan jika istri dari Big Boss bekerja di perusahaan. Rekan-rekan satu divisi Aeera tak ada yang terlalu menanggapi, terlanjur menganggap perempuan itu gila. Seandainya perempuan itu mengaku menjadi salah satu keluarga sang Big Boss, mereka mungkin masih percaya. Namun, istri? Hei … mereka tahu siapa istri sang Big Boss. 'Iya, Beib. Jangan lupa pakai lingerie. Soalnya lagi hujan, Tsay!! Enak tuh, anget anget.'"Kepalamu!" ketus Aeera, buru-buru mematikan sambungan telpon. Dia malu bercampur kesal mendengar perkataan Dewa. Sepertinya Aeera harus menca
Read more
Bagaimana Jika Aku Bekerja di Sini Kak?
"Aeera, gih buatkan kotak bekal untukku juga. Cepat yah, soalnya aku pengen berangkat bareng dengan Kak Karl," titah Nadien dengan antusias, tak sabar dibuatkan bekal oleh Aeera. Dia berencana akan memakan bekal buatan Aeera tersebut bersama Alarich. Sangat romantis jika mereka makan siang bersama. Dan sangat menyakitkan bagi Aeera karena menyaksikan Nadien dan Alarich makan dengan bekal buatannya sendiri. Ide yang sempurna! "Coba ulangi!" ucap Alarich tiba-tiba, berkata dingin serta penuh peringatan pada Nadien. Dia mendongak sepenuhnya, melayangkan tatapan tajam ke arah adik sepupunya tersebut. "Aku …-" Nadien mendadak murung, menatap ragu pada Alarich, dia mendadak ragu dan takut. Sepertinya Alarich marah, "aku hanya ingin dibuatkan bekal juga oleh Aeera, Kak," cicitnya pelan. Sejujurnya Aeera sangat kesal, bahkan dia berniat akan beranjak dari sana–membuatkan bekal untuk Nadien. Dia kesal tetapi dia lebih takut Alarich akan marah jika dia menolak membuatkan Nadien bekal. Car
Read more
Makian untuk Aeera
"Selamat pagi menjelang siang, Pak," sapa Aeera setelah berhadapan dengan Alarich, berdiri tegap di depan meja kerja sang suami. Tubuhnya menegang, cukup takut dengan tatapan tajam Alarich yang menghunus ke arahnya. Dia tahu dia salah karena terlambat menemui suaminya, akan tetapi-- hei, siapa perempuan yang bisa menahan godaan dari menggosip? "Ini sudah siang," dingin Alarich, menatap Aeera dengan tajam–mengeluarkan aura mengintimidasi yang pekat dan mengerikan. Aeera meneguk saliva dengan kasar, menatap takut-takut pada sang suami. "Waktu yang kuberikan padamu hanya tiga puluh menit, sedangkan kau pergi selama tiga jam lebih," datar Alarich, menekuk jari telunjuk–isyarat agar Aeera mendekat ke arahnya. Dengan langkah gugup serta kaku, Aeera berjalan ke arah Alarich. Wajahnya ditekuk, muram serta panik secara bersamaan. Pasti Alarich akan menghukumnya. Yah, apalagi? Alarich memang suka menghukumnya. "Pak …-""Kita hanya berdua." Alarich menegur pelan, tetapi meskipun begitu ber
Read more
Ledakan Amarah
