“Aqeela, kau tidak bisa terus-terusan seperti ini, dan kau juga tidak bisa tinggal disini, karena sesuai dengan perjanjian setelah bertunangan kau harus tinggal di rumah kediaman keluarga Genaaro, mereka tak mau mengambil resiko jika terjadi sesuatu padamu sebagai tunangan Sean”Felisha menatap Aqeela yang masih betah berdiam diri di kamarnya, di rumah kedua orangtuanya.“Mommy mengusirku? Akukan anak mommy, mengapa kau begitu tega?”“Bukan begitu Aqeela, bukankah sudah beberapa kali mommy katakan, menurutlah pada mommy dan ini demi masa depanmu sendiri”Aqeela bangun dari tempat tidurnya, dan berjalan menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. “Iya..iya, aku mandi dulu, setelah itu aku pulang ke rumah Sean, heran aku… kenapa aku tidak boleh tinggal di rumahku sendiri”Felisha geleng-geleng kepala mendengar keluhan putrinya. “Ini semua demi kebaikanmu sendiri Aqeela” teriaknya sebelum pintu kamar mandi tertutup rapat.Sejak kejadian di hotel itu memang Aqeela tak berani mengin
Sean menutup tablet di tanganya, namun dia sudah menyimpan file video saat Aleeka menceritakan dan mengakui bahwa dia hamil dan itu adalah anak mereka. Sean tersenyum puas saat melihat unduhan videonya selesai, dia pun menyimpan file tersebut ke dalam flashdisk. “Kau kini tak akan pernah kulepaskan lagi Aleeka, tunggulah sampai aku menjemputmu, sabar ya baby” Saat ini Sean dan Liliana sedang berada di villa milik keluarganya di Bali, sebenarnya Sean ingin pergi sendiri, tetapi Liliana memaksa untuk ikut saat mendengar bahwa kepergian Sean ke Bali kali ini adalah karena untuk menangani permasalahan Jerome. “Sean, apa Jerome sudah siuman?” tanya Liliana yang melihat Sean duduk di depan TV sambil tersenyum. “Oh .. nenek, kau membuatku terkejut. Tidak nek, Jerome belum sadar sampai sekarang, tapi kau jangan khawatir karena dokter bilang tak ada luka serius, mungkin sebentar lagi juga dia akan sadar” “Syukurlah, sampai saat ini aku masih tidak mengerti apa yang terjadi pada adikmu itu,
Di Singapura. Aleeka telah kembali menjalani rutinitasnya, sudah beberapa hari ini dia kembali bekerja. Beruntung rekan kerjanya telah menghandle semua pekerjaanya selama Aleeka ‘diculik’ oleh Sean beberapa waktu lalu. “Aleeka, aku membawakan makan siang untukmu” Daniel meletakan kantong berlogo restoran mahal di atas meja kerja Aleeka. “Oh..Daniel? kau tak perlu repot seperti ini, aku bisa makan di kantin bawah” “Tak perlu sungkan begitu Aleeka, kulihat kau sibuk sekali dengan pekerjaanmu, apa ada yang bisa kubantu?” “Terimakasih Daniel, kau sudah membantu banyak selama ini, kini saatnya aku melakukan pekerjaanku sendiri” “Sudah kukatakan jangan sungkan padaku, aku senang bisa membantumu dan kalau kau membutuhkan sesuatu aku harap aku adalah orang pertama yang kau hubungi” “Sekali lagi aku ucapkan terimakasih Daniel, kau sahabatku yang paling baik” Daniel tersenyum sendu saat mendengar Aleeka hanya menganggapnya sebatas sahabat. Dia menatap wajah Aleeka hendak mengatakan sesua
Aqeela buru-buru menacapkan flashdisk ke laptopnya saat benda itu sudah menyala, beruntungnya di dalam flashdisk tersebut hanya ada satu file video, hal itu memudahkan Aqeela untuk memerikssanya.“Ini video apa ya? Mengapa bisa membuat Sean begitu bahagianya?”Dengan cepat Aqeela memutar isi video tersebut, dan tercengang saat mengetahuinya. Berulang kali Aqeela memutar video tersebut, namun tetap tak berubah. Hati Aqeela panas seakan terbakar.“Sialan! Jadi Aleeka telah melanggar janjinya! Mereka berhubungan dan sekarang Aleeka tengah hamil anak Sean! Ini tidak bisa dibiarkan, aku harus melakukan sesuatu”Aqeela terlihat sangat marah, wajahnya memerah dengan kedua tangan terkepal, dia berjalan mondar mandir di kamarnya. “Lihat saja Aleeka, aku akan melenyapkan anakmu itu, tak akan kubiarkan kehadiran bayi itu mengganggu kebahagiaanku!”Aqeela pun meraih ponselnya dan mulai melakukan panggilan telpon.“Mommy…”
