Satu jam pertama bersama Miko.Belum apa-apa, Lian dan Saga sudah kuwalahan mengikuti pergerakan aktif Miko. Sebenarnya Anggi memberikan makan Miko apa sampai-sampai jadi super aktif begini? Tidak mungkin kan diberi bayam kalengan seperti popeye?Bayi delapan bulan ini kesana kemari merangkak, meraba dan mencari pegangan apapun untuk bisa berdiri. Bibirnya juga tidak bisa diam dan mengoceh tidak jelas. Kadang mengikuti Lian atau Saga bicara. Tak jarang Lian memekik saat tangan mungil itu memegang sesuatu yang tidak seharusnya dijadikan mainan seperti kabel, hiasan berbahan kaca di samping TV, saklar yang dipasang pendek di dinding dan lain sebagainya.Sementara Saga juga tak kalah sibuknya menyingkirkan rak kaca ringan yang terpajang di ruang tengah. Mengepel lantai saat Miko menumpahkan kuah makannya yang dibawakan Anggi. Pokoknya keduanya sangat sibuk dan tidak berhenti menggeram karena kelakuan bocah ini. Rumah mereka memang bukan rumah yang r
Tiga jam bersama MikoRasa lelah membuat Lian dan Saga sedikit menutup mata. Mereka kira, Miko akan tertidur setelah minum susu. Namun ternyata, botol itu terlempar di wajah Saga dan membuatnya terbangun dari tidur ayamnya. Ia kaget dan meringis karena hidungnya sakit terkena botol. Bocah gembul ini bukannya terlelap, ia justru senyum-senyum dan mulai memutar tubuhnya dan bergerak-gerak."Astaga ... " Saga menepuk jidatnya. "Kenapa tidak tidur Miko? Uncle lelah sekali. Itu lihat, aunty saja sudah memejamkan matanya. Kamu juga harus bobok ya." Saga membantu Miko untuk berbaring kembali.Namun, dasar bocah ini memang aktif. Minum susu seolah menjadi penambah energinya, Miko pun kembali tengkurap dan merangkak maju mundur.Melihat Saga terduduk lemas, Miko justru tertawa girang sekali. Saga memancing lagi dengan tertidur dengan dramatis dan lagi-lagi ia tertawa kencang sambil menggerakkan kaki tangannya antusias. Padahal Saga tidak sedang beniat menggoda atau menghibur Miko. Receh sekali
Lian memandangi wajah mungil dengan pipi gembul dan sisa biskuit di sekitar bibir dan wajahnya itu. Setelah drama minum susu dan pup, akhirnya Miko tidur juga sambil menonton kartun.Miko tidur di pangkuan Lian dengan tepukan-tepukan ringan tangan Lian di bokong anak itu. Seolah itu adalah penghantar lelap yang baik. Saga masih di sebelahnya, ia juga sama terdiamnya melihat Miko yang terlelap begini. Kadang sesekali Saga juga ikut mengusap kepala Miko."Kalau tidur begini, dia tidak seperti bocah paling aktif sedunia," ujar Saga."Sepertinya semua bocah juga seperti ini. Tapi herannya Anggi tidak pernah mengeluh. Padahal dia tidak punya nanny di rumah. Sering ditinggal Fadil kerja dan mengurus rumah sendirian.""Mungkin karena Anggi pernah kehilangan anaknya dua kali. Maka dengan dia enjoy, tulus dan tidak mengeluh merawat Miko, itu sebagai bentuk rasa syukurnya setelah badai menerpanya dan kini punya anak ini."Lian menipiskan bibirnya. "Mungkin." Anggi memang pernah kehilangan ana
Lian ikut tidur siang bersama Miko. Setelah sekian lama, akhirnya ia bisa kembali merasakan yang namanya tidur siang. Hal yang sangat mahal mustahil dengan kegiatan dan kesibukan pekerjaannya selama ini. Mentok, ia hanya bisa tidur siang di kantor atau studio, itupun hanya bersandar di kursi atau bean bag yang ada di ruang fitting.Siapa sangka tidurnya pun kali ini sangat nyenyak sekali. Ia bahkan tidak tahu sudah berapa lama tertidur. Lalu tahu-tahu, ia merasakan tepukan ringan di bahunya.Matanya membuka, ia mengumpulkan nyawa dan merasakan badannya jadi terasa lebih relaksdan lentur. Ini tidur berkualitas yang tidak pernah Lian dapatkan beberapa tahun terkahir dan kini ia mendapatkannya. Anehnya, ini terjadi saat ia sedang lelah-lelahnya mengurus satu keponakannya. "Lian," panggil Saga saat Lian sudah membuka matanya dan meluruskan tubuhnya.Lian menoleh ke sampingnya dan Miko tidak ada di sana. Matanya mencari-cari bocah gembul itu. Ia pun bingung lalu menatap Saga penuh tanya.