Bug' Baru saja dia ingin berdiri, seseorang itu kembali menghajar–brutal dan membabi buta. "Argk … a--ampun, Pak," ucap Aldi dengan nada rendah, bergetar dan penuh rintihan sakit. Namun, bukannya berhenti, pukulan Alarich malah semakin kuat dan menjadi-jadi. Alarich terlihat sangat menakutkan, wajahnya kaku–merah karena amarah yang berselimut. Tatapan mata pria itu begitu tajam, gelap dan penuh aura intimidasi yang mengerikan. Rahangnya mengatup kuat, urat-urat di bagian leher serta kening terlihat menonjol–pertanda jika dia sedang dikendalikan oleh iblis dalam dirinya. Alarich mencengkeram kerah kemeja Aldi yang tergeletak di lantai, membuat pria bangun–terduduk oleh sentakan Alarich. "Tidak ada ampunan bagi siapapun yang merendahkan istriku," ucap Alarich rendah, mengalun tenang tetapi begitu dingin–memberikan kesan horor yang menakutkan. "Sa--saya tidak merendahkannya, Pak. Sa--saya hanya mengatakan yang sebenarnya. Dia pernah melakukan sek …-" Bug'Sebelum ucapannya selesai,
Read more
Interogasi Dingin yang Panas
"Apa selama ini dia sering mengganggumu?" Aeera yang sedang menundukkan kepala, mengangkat pandangan–menatap ke arah Alarich yang tengah mengenakan kembali kemejanya. Aeera meneguk saliva secara kasar, tersipu malu serta terpesona oleh punggung lebar nan kokoh milik sang suami. Alarich sedang membelakanginya, jadi Aeera bisa melihat secara puas pada punggung menggoda tersebut. Pundak Alarich-- OMG! Sangat senderable sekali. Jangan salah paham! Alarich dan Aeera tidak melakukan apa-apa. Alarich hanya baru selesai mandi–dia mendengarkan saran sang bidadari, mandi untuk meredam amarah.Berhasil, meskipun ada amarah yang masih tersisa dalam sana. 'Hais!! Fokuslah, Aeera.' batin Aeera, buru-buru memalingkan wajah ketika Alarich tiba-tiba membalikkan tubuh ke arahnya. Jawaban pertanyaan Alarich ada di kepalanya, tetapi karena dia sedang dilanda oleh godaan punggung yang sulit diabaikan, Aeera tidak bisa fokus selain pada punggung tersebut. Alarich menaikkan sebelah alis, memperhatikan
Read more
Ketika Alarich Lupa
"Apa dia menyiksamu seperti ini?" tanya Alarich dengan nada yang begitu dingin. Jika pria itu menyiksa Aeera dengan menorehkan luka fisik, Alarich tak akan meloloskannya begitu saja! Pria itu harus membayar mahal!Aeera kembali menggelengkan kepala, menghela napas pelan. Sungguh, Alarich terlalu serius. Maksud Aeera siksaan di sini bukanlah melukai, tetapi mempersulit Aeera. "Bukan, Mas--" Aeera ingin menjawab, tetapi mendadak diam tak bersuara–kaget dengan mata melotot karena Alarich duduk lalu menempatkan Aeera di pangkuannya. Ya Tuhan!! Aeera tidak bisa. Ini terlalu dekat dan tidak baik untuk kesehatan jantungnya. Dia pemula dalam hal jatuh cinta, dan ini terlalu berbahaya bagi Aeera! "Katakan." Alarich berucap dingin. "Maksud dari kata siksaan di sini bukan Pak Aldi betul-betul melakukan kekerasan fisik, Mas. Tapi dia sering memberikan pekerjaan berlebihan padaku, sering marah padaku dan … semisal aku telat datang, aku pasti akan kena denda," jelas Aeera. "Terakhir kali aku d
Read more
Jatuh Cinta Pada Aeera?