CiiiiitttttttBunyi mobil mengerem mendadak terdengar memilukan, mobil tersebut berhenti tepat di dekat tubuh Aleeka yang terbaring di jalan.“Aleeka? Ya Tuhan, itu benar kamu?” seorang pria keluar dari mobil dan menghampiri Aleeka yang masih terpejam.Perlahan Aleeka membuka matanya dan melihat sebuah wajah yang sangat familiar. “Daniel… tolong… tolong aku”Laki-laki yang tak lain adalah Daniel, rekan kerja Aleeka langsung mengangkat tubuh Aleeka dan memasukanya ke dalam mobil. “Kita ke rumah sakit sekarang, tahanlah sebentar Aleeka”Daniel bergegas membawa Aleeka ke rumah sakit yang tak jauh dari sana, wajah Aleeka sudah sangat pucat, dan ketika mobil yang Daniel kendarai memasuki area rumah sakit, pandangan Aleeka menjadi gelap dan dia tak sadarkan diri. Melihat Aleeka tak bergerak lagi Daniel menjadi sangat panik, dia langsung menggendong Aleeka ala bridal dan berlari masuk ke dalam rumah sakit, dia tak peduli mesin mobilnya masih menyala dan pintu mobil pun masih terbuka.Entah b
Aqeela menutup panggilan telpon dengan senyum mengembang di bibirnya. “Bagus! kuharap kandunganya gugur saat ini, untung saja mommy selalu membantuku, aku tak tau apa jadinya hidupku nanti jika tak ada mommy”Dengan wajah sumringah Aqeela menuruni tangga untuk bergabung di ruang makan, namun sesampainya disana dia hanya melihat Liliana seorang diri sedang duduk menunggunya untuk sarapan bersama.“Nenek, dimana Sean? Apa dia masih sakit? Dia tidak turun untuk sarapan?”“Ah Aqeela, kau sudah turun rupanya, kemarilah sayang.. duduklah disini, kita sarapan bersama ya?”Aqeela mengerutkan dahi karena Liliana tidak menjawab pertanyaanya, wajahnya berubah ketus. “Kau tidak menjawab pertanyaanku nek, mengapa aku tidak melihat Sean pagi ini?”Liliana menoleh karena terkejut dengan intonasi suara Aqeela yang terdengan meninggi dan ketus. Aqeela langsung menyadari kekeliruanya, dia langsung memasang wajah selembut mungkin dan menarik kursi untuk duduk di samping Liliana.“Maaf nek, aku tadi hany
“Kau curang sekali Andina, kau yang mengajak berenang malah aku sendirian yang turun ke kolam” Aqeela cemberut menatap Andina yang tidak jadi berenang karena tiba-tiba tamu bulananya datang.“Maaf Aqeela, aku juga tidak tau kalau tamu bulananku datang hari ini, aku temani saja sambil duduk disini ya? Kamu berenang aja sendiri” Andina menunjuk kursi pantai yang ada di pinggir kolam renang dan langsung duduk berselonjor disana.Akhirnya Aqeela pun tak mempedulikan Andina dan asik berenang sendiri, sesekali dia meminta Andina untuk memotret dirinya disana. Andina dengan senang hati melakukanya, dan beberapa foto dia kirimkan ke nomor kontak seseorang selain di kirim ke Aqeela.Di luar villa, mobil sport mewah warna biru itu telah berhenti tepat di depan pintu masuk villa tersebut, namun pengemudinya tak segera keluar dari dalam mobil, dia sedang asik mengamati layar ponselnya dengan senyum menghiasi bibirnya.“Kamu selalu cantik dalam segala pose Aqeela” gumam laki-laki tersebut.Perlah
Sudah dua hari Aqeela menginap di villa milik Gibran, setiap malam pula mereka melakukan kegiatan seperti sepasang suami istri. Kini Aqeela sudah tidak canggung lagi terhadap Gibran.“Aqeela, ayo kita menikah” Gibran membelai kepala Aqeela yang bersandar di dadanya, mereka masih berada diatas kasur setelah mengulang pergulatan panas mereka.Aqeela mengangkat kepalanya dan manatap wajah Gibran, jantungnya berdebar kencang, dia mengusap pipi laki-laki yang sudah ini menghabiskan malam bersamanya selama dua hari ini. Hingga mata Aqeela tak sengaja melihat cincin pertunanganya dengan Sean yang terselip di jari manisnya.Secepat kilat Aqeela membalikan tubuhnya membelakangi Gibran. “Aku sudah bertunangan Gibran, aku tidak bisa menikah denganmu, dan… ini.. ini adalah kesalahan!” saat mengucapkan kalimat terakhirnya Aqeela terisak. Aqeela masih bingung dengan apa yang di rasakanya, saat Gibran menyentuhnya, dia tak mampu untuk menolak, walaupun dia sebenarnya sangat ingin. Kini gadis itu seo