Aaron duduk dan melanjutkan apa yang ingin di kerjakan Vania, toh data telah di download oleh Vania melalui email, sehingga ia dengan mudah dapat melanjutkan pekerjaan. Dengan penuh konsentrasi hingga tanpa sadar waktu terus berlalu, hingga Aaron tak kuasa menahan kantuk yang menyerangnya, lalu ia memilih tertidur di sofa karena kepalanya semakin terasa berat, tak ingin melewatkan moment penting yang memang ia ciptakan untuk merombak personel management yang mulai menebarkan penyakit.
Ia tak ingin perusahaan itu menjadi sarang empuk bagi penjahat kecil yang ingin mengambil keuntungan demi kepentingan pribadi. Ia harus memastikan bahwa keputusan untuk mengumpulkan orang - orang penting di seluruh anak perusahaan agar ia bisa menelaah lebih jauh, dimana sebenarnya letak permasalahan itu. Tak ingin analisanya nanti merasa terganggu, hingga akhirnya ia memilih tidur diatas sofa. Hingga keesokan harDrrrttttt....Drrrrtttttt.... Ponsel Dendi bergetar di saku celana mnya ia merogoh kantong celana dimana ponselnya terkantongi Ia melihat di layar siapa yang menghubungi nya lalu ia mengangkat dengan segera seraya senyum mengembang di bibir nya yang akhir akhir ini lebih sering datar daripada tersenyum " Heii Teem tumben nelpon gua lu..." Dendi dengan wajah sumringah mendapat telpon sahabatnya yang kini menjadi artis beken. " Lu ada waktu kaga tar malem..." Jawab suara di seberang yang terdengar baru bangun tidur " Enak idup lu ya jam segini baru bangun tidur teem. Gua kaga ada acara sih, maklum gua sampah sekarang tem...syukur aja lu masih nganggep gua..." Jawab Dendi getir mengingat dirinya yang sudah terusir dari keluarga nya bahkan kartu kredit yang sejak SMA ia gunakan saat ini sudah di Blokir o
Mereka kini duduk di kursi yang tersedia dengan posisi Sarah di samping Verrel. Wanita itu menempel kepada Verrel seperti perangko, meski merasa risih, tapi Verrel mencoba menghargai Sarah yang telah merelakan image nya untuk menjadi pengisi acara di club malam miliknya. Mereka menikmati alkohol sembari bercerita dan saling meledek terlebih Sarah yang menghina Dendi sebagai anak buangan. Karena Sarah, kini mereka menjadi lebih akrab. Bahkan terlihat Verrel dan Dendi membahas bisnis dan mereka saling bertukar kartu nama satu sama lain. Verrel akan membuka peluang untuk siapapun berbisnis dengannya, meski sebelum memutuskan untuk bekerja sama ia akan mencari tahu tentang rekan bisnisnya terlebih dahulu melalui informannya. *** Malam semakin larut, terlihat di tempat yang jauh di puncak, dimana perusahaan Vania melaksanakan meeting, terlihat Aaron berjalan menuju kearah kamarnya.
Tak tega melihat Vania yang tersiksa, akhirnya Aaron melepaskan pelukan dan ciumannya. Vania bangkit berdiri. “ Bapak sepertinya harus istrahat, bapak sedang mabuk berat. Saya akan anggap kejadian yang barusan, tidak pernah terjadi..” Ucap Vania ketus, ingin rasanya ia menampar pria yang telah mencuri bibirnya. “ Jadi aku harus bagaimana Van. Agar kamu melihatku sedikit saja?! “ Tanya Aaron menggenggam jemari Vania dengan suara parau, sedih terdengar. Vania memejamkan mata sejenak, lalu menghela nafas panjang. “ Pak. Bapak sadar gak sih, siapa bapak dan siapa saya? Ada hal yang membuat saya tidak boleh melewati batas hubungan ini..” Ucap Vania lirih. Aaron mengerutkan dahi, berfikir keras apa maksud Vania. “ Maksud kamu Van? Hanya karena kamu seorang janda, lantas kamu tak berhak dekat denganku
