"Jangan Dik Nining, sabar dulu. Biar saja uangnya di simpan sama Arya dulu ya. Dik Nining tenang saja. Uang itu aman kok. Nggak akan hilang. Yakin deh sama Ibu!" sahut Bu Hasnah pada Nining, berusaha mencegah perempuan itu untuk mengambil uang yang dititipkan pada Arya kemarin.Nining menatap Bu Hasnah lalu tersenyum."Ibu yakin? Saya nggak mau ambil resiko soalnya, Bu. Uang lima puluh juta rupiah itu bukan jumlah yang sedikit soalnya! Susah nyarinya, Bu! Makanya saya nggak mau main gampang gampang saja!""Sudah cukup saya berusaha percaya pada Mas Arya kemarin, tapi nyatanya Mas Arya bohong. Bilang terlalu beresiko kalau mau menyewa satu tahun penuh. Padahal aturannya kan memang seperti itu. Apalagi ruko tersebut terletak di lokasi yang sangat strategis!""Lalu kapan usaha mau jalan dan modal mau kembali dengan cepat kalau buang buang waktu seperti ini!""Sekarang gini aja, Bu Hasnah! Mas Arya! Saya nggak mau ambil pusing! Pokoknya saya mau kita menyewa lokasi yang kemarin sudah deal
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (108)Setelah membayar sewa ruko, Arya pun mengajak Bu Hasnah menemui Nining di kediaman perempuan itu.Begitu dipersilahkan untuk masuk ke dalam rumah, dengan nada girang, Arya pun segera melaporkan pada Nining kalau dia dan ibunya baru saja selesai membayarkan sewa ruko pada pemiliknya.Dan kedatangan mereka ke sini selain ingin mengabarkan mengenai berita baik itu, juga ingin bertanya kapan mereka bisa mulai membuka usaha."Mbak Nining, barusan uang sewa ruko sudah saya dan ibu saya serahkan pada pemilik ruko. Ini kuitansinya," ujar Arya sambil menyodorkan kertas kuitansi pembayaran ruko ke atas meja di hadapan Nining yang sontak mengambil dan membacanya lalu mengangguk anggukkan kepalanya tanda puas.Melihat ekspresi gembira dari perempuan di depannya itu, Arya pun meneruskan ucapannya."Jadi, kapan rencananya kita mau mulai buka usaha, Mbak? Karena saya sudah nggak sabar lagi ingin segera membuka usaha ayam geprek yang saya bilang kemarin itu, Mbak
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (109)"Gimana ini, Ya? Kita fokus jualan gorengan aja lagi ya? Mau gimana lagi? Kerja sama dengan Nining batal! Kita nggak punya pendapatan lain lagi kalau begini!" celetuk Bu Hasnah saat keduanya tiba di rumah kembali.Arya mengangguk lalu menghembuskan nafasnya."Iya, Bu. Mau gimana lagi? Terpaksa lah kita fokus jualan lagi saja sambil menabung biar suatu saat bisa tetap menyewa ruko untuk bikin usaha baru ya, Bu?" jawab Arya."Iya, Ya. Nggak ada jalan lain selain nabung soalnya. Mau pinjam bank keliling buat sewa ruko, nggak mungkin! Mau gadai BPKB motor, paling juga dapat sedikit.""Jadi ya sabar ajalah dulu ya. Nanti sambil jualan kita nabung,. Gitu aja. Semoga suatu saat kita bisa sewa ruko sendiri ya, Ya?""Iya, Bu!""Oh ya, istri kamu gimana sekarang, Ya? Masih jutek juga sama kamu? Dengar dengar kemarin dia mau buka usaha untuk adiknya. Apa nggak bisa kamu minta supaya usaha itu kamu aja yang mengelola, Ya, jangan adiknya?""Kamu kan suaminya.
