Semua Bab YOU COMPLETED ME: Bab 31 - Bab 40
92 Bab
29: LIKED YOUR POST
Malik tersenyum masam mendengar ocehan Anisa yang tidak masuk akal seperti itu. Tak mungkin Isha cemburu padanya karena cinta. Seorang Isha yang egois dan tinggi hati tak akan mungkin semudah itu jatuh cinta pada dirinya yang hanya teman kecil. Bukan, bukan teman masa kecil, melainkan mantan teman kecil.Malik kemudian mengambil ponselnya dan membuka kembali beberapa aplikasi media sosial hanya untuk mencari postingan Isha. Namun Malik harus kecewa karena ternyata Isha jarang sekali menggunakan akunnya. Bahkan postingan terakhirnya adalah setengah tahun yang lalu. Itupun hanya postingan kolam ikan milik bapaknya dengan tulisan singkat, “Di sini ada cerita.”Malik tak bisa mengurai cerita apa yang dimaksud oleh Isha, namun kadang dia merasa bahwa mereka memang punya cerita di sana. Banyak cerita bahkan. Tetapi untuk sekarang, Malik tak ingin mengulas lagi cerita pertemanan mereka karena akan membuatnya menyesal.“Hei, bagaimana? Tak ada niat untuk menemuinya?” tanya Anisa yang tiba-tib
Baca selengkapnya
30: INBOX
“Malik menyukai postingan beberapa tahun lalu? Apakah itu artinya dia juga sedang mengintai akunku?” gumam Isha pelan.Seketika Isha kembali membuka postingan-postingan lama Malik. Hal konyol yang tak disangka akan dilakukannya. Isha tak habis pikir, mengapa dia harus menyita pikirannya hanya untuk memikirkan Malik dan siapapun perempuan yang bersamanya. Itu mutlak hak Malik dan Isha sama sekali tak punya hak untuk mencegah ataupun berkomentar.“Sha?” panggil Rosminah dari depan pintu.“Ya, Bu?” jawab Isha sambil mematikan ponselnya cepat dan buru-buru membuka buku pelajaran, seolah dia sedang belajar. Karena pamitnya tadi memang dia mau belajar.“Boleh Ibu masuk?” tanya Rosminah.“Masuk saja, Bu. Pintunya tidak dikunci,” jawab Isha yang kembali menekuni bukunya.Pintu kamar terbuka dan Rosminah masuk dengan senyum bijak.“Ada apa, Bu?” tanya Isha sambil mengisi buku yang dipegangnya.Rosminah yang kemudian duduk di sisi ranjang itu menatap Isha.“Ibu minta maaf kalau tadi salah tanya
Baca selengkapnya
31: PESAN TAK BERBALAS
Tangan Isha masih gemetar dengan jantung yang berdebar kencang ketika membaca pesan pertama yang dikirim Malik setelah sekian tahun berteman namun dalam keadaan tidak baik-baik saja seperti belakangan ini.‘Balas? Nggak? Balas? Nggak?’ Isha bimbang untuk membalas atau tidak pesan yang dikirim Malik kali ini.Entah ilham dari mana yang membuat Malik tiba-tiba mengirim pesan padanya, setelah sekian lama mereka berada dalam kondisi saling diam.Tapi setelah menimbang banyak hal, sebagaimana yang Rosminah sering katakan, bahwa terlalu banyak kebaikan yang sudah Malik lakukan padanya, akhirnya Isha memutuskan untuk membalas pesan Malik.“Waalaikum salam. Alhamdulillah, saya baik,” balas Isha dalam chat yang diketiknya dengan tangan tremor karena gemetar dan jantung yang berdegup berkejaran.Sepi. Tak ada balasan. Diam-diam Isha menunggu jawaban dengan beberapa kali melihat ponselnya kemudian menutupnya pagi. Lalu hatinya bersorak gembira ketika terdengar bunyi nada adanya pesan masuk.“Syu
Baca selengkapnya
32: MISSED COMMUNICATION
