Semua Bab Istri Rahasia Presdir: Bab 1 - Bab 10
22 Bab
Duda Tampan Kesepian
‘Aku pergi ya, Yang. Tolong jagain Clay waktu aku nggak ada, ya...’Wanita cantik berambut panjang—pirang tergerai, tengah tersenyum sangat cantik pada pria yang memandangnya dengan mata berkaca. Dengan manset pas badan yang dibalut cardigan panjangnya, wanita tersebut melambaikan tangan pada pria menangisinya."Diana, tunggu. Jangan pergi dulu!" sergah pria itu cepat, tapi tetap tidak bisa menyelaraskan langkahnya dengan wanita di depannya, "Diana, aku sama Clay butuh kamu. Tolong jangan pergi lagi..." sambungnya meminta lirih.Wanita anggun yang dipanggil Diana itu tersenyum lagi dengan semakin cantik, 'Aku nggak pergi jauh kok. Aku kan terus ada di hati kalian...'Setelah berucap, wanita berambut pirang itu kembali melambaikan tangan lalu perlahan menghilang."Diana!!!" teriak sang pria dengan sangat kehilangan. Ia bahkan menangis hingga tangisannya itu membawanya kembali dari alam bawah sadar."Papa?" suara anak laki-laki kecil terdengar memanggil, membuat pria tampan tersebut mula
Baca selengkapnya
Bocil Tajir
Decitan bab sepeda yang membawa gerobak jualan terdengar beraturan di telinga Clayton. Aroma kuah kaldu ayam dari uap yang keluar dari panci dalam gerobak pun ikut menarik hidungnya agar mendekat ke arah penjual jajanan favoritnya, Bakso Kojek.Clayton dengan tujuan ingin mengunjungi/berziarah ke rumah abadi mendiang mamanya, baru saja turun dari taksi yang ditumpanginya di ujung gang sempit menuju area pemakaman, akan tetapi aroma kuah segar jajanan kesukaannya itu membuat niatnya teralihkan sejenak."Jajan dulu ah. Dari harum kuahnya, kayaknya bakso kojeknya enak." pikirnya polos. Langkah kaki yang awalnya hendak menyusuri gang sempit tadi kini berbalik arah, menuju gerobak bakso kojek, "Mang, Kojeknya gocengan boleh?" tanyanya santai.Meskipun terbilang anak tunggal konglomerat, Clayton mudah membaur dengan teman sekelasnya, berikut dengan bahasa yang beragam."Cukup gocengan, Dek? Nambah goceng lagi dong, biar banyak. Baru buka dasar, nih." bujuk Kang Bakso Kojek. Biasa, teknik mar
Baca selengkapnya
Tante Bee Penolong
Decitan bab sepeda yang membawa gerobak jualan terdengar beraturan di telinga Clayton. Aroma kuah kaldu ayam dari uap yang keluar dari panci dalam gerobak pun ikut menarik hidungnya agar mendekat ke arah penjual jajanan favoritnya, Bakso Kojek.Clayton dengan tujuan ingin mengunjungi/berziarah ke rumah abadi mendiang mamanya, baru saja turun dari taksi yang ditumpanginya di ujung gang sempit menuju area pemakaman, akan tetapi aroma kuah segar jajanan kesukaannya itu membuat niatnya teralihkan sejenak."Jajan dulu ah. Dari harum kuahnya, kayaknya bakso kojeknya enak." pikirnya polos. Langkah kaki yang awalnya hendak menyusuri gang sempit tadi kini berbalik arah, menuju gerobak bakso kojek, "Mang, Kojeknya gocengan boleh?" tanyanya santai.Meskipun terbilang anak tunggal konglomerat, Clayton mudah membaur dengan teman sekelasnya, berikut dengan bahasa yang beragam."Cukup gocengan, Dek? Nambah goceng lagi dong, biar banyak. Baru buka dasar, nih." bujuk Kang Bakso Kojek. Biasa, teknik mar
Baca selengkapnya
Diremehkan