"Ada apa, Nek?" tanya Alarich yang saat ini sudah di ruang tamu, duduk di sofa single sembari menatap datar ke arah neneknya. "Mana istri kamu?" tanya Ranti, raut mukanya terlihat tak sabaran dan wajahnya cukup serius. "Aeera tidur," jawab Alarich santai. "Istri apaan kerjanya tidur terus?!" ketus dan kesal Ranti. "Jelasnya Aeera istriku, Nek." Alarich kembali berkata santai. "Huh, istri malas-malasan itu untuk apa, Sayang. Mending kamu ceraikan dia dan ganti istri kamu. Misal dengan Nadien atau … Clara. Mereka jauh lebih cantik daripada istrimu, lebih lemah lembut dan Nenek jamin kamu hidup bahagia bila memperistri salah satu dari mereka.""Kenapa bukan Nenek saja. Kulihat hidupmu yang kurang bahagia." Alarich berucap dingin, menatap tak suka pada perempuan tua di hadapannya ini. Mau bagaimanapun, perempuan ini adalah neneknya–alasan kenapa ibunya lahir di dunia ini. Akan tetapi, wanita tua ini sangat menjengkelkan, sangat suka mencampuri urusan semua orang. Jujur saja, Alarich
Read more
Handuk Melorot
Alarich berjalan cepat menuju kamar, dia baru pulang dari kantor dan tak sabar untuk menemui sang istri. Ada perasaan kesal sebab Aeera tidak hadir di depan untuk menyambutnya pulang. Padahal Alarich sudah berharap akan seperti itu–di mana Aeera menunggunya di lantai pertama, menyambut kedatangannya dengan hangat. Namun, harapan tinggal harapan! Ceklek'Suara pintu terbuka terdengar, membuat Alarich maupun Aeera sama-sama menoleh ke arah satu sama lain. Alarich membuka pintu untuk masuk dalam kamar, Aeera membuka pintu kamar mandi untuk keluar dari sana–dia baru selesai mandi, di mana handuk melilit serta membungkus tubuhnya dengan indah. "Kenapa kau tidak ada dibawah untuk menyambut kedatanganku?" tanya Alarich dingin, berjalan masuk–setelah Alarich menutup pintu. "Nenek Ranti baru pulang dan aku baru bisa mandi sekarang," jawab Aeera pelan, menatap sekilas ke arah Alarich kemudian buru-buru menjauhkan pandangannya dari pria itu. 'Hais, tampan sekali. Ya Tuhan, penampilannya aga
Read more
Cemburu pada Makanan
"Silahkan," ucap Alarich kembali. Pada akhirnya Aeera pasrah, menebalkan muka agar tidak malu-malu amat. Iya, dia tahu dia pernah sepenuhnya tanpa busana di depan pria ini. Namun, bukankah itu hal yang berbeda situasi dengan sekarang? Intinya, Aeera malu sedang berganti pakaian dan Alarich mempertontonkannya. 'Suami modelan begini sih enaknya dijual. Tapi kalau laku bukannya untung, aku mah jadi janda. Sialan emang!' batin Aeera, 'Orang yang pernah kukira gay ternyata sangat mesum. 100% mesum!' ***"Ini enak," komentar Alarich tiba-tiba. Mereka sedang makan malam bersama, pertama kalinya Alarich makan malam dengan masakan istrinya. "Itu makanan kesukaan Nenek Ranti," jawab Aeera santai, lalu menyuapkan nasi dalam mulutnya.Sedangkan Alarich, mood makannya langsung hilang. Reflek dia meletakkan sendok, menyender di kursi dengan aura dingin yang menguar dari dirinya–dia bersedekap dengan angkuh. 'Perasaan aku baca doa sebelum makan, tapi … hais, jin mana yang masih bisa lewat-lew
Read more
Catatan Penting
"Tulis." Aeera menghela napas pelan, menoleh ke arah Alarich lalu mendengkus pelan. Dia masih di ruang kerja Alarich, masih tentang makanan favorit pria ini. "Iya, aku mau nulis apa, Mas? Makanan Favorit Mas apa?" keluh Aeera, setengah kantuk dengan kelopak mata yang sudah terasa berat. Ini sudah jam setengah dua belas malam. Namun dia masih terjebak dalam ruangan kerja sang suami. "Sarapan favoritku adalah …." Alarich menatap datar ke arah Aeera, setengah duduk di meja–di sebelah buku Aeera. Sedangkan istrinya tersebut duduk di kursi depan meja kerja, terlihat mencondongkan tubuh ke arah buku karena bersiap-siap untuk menulis, "Adek," lanjut Alarich rendah, bersedekap di dada secara arogan–terus menatap intens ke arah makhluk menggemaskan di sebelahnya. "Adek." Aeera dengan lugu dan tanpa sadar mencacat ucapan suaminya tersebut. Namun, ketika dia tahu Alarich sedang mengerjainya, seketika Aeera mendongak. Matanya melotot dengan mulut mengerucut ke depan, lalu pipi menggembung. C
Read more
PREV
123456
...
22
DMCA.com Protection Status