Kinara terbangun dengan kepala pusing, sayangnya tebakan Adelio salah. Karena menangis tanpa henti, akhirnya Dimas dan Fumiko mengalah menemaninya minum setelah melapor tidak masuk kerja.Fumiko yang sudah punya firasat buruk, Kinara akan minum banyak akhirnya pasrah bersama Dimas memesan botol wine dan pesta sebagai penghiburan."Sudah bangun?"Kinara melihat gelas disodorkan dan segera meminumnya dengan cepat."Pelan-pelan minumnya."Kinara membuka matanya perlahan dan hendak mengatakan terima kasih lalu terdiam.Papa berdiri di samping tempat tidur dan mamanya duduk sambil melihat dirinya yang berantakan.Kinara yang terkejut, merasakan sesuatu yang melonjak di perutnya.Papa segera menggendong Kinara dan membawanya ke kamar mandi sambil mengomel. "Kamu kurus sekali."Kinara segera mengeluarkan semua isi perut di kloset.Papa menepuk punggung Kinara sambil mengomel. "Kamu masih berani mabuk, gak ingat punya anak tiga? Bahkan buat kakak dan kakak ipar kamu mabuk juga! Anak macam apa
Adit menghentikan mobilnya di parkir sekolah, ini hari pertama si kembar sekolah di sekolah milik keluarganya. Adi dan Ari melihat sekeliling area parkir dengan takjub, banyak mobil mewah parkir."Ini sekolah kita sekarang, pa?""Jangan panggil papa, kitakan sepakat panggil papi. Gak usah ikut-ikutan mereka," tegur Adi ke Ari.Ari menutup mulut dengan kedua tangan.Adit tertawa lalu turun dari mobil dan membukakan pintu mobil penumpang belakang. "Jangan nakal di sekolah.""Oke, papa!" teriak Adi dan Ari serempak.Adit tidak sengaja melihat Ed dan Bella jalan melewatinya sambil bercanda, ia segera menegur mereka. "Ed, Bella."Adi dan Ari menatap tidak suka Ed dan Bella, mereka menggandeng tangan Adit di masing sisi supaya tidak diambil kedua anak itu.Edward menghibur Bella yang menatap iri mereka. Ed tidak iri dan tidak punya kewajiban menyapa Adit, berbeda dengan Bella."Kalian berdua menginap dimana? Papa khawatir," kata Adit."Di rumah teman mama," jawab Edward sebelum Bella menjaw
Donny mengambil keputusan tegas. "Hari ini papa menghubungi pengacara supaya kamu bisa bercerai dengan cepat, masalah anak-anak itu urusan mudah. Toh, suami kamu itu tidak akan mempermasalahkannya.""Tapi Bella pasti akan diambil." Potong Kinara."Lho, kok cuma Bella?" tanya Emiko.Reiko menggaruk kepalanya lagi. "Kenzi itu dibenci ayah kandungnya sementara Ed itu-"Kinara menyadari lirikan Reiko lalu melanjutkan dengan jujur, daripada para tetua mendengar cerita dari Fumiko dan Dimas, lebih baik dirinya yang cerita. "Edward anak kandung Adelio."Tidak ada reaksi dari para tetua, mereka terlalu shock mendengarnya.Tiba-tiba mama Kinara menggoyang-goyang tubuh Kinara dengan cepat. "Kamu selingkuh dengan mantan tunanganku?!"Kinara yang masih pusing karena mabuk menjadi mual. Mama Kinara terbelalak ngeri. "Ka- kamu ternyata hamil juga?"Donny mengeplak kepala Kinara. "Papa bangga melihat kamu begitu setia dengan pujaan hati, tapi papa tidak menyangka kamu bisa selingkuh di belakang sua
Edward yang sudah duduk di kelas, menerima tatapan tidak suka seisi kelas. Sebagian dari mereka sudah melihat interaksi Edward dan papanya, tapi mereka tidak menyangka si Daichi yang pendiam dan tidak bisa didekati, bersama anak yang mereka bully.Daichi merupakan putra dari pemilik rumah sakit terkenal di Indonesia, cabangnya pun dimana-mana tapi di Jakarta paling terbaik karena fasilitasnya yang lengkap, orang-orang kaya pun tidak perlu ke luar negeri untuk pengobatan. Ibu Daichi juga anak dari pemilik bank dari Jepang di Indonesia yang terkenal dengan investasi untuk pengusaha lokal yang kebanyakan sukses. Makanya banyak yang berusaha menjilat Daichi atau orang tua mereka memaksa untuk berteman dengan Daichi bagaimanapun caranya.Edward mengabaikan tatapan menusuk, memilih membuka buku dan memeriksa pr-nya. "Bagaimana kamu bisa dekat dengan Daichi?" tanya anak laki-laki yang duduk di seberang kursi.Edward tidak menjawab."Hei, aku bertanya padamu!"Edward mengabaikannya.Anak lak