“Coba bayangkan saja, kalau anak ini tidak sengaja jadi target penculikan preman pasar yang lagi ‘tinggi’ terus butuh uang buat ‘nge-fly’? Diobral lima juta mah langsung cair dan jadi tepung dewa!” Viona menaikkan nada bicaranya pada pria tersebut. Tampak jelas kali ini ia terbawa emosi mengingat ketakutan Clayton saat itu.“Diam dan tutup mulut ka—,”“Anda yang diam dan dengarin saya dulu!” Viona segera memotong ucapan si pria yang mulai terpancing, “Anda nggak lihat muka anak anda pucat ketakutan waktu didekati preman-preman di sana, kan? Dia takut, Tuan! Terus, di mana anda yang katanya ayahnya?”“Permisi, Tuan Joe Hadikusuma. Dokternya sudah datang, ya...” ucap seorang perawat yang terlihat membukakan pintu lebar. Dari sana masuklah seorang pria berkacamata yang disebutkan Dokter yang ingin memeriksa keadaan pasien di ruangan itu.Viona mematung, tapi bukan karena kedatangan dokter yang datang dan mendekati—memeriksanya. Akan tetapi, nama yang disebutkan perawat sebelumnya terasa f
Baca selengkapnya
Bos Gangster
Viona keluar dari gedung rumah sakit itu dengan kesal. Begitu Viona berdiri di pinggiran jalan, sebuah sedan dengan warna nyetrik—Hijau Metalik, langsung menghampirinya. Mata Viona memicing, tapi tak lama ia langsung masuk ke dalamnya."Kabarnya, Bos?" sapa pemuda yang menjadi sopir mobil tersebut."Udah dapat apa aja Lo?" tanya Viona dengan nada santai pada pemuda tersebut.Kali ini Viona berubah sikap dari sebelumnya. Kalau sebelum ini sikapnya seperti wanita muda yang ramah dan lembut, yang harga dirinya terasa diinjak oleh Joe, tapi kini perangainya berubah seperti seorang bos yang tegas."Belum ada perintah apa-apa dari pusat sampai sekarang. Gue sama yang lain juga udah pantau Genk Kelabang, tapi kayaknya mereka masih tenang aja, Bos." Pria berdarah campuran Sunda-Belanda bernama Jansen menginfokan."Mana baju gue, Sen?" sela Viona di tengah laporan pemuda yang menjadi tangan kanannya itu."Itu di belakang. Di bawah kaki, Bos, gue masukkin di kotak." jawab Jansen segera sambil me
Baca selengkapnya
Lamaran Berbau Ancaman
Si kecil Clayton, tampak murung berhadapan dengan makan malamnya. Joe dan Arga memperhatikan gelagat Clayton yang terus saja diam setelah kepergian Viona pagi tadi."Clay, kenapa nggak dihabiskan makan malamnya? Kamu harus banyak makan, biar lekas sehat." Joe bertanya pada si kecil. Walaupun ayahnya itu sudah tahu apa penyebab kediaman Clayton.Tidak ada reaksi ataupun respons yang ditunjukkan Clayton pada papanya. Joe mengarahkan pandangan ke pria yang wajahnya tidak banyak perbedaan dengannya. Dia Arga Hadikusuma—putra kedua keluarga Hadikusuma—adiknya Joe."Benyamin kasih kabar ke gue kalau dia udah kirim profile perempuan yang gue cari, tapi malah nyangkut di Elo. Mana sini, kirim ke nomor gue." seru Joe dengan sedikit berbisik.“Entar dulu. Gue laper, mau makan dulu.” Pria tampan yang usianya 3 tahun di bawah Joe itu terlihat acuh, lebih sibuk mendulang nasi ke mulutnya."Maksud Lo?” Joe segera melirik tajam ke arahnya.Menyadari tatapan membunuh sang kakak, Arga mendengkus semba
Baca selengkapnya
Kejantanan Yang Diragukan
Ibarat ekspresi tokoh kartun yang menjatuhkan rahangnya ke bawah. Seperti itulah yang dirasakan Viona dan Arga saat ini. Keduanya tercengang mendengar kalimat lamaran berbau ancaman yang Joe ucapkan dengan ekspresinya yang tak acuh.Pria super kaya, duda tampan beranak satu yang hidupnya jarang sekali terekspose media, yang terkenal dengan pembawaannya yang dingin, yang bisa menakuti siapa saja yang berhadapan dengannya. Kini, dengan entengnya mengatakan hal yang sangat serius untuk hidup seseorang.“Apa hubungannya dengan toko bunga saya? Kalau ngomong yang masuk akal dong!” Viona memprotes. Bahasanya juga mulai sudah tidak santai pada Joe, “Perasaan yang kepentok ujung meja terus pingsan itu gue. Tapi kenapa sekarang yang mabok itu Lo, ha?”"Kayaknya otak gue juga geser kepentok kenyataan kakak gue yang stres." Arga menanggapi celoteh Viona.Joe yang memperhatikan kedua orang konyol di hadapannya itu ikut menyunggingkan bibirnya. Menambah ketampanan dari raut wajah yang sudah teruki