Vania memejamkan mata sejenak, lalu menghela nafas dan membuka mata lalu berkata “ Pak, jangan menunggu sesuatu yang tidak pasti. Untuk apa yang telah terjadi, biarlah semuanya berakhir disini. Antara saya dan bapak, tidak boleh ada hubungan lain selain urusan pekerjaan, saya tidak ingin di buat bingung dan membuat bingung, saya wanita biasa yang terkadang rapuh dan mudah luluh, terlebih saya adalah orang yang pernah terluka, oleh karena itu. Kita akhiri saja semuanya disini, dan kita buka lembaran baru, mari kita bahagia bersama - sama dengan jalan kita masing - masing, saya dengan diri dan permasalahan saya, bapak dengan kehidupan bapak...” Jawab Vania pada akhirnya setelah sebelumnya sempat terhanyut dalam situasi yang membuat dirinya sedikit tersentuh. Aaron menatap Vania tak percaya, ia tak menyangka wanita itu akan berkata sedemikian rupa terhadapnya, lantas bagaimana dengan dirinya yang telah terlanjur mengucapkan segalanya dan member
" Heii....” Hanya itu kalimat yang bisa terlontar dari sesosok yang tengah berdiri di pintu sembari memegang gagang pintu. Ia ternganga melihat pemandangan, karena menyadari baha hadirnya menjadi sosok pengganggu bagi kemesraan yang terjadi di kamar itu. “ Sorry to distrub, son.., Daddy keluar dulu..” Ujarnya langsung pergi melambaikan tangan. “ Dad..! “ Panggil Aaron salah tingkah, mengingat dirinya terpergok tengah memeluk sekretaris pribadinya. “ No problem...see you in home..” Ucap Jasson Smith sembari melangkah meninggalkan kamar sang putra dengan sigap ia merogoh ponselnya dari saku celananya, dan menghubungi istri tercintanya untuk bergosip. “ Hallo..” suara wanita di seberang terdengar berat karena mengantuk. “ Honey..hot news
" Ayolah Rel, please! Jangan buat aku semakin terpuruk Rel dengan sikap kamu sedari tadi..lagian aku cuma mo ngucapin terimakasih doank kok, secara honorku kan lebih gede dari biasa aku manggung..” Kilah Sarah yang masih tetap mencari cara agar Verrel ikut masuk bersamanya. " Tapi aku harus segera kembali sarah.." Tolak Verrel lagi " Ayooolah Rel, aku mohon kali ini aja, bentar aja pleaseee..!! Atau haruskah aku bersujud di kakimu, agar kamu sudi memasuki rumahku? Sehina itukah aku dimatamu Rel?” Tanya Sarah, ia terus merengek dan memelas, matanya berkaca - kaca menahan tangis. Hal ini membuat Verrel mengalah dan memutuskan menerima ajakan sang artis. " Baiklah, tapi aku tidak bisa berlama- lama.." Jawaban Verrel hingga membuat Sarah melonjak kegirangan, tingkah konyolnya tak luput membuat Verrel tersenyum, sejenak ia teringat ak
" Apa pedulimu tentangku? Tentang untung rugiku hah.?! Biar kamu tahu Rel. Aku bersedia hadir ke acaramu itu hanya karena kamu.! Kamu pikir aku butuh uang itu? Tidak.!! Untuk apa uang itu kalau toh merusak citra yang telah aku bangun selama ini?! Aku mempertaruhkan segalanya hanya untuk dapat bersamamu, seharusnya kau menyadari itu.! Dan saat ini kamu menolak tidur denganku? Sehina itukah aku di matamu Rel?” Ucap Sarah mulai putus asa dan sudah terlanjur hancur harga dirinya tak perduli dengan penilaian Verrel terhadapnya lagi. Ia tak memperdulikan lagi tentang penilaian Verrel terhadapnya, ia berfikir setelah malam ini, maka hilanglah kesempatan yang ia miliki. Ia bertekad dan bahkan rela menjadi yang kedua di dunia nyata, yang terpenting di hadapan publik ia wanita yang pertama. " Aku rela apapun yang akan kamu lakukan padaku Rel, aku tidak mempermasalahkan jika kamu menjadikanku yang kedua, pelase...izinin aku miliki kamu Rel...” pinta Sa
Sesampai nya di rumah Dendi mengukur suhu tubuh anaknya dan ia berkeringat dingin ketika suhu tubuh putrinya mencapai 39,5. Dengan menggendong sang putri ia berteriak keras kepada sopir pribadinya " Nyalakan mobil segera kita ke rumah sakit...sekarang..!!” Suara Dendi menggelegar mengisi seluruh ruangan pagi itu, hingga mengejutkan seisi penghuni rumah. Mereka meluncur menuju rumah sakit ibu dan anak terdekat dari tempatnya tinggal. Sesampainya di UGD ia segera meminta bantuan kepada rekan sejawat yang ternyata mengenalnya " Dokter Dendi.. anaknya kenapa dok sini saya periksa.." Sapa Dokter Jaga pagi itu Dendi merebahkan Cameella di bed pasien yang terlihat kosong. " Tolong bantu dok panasnya tinggi, saya tidak fokus sama sekali.." Jawab Dendi kepada rekan se