Kedua insan layaknya sepasang merpati itu saat ini tengah menatap layar datar televisi setelah aktivitas yang keduanya lakukan. TV itu baru saja dinyalakan. Alessandra meletakkan kepalanya di dada bidang Tuan Aroon yang sedang bersandar di headboard ranjang. "Saya tidak menyangka Anda masih konsisten dengan kesepakatan kita," ujar Alessandra. Tuan Aroon berkata datar dan sedikit sombong, "Itu keunggulanku. Nilai plus dariku yang tak akan kau dapatkan dari lelaki lain."Tak dipungkiri Alessandra, ia mengakuinya. Meskipun seluruh ucapan Tuan Aroon tidak benar karena Alessandra belum pernah menjalin hubungan dengan pria mana pun. Alessandra selalu memprioritaskan karirnya sehingga tak sedikit lelaki yang ia tolak cintanya. "Kau ingin mobil warna apa, hmm?" tanya Tuan Aroon, tangannya mengusap lembut punggung Alessandra. "Saya tidak ingin mobil," sahut Alessandra sembari memainkan jemarinya di dada yang menjadi bantalnya itu. "Ok. Nanti saja kita bahas. Sekarang coba beritahu mengap
Kulit-kulit biji matahari matang nampak berserakan di mana-mana. Malam ini Alessandra asik menikmati snack biji kuaci sembari menatap layar ponselnya, namun tak lama bergelut dalam zona nyamannya itu karena satu pesan video yang dikirim Tuan Aroon padanya. Maniknya yang semula berair karena menonton acara komedi berubah membesar sebesar bola kasti. Pasalnya, dalam video yang dikirim Tuan Aroon, berisi gambar seorang pria yang babak belur penuh lebam. Wajah pria itu familier baginya meski tertutup warna matang seperti buah blueberry.Segera Alessandra menelepon Tuan Aroon untuk memastikan. "Apa dia pria itu Tuan?" tanyanya ketika panggilan tersambung. Terdengar suara berat Tuan Aroon, "Iya. Apakah kau puas?" Alessandra menggeleng meski tak mungkin terlihat oleh manik Tuan Aroon. "Itu berlebihan Tuan. Saya tidak pernah memikirkan hal ini sebelumnya," ucap Alessandra dengan suara rendah. Terdengar Tuan Aroon menyahuti, "Kau sungguh pemurah hati!"Setelah itu telepon mati. Alessand
Sapuan brush diarahkan oleh tangan profesional seorang MUA ke kulit putih glowing Alessandra, meninggalkan jejak warna peach yang membuat wajahnya nampak semakin cantik merona. Perona itu seakan melebur bersatu dengan kulitnya sehingga nampak natural tak berlebihan. Sesuai himbauan sang bos sebelum kekasihnya itu dieksekusi di meja rias, dia berkata pada sang MUA, "Rias dengan riasan natural tanpa menutupi tekstur glow skin-nya. Dia tetap cantik meski minim riasan."Himbauan itu diangguki sekaligus disanggupi sang MUA ternama. Mengenakan gaun simpel tanpa lengan dengan panjang selutut berwarna putih gading, Alessandra telah siap untuk menjalani sesi pemotretan. Rambutnya digelung dengan menyisakan anak rambut yang di-curly menambah kesan menawan. Kalung liontin berbentuk hati kecil melingkar di leher jenjangnya menambah kesan elegan. Tuan Aroon patut berbangga diri memiliki wanita dengan kecantikan bak dewi yunani ini. "Apakah aku telah mendapat jackpot?" bisik Tuan Aroon yang sanga
Dua kotak potato gnocchi telah ludes tanpa sisa, dua kaleng minuman pun tandas menyisakan ruang kosong nan hampa.Tuan Aroon mengecup mesra kening wanitanya kemudian beranjak pergi meninggalkannya. Satu jam setelah kepergian Tuan Aroon, Mervile tiba dari berkelana di beberapa tempat stasiun televisi. Sang nona menyambutnya dengan kalimat sarkasme. "Kau terlihat sok tampan di televisi. Kau ingin menyaingiku sebagai model papan atas?" "Saya memang tampan dilihat dari mana pun. Apakah Anda baru menyadarinya, Nona?" sahut Mervile dengan senyum lebarnya. "Dilihat dari menara Eiffel pun kau tetap sama. Masih seorang Mervile. Satu-satunya bodyguard kurang ajar yang kupunya," cibir Alessandra. Mervile nampak nyengir. "Nona meng-klaim saya milik Nona? Wow, Anda harus segera mengurus sertifikatnya, Nona."Alessandra menggeleng pasrah. "Gila!" sahut Alessandra. "Tapi ada satu yang patut kuapresiasi darimu Mervile."Mervile nampak bersemangat, senyumnya mengembang, maniknya menampakkan binar