Bella menangis di pelukan Adelio, kedua tangan melingkar di lehernya.Adelio yang tidak memiliki pengalaman dengan gadis kecil, hanya bisa pasrah menggendongnya sementara Ana memeluk kaki Adelio untuk memohon."Adelio, tolong jangan libatkan suamiku." Mohon Ana, mengabaikan tatapan orang banyak. Ini masalah masa depan, apa kalian semua tidak ingin kaya sampai mati?Adelio menendang Ana dengan kuat hingga jatuh terjengkang ke belakang."ADELIO!" jerit Ana. Adelio menatap dingin Ana. "Jangan memanggilku dengan mulut kotormu itu."Ana diam ketakutan melihat aura menyeramkan di sekitar Adelio. "Tuan muda, Bella bukan siapa-siapa. Kenapa anda membelanya seperti itu?" tanya kepala sekolah TK.Adelio salut dengan keberanian kepala sekolah. "Kalau begitu, kamu panggil ayah anak ini sementara saya memanggil ibunya.""Y- ya?" Kepala sekolah TK gemetaran mendengar tantangan Adelio.Adelio menatap ibu-ibu. "Jangan lupa menghubungi suami kalian."Ibu-ibu segera menelepon suami, diiringi rengekan
Si ibu itu tidak bisa menjawab.Kinara mengalihkan tatapannya ke anak kecil yang menjadi korban, ia berjongkok dan tersenyum. "Siapa namanya?""Shella," jawab anak itu.Si ibu memegang erat pundak anaknya."Kenapa membawa gelas berisi air panas, itukan bahaya." Kinara memegang kedua tangan Shella, "Apakah tidak ada guru disamping Shella?"Kepala Shella menunduk. "Tidak.""Terus kenapa Shella bawa gelas berisi air panas?"Shella menunjuk anak di dalam pelukan Ana. "Dia yang menyuruhku."Kinara mengangkat kepala dan melihat Ana belingsatan berusaha menutupi putrinya."Ah!" Reiko yang tiba-tiba muncul di belakang Kinara menunjuk anak itu. "Dia yang melempar Bella dengan balok kayu sampai berdarah, guru-guru tidak langsung mengobati Bella tapi malah sibuk menjauhkan anak itu dari Bella."Kinara menatap tidak percaya suaminya. "Kamu dengar itu?"Adit mengusap wajah dengan kedua tangan. "Kinara, ini hanya masalah anak kecil."Kinara terpana begitu mendengar jawaban Adit. "Apa kamu tidak per
Seluruh keluarga Kinara dan Fumiko berkumpul di ruang tamu, bahkan ibu kandung Adelio sudah duduk santai bersama ibu-ibu lainnya. Begitu melihat Kinara dengan wajah berantakan dan make up hancur karena sering digosok untuk menghapus air mata, para ibu-ibu menjadi gempar."Nara, astaga. Kenapa kamu pulang-pulang matanya bengkak?" tanya mama Kinara bersama lainnya mengerumuni Kinara dengan khawatir.Ibu Adelio memukul dan mencubit putranya. "Apa yang kamu lakukan pada, Nara?"Adelio berusaha menghindar. "Bu, ini bukan salah Ade, ini gara-gara Adit."Emiko menatap khawatir Kinara. "Apa yang dilakukan Adit kepadamu, Nara?"Kinara menggeleng sedih. "Tidak apa tante, Nara masih bisa mengatasinya.""Nenek, apakah ini sudah selesai?" Edward bertanya ke ibu Adelio.Adelio belum siap beritahu ke ibunya. "Ibu, ini-""Tadinya ibu bingung, kenapa Emiko membawa ibu ke rumah Fumi. Ternyata memang ada konspirasi disini, bukankah kalian sudah berpisah? Bagaimana caranya bisa memiliki anak?" Ibu Adelio
Kinara berkaca di depan cermin, sudah beberapa hari ini berat badannya naik karena sering dicekoki makanan dari berbagai pihak, ibu Adelio bahkan hampir setiap hari memasak makanan favoritnya, mengalahkan mama Kinara yang mulai sibuk dengan aktifitasnya.Kinara mendecak begitu mencubit gumpalan lemak di perut. "Kalau begini, aku bisa jelek." Keluhnya."Itu karena mama banyak makan sama tidur." Kata Kenzi yang mendekati Kinara dengan berjalan sedikit oleng.Kinara memeluk Kenzi. "Bagaimana dengan treatmentnya?""Ini Kenzi mau kesana sama nenek, mau salim." Kenzi mencium tangan Kinara."Hati-hati ya."Kenzi mengangguk lalu keluar kamar Kinara dan bergandengan tangan dengan mama Kinara."Sudah salim?"Kenzi mengangguk antusias.Bella dan Edward yang duduk di ruang tamu bersama Daichi dan Yuka segera mendekati Kenzi.Bella memeluk pinggang Kenzi. "Kakak, semangat kak."Edward mengangguk ke Kenzi.Daichi menggeleng. "Kenzi hanya ke rumah sakit beberapa jam, malam sudah pulang. Kenapa kalia