***
Evan bergumam sendiri, "Yah, bentar lagi denger bacotnya, nih."
"Ih, kan gak boleh, Dav! Kok lo bandel banget, sih?!" teriak Anara dari jauh.
Daver melihat ke sekitar. Beberapa orang yang lewat jadi memandangnya karena Anara berteriak padanya.
"Sssst." Daver mengacungkan telunjuk di depan bibirnya.
Bunyi 'ck' terdengar dari lidah Anara. "Lo mah gak bisa dibilangin!"
Daver menyengir, lalu berbicara, "Gue udah gak apa-apa, kok."
"Baru dijahit kemarin, peak! Kalau kaki lo bisa ngomong, pasti dia udah menjerit!" Anara tidak berh
"If you want to be seen, make something you can show them. Be someone."-Anara Emiley***"Ra, gue lagi pengen es krim," ucap Evan keras. Suara motornya begitu berisik membuat ia harus berbicara dengan volume tinggi agar Anara dapat mendengarnya."Gue ngantuk mau pulang!" balas Anara menolak.Evan menyergah, "Pokoknya temenin gue makan es krim!""Jangan kedai es krim komplek gue, deh. Gue udah pernah ke sana dua kali berdua doang sama cowok. Nanti dikira mbak-nya, pacar gue banyak lagi." Anara terus berceloteh,
...."Bakalan, lah! Daver pasti bakal suka sama lo!" jawab Evan sok yakin.Anara tertawa. Ia memasang wajah meledek seperti 'Ah masa? Oh, bodo amat' yang membuat Evan berdecak kesal."Yeh, dibilangin. Cewek kayak lo banyak yang ngejar, Ra. Apalagi lo pinter. Nih, yang penting punya ini." Evan menunjuk kepalanya. "Otak.""Jadi cewek harus pinter. Gak cuma akademik aja, tapi semuanya. Pinter jaga diri, pinter ibadah, pinter berperilaku, pinter pola berpikirnya." Evan mengetuk jidat Anara pelan dengan jarinya. "Denger, gak?"Anara mengangguk selayaknya anak kecil. Ia spontan mengerjapkan mata saat jari Evan sampai di dahinya.
"Sorry, i'm a newbie, so i dont know that falling in love with you is hurting me so deep."-Fara Maria***17.45 WIB.Fara sudah siap dengan pakaian kasual yang membuat tampilannya tampak memukau. Kalau urusan pergi, Fara yang paling tidak mager. Lebih mending daripada Anara dan Elena.Hal yang suka cewek Zhenix kesali. Kadang, kalau mau berjalan dengan salah satu cowok Zhenix, banyak sekali peraturannya. Atau bisa disebut sebagai permintaan dari mereka.Pernah waktu Elena berjalan dengan Ander untuk minta ditemani membeli kado, Ander bi
....Daver berusaha untuk berbicara sehalus mungkin tanpa menyakiti Fara. Tapi mau sehalus kayak apa pun, nyatanya Fara tetap kecewa."Jadi..." Fara meminta Daver melanjutkannya, tapi cowok itu diam. "Lo beneran sekadar tertarik biasa?"Sedetik kemudian, terdengar suara pengumuman bahwa studio lima telah dibuka. Daver bersyukur karena terbebas dari situasi yang tidak enak ini.Daver berdiri. "Kita bahas nanti. Kita masuk dulu, yuk."Fara tetap duduk sambil memandang Daver dengan emosi. Tapi ia menjaga dirinya supaya tidak marah dan menangis. Datang bulan membuat Fara semakin sensitif sekarang."
....Fara meneteskan air matanya. Ia buru-buru menghapus itu. "Ya. Gue emang pantes ngedapetin yang lebih." Fara menghibur diri. Sebenarnya, ia cuma mau Daver dan tidak mau yang lebih.Fara menggertakan gigi, menahan sesenggukannya. Ia tahu ia tampak menyedihkan sekarang. Seperti orang yang mengemis cinta."Jangan berhenti jadi sahabat gue,please." Daver memohon. Ia tidak mau kehilangan koneksi dengan Fara.Fara mengangguk singkat, meng-iya-kan. Ia pun tidak akan berhenti bersahabat dengan Daver hanya karena sakit hati.Keadaan hening seketika. Fara sibuk mengatur napas di saat Daver terus menatapnya penuh khawatir dan rasa tidak tenang.
"You need to fall for knowing your fault."-Fara Maria***Sabtu, 11.30 WIBAnara pergi ke rumah Fara karena gadis itu memintanya untuk datang. Anara tidak diberikan alasan yang jelas. Hanya saja Fara memaksanya dan mau tidak mau Anara menuruti.Ketika Anara berjalan keluar rumah, kebetulan sekali Ander lewat. Memang rumah mereka sangat searah dan dekat. Melihat Anara yang berdiri di sekitar pekarangan, Ander menghentikan motornya."Ra, mau ke mana?" teriak Ander, tidak mematikan mesin motornya sehingga suara&nb
..."Daver suka sama lo kayaknya, Ra." Fara menatap Anara dengan matanya yang sedikit bengkak. "Kalau dia nembak lo, terima aja, ya. Gak usah pikirin gue.""Gue cerita kayak gini karena gue bener-bener gak tau ke siapa gue bisa numpahin rasa sedih gue," tambah Fara memperjelas. "Gue terima aja kalau nantinya lo sama Daver. Di saat itu pasti gue udah lupain dia, kok."Anara memukul pelan tangan Fara. "Ngaco, lo. Ngomongnya udah kayak gue sama Daver mau nikah aja. Lagian dia juga gak suka sama gue, Fara. Entah kayak apa lah cewek yang dia suka."Fara menatap Anara sendu."Huhu. Wajar gak, sih, gue nangis kayak gini?" Fara melihat Ander. "Kok, gue ngerasa alay b
***Beberapa tahun lalu, Daver adalah bagian Fightcamp, tempat berlatih kickboxing yang amat sangat populer dan mahal di Jakarta. Atas satu dan lain hal, ia keluar dan terbiasa.Kehadiran Gema waktu itu membuat dirinya jadi berurusan dengan Fightcamplagi. Mau tidak mau, sekarang ia jadi keterusan. Akhirnya, sekarang Daver memutuskan untuk ke Fightcampdan menemui teman-teman lamanya."Widih, si Bos!" sapa Bima mendekati Daver yang masuk. Ia memeluk Daver sebentar, lalu melepaskannya.Daver menggeleng dan tertawa pelan. "Bos apaan sih?""Jadi sering ke sini, nih. Ayolah,comebacksekalian." Bima menepuk punggung Daver keras.