Share

Telepon Dari Sekolah

"Apa-apaan kamu, Rin? Tas saja dipermasalahkan."

"Bukan masalah tasnya, Mas. Cara kamu yang salah, harusnya kamu izin pada Talita terlebih dahulu. Bukan justru mengambilnya begitu saja."

Mas Arif membisu, tak mampu menjawab ucapanku. Lelaki itu justru kembali masuk ke rumah. Dia tinggalkan rasa kesal yang bersemayam dalam rongga dada.

"Maaf, ya, Ma."

Cintya menunduk, bulir demi bulir jatuh membasahi pipi. Aku mengelus dada yang terasa sesak. Baru beberapa hari Cintya berada di sini. Namun rumah ini bak di dalam neraka.

"Tas Talita, Ma ...."

Talita terus merengek sambil menangis. Kepalaku mendadak mau pecah. Tuhan, bagaimana ini?

"Sudah, Ta. Kasihan Kak Cintya gak punya tas."

Aku elus pucuk kepala Talita. Namun ia semakin menangis sesenggukan.

"Tapi Ma ...."

"Talita masih punya tas yang lain. Kalau mama punya uang, kita beli lagi."

Aku terus membujuk Talita agar diam. Dengan wajah ditekuk Talita masuk ke dalam mobil, disusul Cintya dan aku.

Aku fokus mengendarai mobil, mengesampin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status