"Kita mau pakai lagu apa?" tanya Tika.
"Lagu blackpink saja yang love to hate me," usul Diva.
"Boleh, kita belum pernah pakai lagu itu disekolah," jawab Nisa.
"Gue beri contoh dulu ya," ucap Diva berjalan menuju ke tengah dan mulai menggerakkan badannya secara bertahap agar sahabatnya paham.
"Bagaimana?" tanya Diva setelah menyelesaikan gerakannya.
"KEREN!" seru Tika kagum.
"Bisa-bisanya napas dia tetap normal," celetuk Mira menggelengkan kepalanya.
"Ayo kita coba," ajak Nisa tidak sabaran.
"Ayo."
Mereka memulai latihan dengan Diva yang berada di posisi tengah. Keringat mulai membasahi badan mereka. Gerakan tubuh mereka sangat lentur, sudah seperti dancer terkenal. Mereka terus mengulang dance nya supaya sempurna sampai tidak ada kesalahan apa pun.
2 jam telah berlalu. Mereka memutuskan untuk menyudahi latihan hari ini, karena langit sudah mulai gelap.
"Huh, akhirnya selesai juga," ucap Tika dengan po
Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat. Seperti baru kemarin mereka latihan dan sekarang sudah sibuk membantu pengurus OSIS mendekor lapangan untuk acara besok."Va," panggil Adit menghampiri Diva yang sibuk menata bunga di depan panggung."Ya," jawabnya tanpa menoleh."Istirahat dulu ayo," ajak Adit. Pasalnya Diva sangat sibuk semenjak datang pagi tadi dan sekarang hari sudah siang."Iya, nanti."Dengan paksa Adit membalikkan badan Diva agar menghadapnya."Apa... mau protes?" tanya Adit datar yang dijawab gelengan kepala oleh Diva."Ayo makan," ajak Adit memegang kedua bahu Diva."Aku-""Mau protes hm?" tanya Adit menatap lekat mata Diva."Enggak," jawab Diva cepat bahkan kepalanya pun ikut menggeleng beberapa kali."Pacar yang pintar," ucap Adit menepuk pelan puncak kepala Diva.Tanpa berlama-lama lagi Adit segera membawa Diva ke kantin. Dia tidak ingin kekasihnya sakit, biarkan saja dekoras
Diva menatap pantulan dirinya di cermin. Perasaannya gundah, entah apa yang akan terjadi kedepannya. Dirinya hanya bisa berharap semoga semuanya baik-baik saja."Ternyata gue cantik juga ya," gumam Diva seraya memutar badannya. Saat ini Diva memakai dress berwarna biru muda, dia dan sahabatnya akan berganti pakaian saat sudah mendekati waktu tampil.Setelah merasa tidak ada yang kurang Diva berjalan menuju sofa yang terdapat satu ransel besar, di dalamnya berisi pakaian ganti untuknya, sahabat, serta Adit."Adek, kenapa enggak pakai jeans aja?" tanya Abang Justin saat Diva menuruni tangga dengan ransel besar di punggungnya."Kenapa, Bang?" Diva balik bertanya."Enggak pantas kalau bawa ransel gitu. Nanti biar Abang saja yang bawa," ucap Abang Justin.Diva hanya bisa mengangguk."Ayo sarapan dulu," ucap Mama Githa."Ma," panggil Diva. Bukan hanya Mama Githa yang menoleh tetapi semuanya."Ada kecap enggak?" tanya Div
Diva dan ketiga sahabatnya sedang berjalan cepat menuju lapangan. Sekarang sudah waktunya mereka tampil."Ayo cepat," ucap Diva yang berjalan paling depan.Setelah sampai di samping panggung mereka berpegangan tangan, berdo'a agar penampilan mereka berjalan lancar."MARI KITA SAMBUT DIVA AND THE GENG!"Diva dan ketiga sahabatnya mulai menaiki panggung. Mereka langsung mengatur posisi dengan Diva di bagian depan, sebelah kanan Nisa, Tika di sebelah kiri, dan Mira di belakang.Penonton sangat riuh apalagi kostum yang di pakai Diva dkk lumayan terbuka. Mereka mengenakan celana hotpans berwarna putih dengan atasan baju crop, yang memperlihatkan kaki serta lengan mereka yang mulus.Disaat yang lain terpesona, berbeda dengan Adit yang menahan emosi. Ini sudah yang kedua kalinya Diva memakai baju seperti itu. Apalagi melihat tatapan lapar dari para lelaki sukses membuat emosinya mendidih.Lagu blackpink yang berjudul love to hate