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (110)Arya tersenyum puas saat melihat hasil masakan yang sukses dia buat sore ini. Ikan saos pedas manis, ayam bakar kecap, tumis kangkung campur petai dan gorengan spesial yang dari tampilannya sungguh menggoda selera.Sore ini sengaja dia memasak untuk Sri. Dia berniat ingin merayu dan meluluhkan kembali hati istrinya itu dengan sikap dan perlakuan lembut yang akan dia tunjukkan nanti, sesuai anjuran ibunya.Dia juga ingin memberikan servis terbaik pada Sri supaya perempuan itu senang dan luluh hatinya. Kalau sudah luluh, tentu saja apa yang dia minta akan dikabulkan oleh istrinya itu, minimal akan dipertimbangkan, seperti untuk mengurus dan mengelola usaha yang katanya hendak dibuka oleh Sri itu.Jika dia bisa merebut kembali hati Sri, tentu saja usaha tersebut tidak akan diserahkan pada adiknya begitu saja melainkan pada dirinya.Sore ini Sri masih belum pulang dari tempat kerjanya. Meski hubungan mereka akhir akhir ini memburuk usai mereka berseli
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (111)"Tunggu, Sri! Apa kamu bilang? Barusan kamu ngurus gugatan perceraian kita ke pengadilan agama? Kenapa, Sri? Apa yang salah sama rumah tangga kita kok kamu bisa mengambil tindakan seperti ini?" tanya Arya pura pura tak mengerti alasan Sri meminta perceraian dengan nada suara gugup, tak menyangka bila istrinya itu ternyata sudah mendaftarkan gugatan perceraian mereka di pengadilan agama.Meski pun dia tak pernah benar benar berniat ingin memperbaiki perkawinan mereka tapi dia juga tak pernah menyangka bila istrinya itu ternyata benar benar menginginkan perpisahan dengannya.Saat ini rasanya dia tak bisa percaya bila dirinya benar benar akan kehilangan Sri dan itu membuat Arya tiba tiba saja didera rasa takut yang amat sangat akan kehilangan istrinya itu.Sri pun tersenyum miris lalu membuka suaranya."Sudahlah, Mas. Nggak usah banyak basa basi lagi. Aku sudah tahu kalau kamu merencanakan sesuatu yang buruk denganku. Makanya aku tak akan pernah memb
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL MAS! (112)Mendengar itu, lagi lagi Arya hanya mampu menelan ludah yang tersekat di tenggorokan dan rasanya begitu pahit ditelan.Tapi dia tak bisa berbuat apa apa saat usai mandi, Sri buru buru mengeluarkan tas pakaiannya lalu satu per satu mulai memasukkan baju bajunya ke dalam tas pakaian besar itu. Di saat itulah Arya benar benar kehabisan akal. Ya, kalau tadinya dia hanya pura pura ingin memperbaiki perkawinan mereka saja karena dia hanya ingin Sri memberinya kesempatan untuk mengelola usaha milik perempuan itu demi mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri dan ibunya, sekarang dia benar benar ketakutan dan cemas membayangkan Sri benar benar akan meninggalkan dirinya seorang diri.Arya tahu dia butuh Sri dan masih merasa menyayangi istrinya itu. Apa daya Sri terlanjur marah dan nekad ingin mengakhiri perkawinan mereka. Sungguh di luar dugaan Arya semula."Sri, tolong jangan pergi! Tolong pertimbangkan sekali lagi keputusan kamu. Please Sri, Mas masih
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (113)"Ya, kamu kenapa? Kok wajah kamu manyun gitu?" tanya Bu Hasnah saat melihat Arya menekuk mukanya saat dia datang."Sri, Bu ... ." Arya menyahut gundah sembari menggantung ucapannya."Sri? Kenapa dia?" Bu Hasnah mengernyitkan keningnya."Dia pergi, Bu. Pergi dari rumah ini ... ." jawab Arya lagi dengan nada lesu."Pergi? Pergi ke mana maksud kamu?" tanya Bu Hasnah tak mengerti."Nggak tahu, Bu. Mungkin ke kontrakan adiknya. Tapi bukan itu yang Arya pikirkan melainkan ... Sri bilang sama Arya tadi kalau dia sedang mengurus perceraian kami, Bu hiks hiks ..." Arya terisak.Bu Hasnah membulatkan bibirnya mendengar perkataan putranya itu, merasa terkejut tak kepalang mendengar jawaban dari Arya yang tidak dia sangka sangka itu."Apa? Sri minta cerai? Kenapa? Apa kalian habis bertengkar? Bukankah sudah ibu bilang supaya kamu pandai pandai merayunya agar dia mau menyerahkan semuanya sama kamu? Kok malah jadinya dia minta cerai sih? Kamu ini gimana sih, Ya
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS (114)"Sri! Keluar kamu!" teriak Bu Hasnah dengan nada keras begitu dia sampai di teras rumah kontrakan yang dihuni adiknya Sri dan sekarang Sri juga kelihatannya berada di rumah itu.Diketuknya daun pintu dengan keras sambil terus memanggil nama menantunya itu.Tak lama daun pintu pun terbuka dan memunculkan sosok Sri yang terlihat heran melihat kedatangan ibu mertuanya itu di depan teras kontrakan tersebut."Bu Hasnah? Ngapain Ibu ke sini?" tanya Sri dengan kening mengernyit.Bu Hasnah menyeringai sinis lalu membuka mulutnya."Nggak usah pura pura lugu kamu, Sri! Kamu apakan anakku heh? Kamu minta cerai dari dia? Iya?""Nggak usah gaya gayaan deh kamu, Sri! Kamu itu harusnya bersyukur ya, Arya itu mau menikah sama kamu dan menjadikan kamu istrinya! Eh, ini bukannya banyak banyak bersyukur, malah katanya kamu barusan minta cerai! Apa iya?""Benar itu, Sri? Kalau bener, apa alasan kamu minta cerai dari anak saya heh? Apa sudah kamu pikirkan masak masak se