Baca selengkapnya
Diterima Di The Eye God Tower
Seperti yang Joe sudah perintahkan, management penerimaan karyawan The Eye God Tower segera mengirimkan undangan interview ulang untuk Viona. Itulah alasannya kembali ke gedung perusahaan milik Joe yang kemarin ia tinggalkan. Atas desakan orang-orang terpentingnya, wanita yang menaut perhatian Presdir duda itu akhirnya tiba di loby perusahaan."Sampai, Bos. Nanti gue pantau daerah sekitar sini. Good luck, Bos!” ujar Jansen pada Viona setelah menghentikan laju mobilnya.“Hmm, ok. Kalian tetap pantau gerak-gerik Kelabang Hitan dan Snakepit. Satu lagi, Sen, nggak usah mengintai Keluarga Hadikusuma, menuru gue mereka nggak ada sangkut pautnya sama dunia kita. Abaikan aja dan jangan cari gara-gara sama mereka. Gue malas ada hubungan sama orang-orang kaya kayak mereka." Pesan Viona pada Jansen, "Gue ke dalam sana dulu, Sen. Hati-hati Lo!" "Siap, Bos!"Viona melenggangkan kakinya memasuki gedung besar tempatnya akan memulai perjalanan barunya—The Eye God Tower.Karena kehebohan yang disebab
Baca selengkapnya
Bahaya Terlena Minum
Sepulangnya dari kantor, si kecil Clayton menatap penuh harap pada Joe. Sang papa yang sejak awal menjanjikan kabar baik padanya, kini mulai ditagih janjinya. Dari balik jasnya, Joe mengeluarkan ponselnya dan diserahkan pada putranya."Ada video pesan buat kamu, coba buka." ucap Joe sambil tersenyum.Langsung saja si kecil tersenyum karena yakin itu adalah tentang Tante Bee, dan saat melihat ada wajah Viona di layar ponsel ayahnya, Clayton semakin sumringah.‘Hai, Clayton. Masih ingat Tante Bee? Eh, bukan. Tante Viona. Apa kabar kamu, Nak? Semoga lekas sehat, ya. Terima kasih karena udah tolongin Tante. Kamu tuh udah mirip Bumble Bee versi kecil, tau? Kamu keren, Clay!’‘Cepat sehat, biar lekas ke sekolah lagi dan makin pintar. Semoga nanti kita dikasih kesempatan buat ketemu lagi, ya. Sampai jumpa, Sayangnya Tante. Muuaah!’Tangan Clayton refleks terangkat ke atas untuk dilambaikan ke arah layar ponsel saat di sana Viona juga melambaikan tangan untuk salam perpisahan sebelum video sin
Baca selengkapnya
Bos Besar Bertamu
Note: Bab sebelumnya bukan bab sebenarnya. Bab sebenarnya sedang dalam review editor, berjudul Bahaya Terlena Minum. Terima kasih...***Kembali ke rumah megah milik Joe. Ayah satu anak itu ternyata juga mengabaikan makan malamnya setelah bercanda singkat dengan Arga. Kini ia mendekati Clayton berusaha membujuk putranya itu untuk makan sedikit lagi. Karena sebelumnya, hanya dua suapan nasi yang berhasil masuk ke dalam mulut si kecil."Clay, makan lagi, yuk. Papa udah ambilin makan malam baru buat Clay. Kamu harus banyak makan supaya cepat sehat lagi." Joe bertanya pada si kecil.“Clay udah makan tadi, Pa. Clay udah kenyang.” jawab si kecil tanpa mengalihkan pandangannya pada tab berisi video Viona.Joe mengarahkan pandangan ke Arga yang baru bergabung setelah mengganti pakaiannya, “Ga, kirim alamat Viona ke gue.” seru Joe.“Maksud Lo? Idih, yang beneran malu-malu mau." Arga tidak mengira akan memiliki kesempatan mengejek kakaknya lagi.“Nggak usah rese’ deh Lo. Tadi siang Shafa ngabar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status