Pagi ini Isha bangun agak kesiangan sehingga shalat subuhnya pun terburu-buru. Bahkan pagi ini dia tak sempat sarapan pagi. Untung saja Rosminah sudah menyiapkan bekal untuk dibawa ke sekolah, sehingga Isha bisa segera menyambarnya sebelum melesat keluar dari rumah. Tentu setelah meminta izin pamit pada bapak dan ibunya.“Jangan buru-buru di jalan, Sha. Tetap hati-hati. Hari senin biasanya jalanan ramai, lho,” pesan Rosminah ketika dilihatnya Isha sedikit tergesa-gesa.“Iya, Bu,” sahut Isha yang kemudian bergegas berangkat.Rosminah hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Isha hari ini.***Siang ini, Bayu benar-benar datang ke rumah Malik. Mereka berbincang akrab dan hangat karena memang beberapa bulan di akhir sekolah SMA, Malik dan Bayu demikian dekat. Bahkan beberapa teman sudah menganggap mereka sepasang kekasih, meski sebenarnya tidak demikian yang mereka jalani.“Jadi tahu dari mana kalau aku di rumah?” tanya Malik ketika mereka berdua berbincang di teras rumah Malik.“Kaka
Baca selengkapnya
33: RUMIT
“Kak? Ada apa?” tanya Bayu yang terkejut melihat Malik buru-buru masuk ke dalam rumah. Sejak tadi dia hanya menatap interaksi penuh kecanggungan antara Malik dan Isha. Tak terasa hatinya nyeri melihatnya. Apalagi ketika melihat Malik buru-buru masuk ke kamar, seolah mengabaikan keberadaannya di teras ini, rasa itu semakin menyesakkan.Sementara itu Malik yang tadi bergegas masuk ke rumah, meletakkan termos kolak di atas meja makan kemudian masuk ke kamar mencari ponsel yang sejak tadi diisi daya. Dengan buru-buru, Malik mengambil dan membuka ponselnya. Ketika ada pesan dari Isha, Malik segera membacanya dan menyesal mengapa tidak membuka ponselnya dari tadi.Tak berpikir panjang, Malik segera menghubungi Isha tetapi nomor gadis itu tidak aktif. Malik menghubunginya kembali, tapi tetap saja tidak aktif.“Ke kolam? Ya, aku harus menyusul ke sana karena dia mau bertemu di kolam,” tekad Malik akhirnya memutuskan.Dia bergegas keluar dari kamarnya, namun langkahnya terhenti ketika ingat ba
Baca selengkapnya
34: ADA APA DENGAN ISHA
Tak ingin membuang waktu, Malik kembali naik ke atas motornya dan melarikannya menuju rumah Isha. Dia sungguh ingin memperbaiki pertemanan mereka yang entah mengapa selalu saja menemui kendala dari hal-hal tak terduga lainnya.Namun, ketika sampai di rumah Isha, rumah itu sepi. Pak Tono yang mendengar suara motor Malik, segera datang menemui laki-laki itu.“Ada apa, Mas?” tanya pak Tono.“Rumah sepertinya sepi, Pak. Bisa ketemu sama Isha, nggak?” tanya Malik penuh harap bahwa Isha tidak akan salah paham, apalagi marah dan dia akan bisa menemuinya lagi.“Iya, Mas. Sepi. Bapaknya pak Ridwan meninggal dunia,” jawab pak Tono.“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Kapan meninggalnya, Pak?” tanya Malik kaget.“Siang ini juga, Mas. Makanya semua berangkat ke rumah duka, baru sepuluh menit yang lalu,” jawab pak Tono lagi.Malik mengangguk.“Terlambat lagi,” gumam Malik dengan wajah murung.“Apanya yang terlambat, Mas?” tanya pak Tono yang mendengar gumam Malik itu.“Eh, nggak, Pak Tono. Tadiny
Baca selengkapnya
35: PERNYATAAN CINTA YASMIN
Melihat ketegangan di wajah Malik, Yasmin tersenyum.“Tenang, Mal. Tidak ada hal buruk yang terjadi pada Isha. Malah kabar baik,” ujar Yasmin tak tega membuat Malik tegang.Seketika Malik menghela napas lega.“Syukurlah. Kabar baik seperti apa yang kamu tahu, Yas?” tanya Malik kemudian sambil mengemasi beberapa peralatan menulis yang tadi digunakannya dengan untuk membuat rancangan dengan rekannya.“Dia ternyata kuliah di ibu kota. Di jurusan akuntansi,” jawab Yasmin.“Oh, ya? Bagus, dong? Cita-citanya dulu memang menjadi pegawai bank. Katanya pegawai bank itu cantik-cantik, makanya dia ingin menjadi pegawai bank agar terlihat cantik,” kata Malik sambil tersenyum ketika terbayang bagaimana polosnya Isha ketika itu.Dan hati Yasmin bagai tersayat ketika melihat bahwa ada gurat bahagia sekaligus bangga ketika Malik bercerita mengenai Isha.“Kamu memang begitu menyayangi dia, ya, Mal? Bahkan setelah bertahun-tahun berlalu, kamu masih saja mencintai Isha,” ujar Yasmin.Malik tersenyum ma