Anggi menelepon dan mengabarkan hal yang membuat Saga dan Lian prihatin. Fadil terkena usus buntu dan harus tindakam operasi kecil malam ini juga. Kemungkinan, Miko akan menginap di rumah ini sampai besok, sampai Anggi sudah menyelesaikan urusannya di rumah sakit dan Fadil bisa lebih baik kesehatannya.Lian dan Saga mengerti dan tentu tidak keberatan —di depan Anggi— untuk mengurus Miko sementara. Walau nyatanya, mengurus Miko sama lelahnya dengan membersihkan rumah dari ujung depan hingga belakang. Mereka tahu keadaan tidak memungkinkan dan mereka jelas tidak tega dengan Anggi yang sudah kerepotan di sana. Maka, dengan lapang hati, Saga dan Lian mendedikasikan diri sebagai baby sitter Miko seharian ini, dengan tulus ikhlas dan tanpa mengharap imbalan.Berbeda dari tadi pagi hingga siang yang dihiasi adu mulut dan perdebatan, kini Saga dan Lian sudah mulai bisa berkomunikasi untuk bekerja sama mengurus bocah gembul ini. Dan sesuai perkataan Anggi, jika Miko tidak dijemput sampai pukul
Bibir mereka beradu seirama, lidah yang saling membelit, mengisap dan mengabsen satu persatu detail mulut masing-masing. Semakin dalam dan melibatkan gairah. Suara cecapan itu memang keras, tapi mereka yakin tidak akan sampai membangunkan Miko di sebelah mereka. Tangan Saga sudah menyusup ke dalam piyama Lian, tapi ia merasa tidak leluasa dan tidak adil ketika kaosnya saja sudah dilepaskan. Maka, Saga menghentikan ciuman mereka dan memundurkan badan untuk membuka kancing piyama Lian. Seperti biasanya, Lian tidak pernah memakai bra saat akan tidur, jadi Saga tidak perlu repot-repot membuka kaitannya. Saga menciumi aatu gundukan itu, mengulumnya dan menggigit sesekali. Tangan satunya aktif menangkup payudara Lian yang lain, memainkan dan memelintir atasnya dengan gerakan fluktuatif. Ketika Saga melakukannya terlalu keras, Lian akan melengkungkan dadanya ke atas dan kaki-kakinya bergerak tidak karuan.Lian mendesah tertahan, menggigit bibirnya sendiri keras-keras. Ia menarik kepala Saga
04.00Pagi terlalu pagi dan Miko sudah berhasil membangunkan dua orang dewasa di samping kanan dan kirinya. Ia sudah seperti gangsing dan berceloteh keras-keras. Lian dan Saga terpaksa membuka matanya. "Miko, kamu sudah bangun?" Lian menegakkan tubuhnya dan bersandar di kepala ranjang. Ia menarik Miko mendekat dan menciumnya dengan gemas. Tangan Lian meneluk tubuh mungil itu tanpa perlawanan.Tangan Saga juga terulur untuk menyentuh kaki Miko dan mengusapnya lembut."Mimimi ... Mimimi ... " ocehnya.Sejak Miko di sini, Lian sudah mulai paham sedikit demi sedikit apa yang Miko mau. Ia pun melirik ke arah Saga dan mengodenya untuk membuatkan susu.Dengan wajah pura-pura sedih, Saga bangkit dari tidurnya dan melesat ke dapur. "Mimimi ... ""Sebentar ya, susunya baru dibuatkan uncle.""Cucucu ... Cucucu ... " Miko mulai memperlihatkan wajah kesalnya karena meminta susu.Lian pun bangkit dan menggendong Miko keluar kamar. Ia mencarikan mainan Miko sambil menunggu susunya selesai dibuat.
Selesai sudah tugas Saga dan Lian menjadi babysitter Miko.Lian meregangkan otot-ototnya di dalam mobil setelah dari pagi buta sampai siang mengurus Miko dengan segala tingkah ajaibnya. Ya, memang ia tidak sendirian. Tentu Saga menjadi uncle yang juga siaga mengurus Miko. "Kerjasama yang baik sayang," ucap Saga sambil menepuk puncak kepala Lian dengan bangga."Lain kali kalau Anggi menitipkan Miko, harusnya kita tidak perlu keberatan lagi kan Mas? Kasihan juga jadi Anggi. Fadil kalau sakit manjanya minta ampun, mana adik dan orangtua Fadil sibuk terus dan terkesan tidak peduli. Lihat kan Mas, wajah Anggi terlihat menua sekarang?""Jadi solusinya dia harus punya babysitter atau perawatan wajah?" Lian memutar kedua bola matanya. "Aku serius Mas. Kenapa kamu selalu merespon dengan bercanda terus?"Saga tertawa. "Iya iya maaf sayang. Tapi menurut pandanganku, Anggi tahu apa yang dia mau dan lakukan. Apa yang kita lihat di luar belu