Terdengar sahutan dari wartawan lain yang membenarkan dan mendukung praduga kawannya itu. "Benar. Itu masuk akal sekali."Ruangan pun disesaki oleh sahutan-sahutan wartawan bak suara kicauan burung di pagi hari. Suasana mendadak riuh. Belicia kembali bersuara, "Bukan, bukan. Kami bukan spesialis pencetus gimmick. Kalian mitra kami, tentu kalian memiliki rekam jejak kami. Apakah ada di catatan atau rekaman kalian list gimmick mengiringi perjalanan karir kami, khususnya rekan saya Alessandra? Dia sangat berbakat dan mungkin terlahir dengan menyerap pesona magic sang Dewi. Sehingga Tuan Aroon pun memujanya dengan sebutan Nona seribu pesona."Kalimat per kalimat manis yang terlontar dari bibir Belicia sedikitnya meredakan suara-suara sumbang itu. Belicia patut diapresiasi. "Dan ... Tuan Aroon? Saya rasa kalian lebih dari tahu sepak terjang Tuan Aroon selama ini. Sorot kamera dan media cetak tak luput mengiringi perjalanan karir bisnisnya. Sudah berapa banyak prestasi beliau yang kalian
Tuan Aroon mengeratkan lingkaran tangannya. "Jika kau seperti ini, aku khawatir melanggar kesepakatan kita," bisik Tuan Aroon, lalu menggigit sekilas telinga wanitanya. Tiba-tiba Alessandra melepaskan diri, beranjak ke kursi kebesaran prianya dan duduk di sana. Membuat sang mantan casanova itu berdecak.Saat ini Alessandra memang nampak berbeda dan ia menyadarinya. Seperti menemukan sisi lain dari dirinya. Ia tiba-tiba menjadi sosok wanita yang seolah haus belaian. Semenjak acara konferensi pers tadi, tak dipungkiri hatinya menghangat dengan ungkapan pujian yang bertubi-tubi dilontarkan prianya itu. "Anda tidak memberitahu saya kalau Belicia dialihkan ke Glow Make-up," ucap Alessandra memulai obrolan serius. Tuan Aroon berjalan ke arahnya dan duduk di depannya di atas meja kerja. "Aku memang tidak berniat melakukan itu," sahut Tuan Aroon santai. "Lalu?" Alessandra mengerutkan kening tanda bingung dengan ucapan prianya itu. Mana mungkin tidak berniat tetapi mengumumkannya ke publ
Mobil itu melesat cepat meninggalkan parkiran Aroon's Company, juga pemiliknya yang tak henti-hentinya mengumpat. "Awas kau! Setelah ini akan kukirim kau ke tempat yang tak pernah sebelumnya kau pikirkan!""Bodyguard kurang ajar!""Tak tahu diri!"Seorang wanita tiba-tiba hadir, menambah kekesalan pria tampan yang sedang mengumpat itu. "Tuan, saya menunggu Anda dari tadi di ruang sekretaris Anda," ucap wanita itu. "Kau sudah mendapatkan yang kau inginkan. Kenapa lagi harus menemuiku?" raut Tuan Aroon nampak murka sisa dari kekesalan sebelumnya. "Maaf jika tadi saya lancang. Saya hanya ingin membuat citra Anda tidak dianggap buruk karena memutus kontrak saya," ucap Belicia mencoba beralasan. "Jika bukan karena Alessandra, sudah habis kau!" maki Tuan Aroon seraya masuk ke dalam gedung. Ia merasa muak jika harus berlama-lama dengan wanita satu spesies dengan Sabrina itu. Ditambah sisa kekesalannya pada bodyguard itu membuat ia ingin melahap siapa saja yang berada di hadapannya. Bel
Alessandra menangkap raut berbeda dari wajah tampan bodyguard-nya."Kau sedang tidak enak badan?" tanyanya dengan menatap intens pria yang berada di balik kemudi itu. Mervile merespons dengan satu gelengan, membuat Alessandra mengerutkan kening tanda heran."Kau ada masalah? tanyanya lagi, merasa ada sesuatu yang terjadi dengan bodyguard itu. Mervile yang ada kalanya banyak bertanya bahkan berbicara cerewet kini nampak diam seribu bahasa. Pandangannya tajam lurus ke depan, bibirnya datar tanpa lengkungan. Alessandra menghela napas panjang seraya menggeleng mendapati sikap bodyguard-nya itu. "Mervile, berhubung kau yang datang ke acara talkshow beberapa waktu lalu, maka ambillah gajimu. Semua pendapatan dari jerih payahmu berkelana di stasiun televisi waktu itu adalah milikmu," ucap Alessandra yang berpikir perubahan Mervile karena adanya masalah finansial. Ia merasa Mervile mengalami kesulitan karena hukuman yang ia layangkan. Pria itu merespons hanya dengan anggukan ringan bahka