Setelah acara tahunan kemarin, murid-murid diliburkan satu hari. Dengan tujuan agar mereka bisa beristirahat setelah acara, yang otomatis menguras energi.Diva sedari tadi hanya berguling-guling di atas kasurnya. Gabut melanda, dia bingung mau ngapain."Adit kok enggak chat sih," gumamnya melihat hp untuk yang kesekian kalinya. Sedari tadi dia mengecek siapa tahu ada chat dari Adit yang mengajaknya jalan.Karena sudah terlalu bosan, Diva berlari menuju kamar sang Abang berada."Abang," panggil Diva dengan menyembulkan kepalanya."Apa?" tanya Abang Justin yang sedang duduk di kursi belajar."Main yuk!" ajak Diva memelas."Mau ke taman aja?" tanya Abang Justin.Diva mengangguk semangat. "Boleh." Yang kemudian berlari ke kamarnya untuk berganti pakaian.Abang Justin menggelengkan kepalanya melihat tingkah adik satu-satunya itu."MAMA," panggil Diva berteriak."Ada apa, Sayang?" tanya Mama Githa yang baru
"Hai," Diva menepuk pundak seseorang yang sedang bercanda dengan orang lain di atas ayunan.Keduanya menoleh dengan raut muka yang berbeda. Seseorang yang Diva tepuk tadi badannya seakan kaku, sedangkan satunya lagi menatap tidak suka ke arah Diva."Kamu ngapain disini?" tanya Diva lembut."Gue main," jawab seseorang itu singkat."Gue? Sejak kapan kamu menggunakan kata gue, Adit?" tanya Diva mencoba tenang.Ya, seseorang yang Diva kenal itu adalah Adit. Kekasihnya yang sedang berduaan dengan wanita lain."Adit, dia siapa?" tanya perempuan yang berada disebelah Adit dengan raut polosnya."Teman aku," jawab Adit lembut.Diva menatap tidak percaya ke arah Adit. Apa tadi dia bilang? Teman? Lalu hubungan mereka mau dikemanakan? Dan kenapa Adit berbicara menggunakan aku kepada dia, sedangkan dengan dirinya menggunakan gue?"Tema
"Adek, kenapa belum berangkat?" tanya Papa Afnan. Dirinya baru saja keluar untuk berangkat ke kantor dan mendapati Diva yang masih duduk di bangku depan rumah, padahal hari sudah semakin siang."Diva nunggu Adit, Pa," jawab Diva tersenyum."Ini sudah siang. Ayo sama Papa aja, mungkin Adit lagi ada halangan di jalan," ucap Papa Afnan.Mendengar ucapan Papanya, Diva melihat jam tangannya. Ternyata benar, hari sudah semakin siang. Tidak terasa dirinya menunggu Adit sudah satu jam dan Adit tidak kunjung datang. Tadi sebenarnya dia diajak berangkat bersama Abang Justin, namun karena semalam Adit bilang ingin menjemputnya jadi dia menolak."Ayo, Sayang. Nanti kamu terlambat loh," desak Papa Afnan yang tidak tega melihat putrinya menunggu.Diva mengangguk menyetujui. "Iya, Pa."Seperti biasa, selama perjalanan tidak pernah hening jika satu mobil bersama Diva. Dia menceritakan apa
Tidak ada yang lebih menyakitkan saat kita melihat kekasih sendiri sedang menyuapi wanita lain, sekalipun itu adalah sahabatnya. Yang membuat Diva hampir menangis adalah karena melihat Adit yang berduaan dengan perempuan yang sama seperti di taman kemarin."Va, lo mau kemana?" tanya Mira mencekal pergelangan tangan Diva."Bentar ya," ucap Diva tersenyum kemudian berjalan menghampiri meja inti danger."Hai," sapa Diva ceria.Ketiga sahabat Adit langsung mendongak saat mendengar suara yang begitu familiar."Hai, Cantik," sahut Bara dengan semangat begitupun Revan dan Daniel. Mereka layaknya bunga layu yang baru saja disiram."Sini duduk, Va," ucap Daniel menepuk kursi kosong di sebelahnya dan itu berhadapan dengan Adit.Diva mengangguk dan mendudukkan dirinya. Namun, pandangan matanya tidak lepas dari kedua sejoli yang asik dengan dunianya sendiri. Seakan-ak
"Adit!" teriak Karin yang menghentikan pertengkaran antara Adit dan Revan. Saat Adit menoleh ternyata Karin sudah duduk di lantai."Kamu kenapa?" Adit dengan sigap membantu Karin berdiri.Diva dan yang lain hanya memperhatikan apa yang dilakukan keduanya. Hati Diva seakan teriris saat mendengar nada bicara Adit yang begitu lembut, berbeda saat berbicara dengan dirinya tadi. Ada sedikit rasa iri di hati Diva, ingin sekali dia berada di posisi Karin. Jika menjadi sahabat bisa diprioritaskan, dia dengan senang hati lebih memilih menjadi sahabat Adit daripada pacar."Aku didorong, Adit," cicit Karin dengan air mata buayanyaMira langsung memalingkan muka, muak dengan drama sepasang sahabat yang berada di hadapannya ini."Siapa?" tanya Adit menatap tajam ke arah sahabatnya.Mereka kompak menggelengkan kepalanya. Karena mereka memang tidak berbuat apa pun sama Karin."Adit, sakit," rengek Karin."Gue tanya sekali lagi. Siapa?"