Baca selengkapnya
36: MEMBAHAS CALON ISTRI
Mendengar kalimat ibunya tadi, Isha tak bisa tidur semalaman. Dijodohkan dengan Malik? Bagaimana mungkin terlaksana? Mereka saat ini bagai dua orang asing yang tidak saling mengenal dan tak saling berkabar. Bahkan, Isha mulai membunuh apapun rasa yang ada di dalam hatinya sejak hari dimana Malik memilih untuk tidak datang ke kolam hanya karena dia kedatangan Bayu ketika itu.“Kamu belum tidur?” tanya Rosminah pada Isha ketika perempuan paruh baya itu terbangun dan dilihatnya Isha masih terjaga.“Belum, Bu,” jawab Isha singkat.“Kenapa? Mikirin omongan Ibu tadi?” tanya Rosminah merasa bersalah.Isha menggeleng. “Tidak. Hanya tak bisa tidur saja,” jawab Isha berbohong.“Ibu pikir kamu mikirin kalimat Ibu. Jangan dipikirkan jika itu mengganggumu. Itu hanya obrolan tak penting Ibu sama ibunya Malik dulu ketika kalian masih kecil. Kamu dan Malik tidak harus menurutinya. Kalian bebas memilih pasangan kalian masing-masing. Tidurlah, besok kuliah pagi, kan?” tanya Ros sebelum akhirnya memilih
Baca selengkapnya
37: MITA DAN CINTANYA
Pagi ini, Malik sudah bersiap hendak berangkat bekerja setelah mendapat panggilan untuk mengajar matematika di sebuah sekolah menengah atas swasta yang ada di kecamatan sebelah. Selama sebulan ini memang Malik selalu berkebun dengan ibunya. Jika sore tiba, dia membantu ayahnya mengajar mengaji anak-anak tetangga di sekitar rumahnya. Aiman juga sudah siap berangkat mengajar, namun Aiman mengajar di sekolah menengah pertama di desa ini saja. “Hati-hati di jalan, Mal. Jaga etika dan kesopanan ketika nanti wawancara,” pesan Aminah. “Iya, Bu.” Malik mengangguk. “Kepala sekolah itu teman Ayah ketika SMA. Mudah-mudahan akan menerima kamu dengan baik,” kata Aiman sebelum melepas Malik berangkat. Malik mengangguk. “Insya Allah mereka akan baik semua, Yah. Doain saya,” pamit Malik kemudian berangkat dengan motornya. Jarak delapan belas kilometer yang Malik tempuh mungkin sedikit melelahkan, namun jelas ini adalah profesi yang Malik pilih ketika masuk ke dunia perkuliahan. Memasuki duni
Baca selengkapnya
38: TENTANG DIA
Pagi ini, di rumah keluarga Ridwan Ghozali, suasana terlihat demikian riang setelah beberapa tahun senyap. Hari ini, Isha pulang setelah kuliah selama beberapa tahun tanpa pulang sama sekali. Bahkan ketika liburan semester. Jika Rosminah rindu dengan Isha, maka dia akan pergi ke ibu kota untuk menemui Isha.Bahkan, setelah lulus pun Isha tidak langsung pulang, melainkan langsung menerima pekerjaan yang ditawarkan oleh sebuah lembaga keuangan sebuah perusahaan di ibu kota karena Isha adalah salah satu dari beberapa lulusan terbaik kampusnya.“Bagaimana pekerjaanmu, Sha?” tanya Rosminah ketika gadis itu membantunya memasak.“Baik, Bu. Gajinya juga lumayan. Tapi resikonya juga besar, kan? Namanya urusan keuangan. Selisih angka sedikit saja bisa menjadi dugaan buruk,” jawab Isha.“Makanya harus hati-hati dalam bekerja, kan?” Rosminah memberikan nasehatnya.“Meskipun Isha hati-hati, kalau ada yang tak suka dan bermain curang juga kita nggak bisa mengelak, kan, Bu?” kata Isha.“Memangnya a
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status