"Siapa kau?" tasnya seorang pemuda, dia mendapati dirinya berada di sebuah hutan yang lebat, nampak di depannya seorang anak kecil kurus dengan mata cekung, badan kurus kering, dan berkpala botak menatapnya dengan tatapan kosong. "Hei, nak! Kemarilah, tidak perlu takut, apakah kamu sedang tersesat di Hutan ini?" tanya sang Pemuda berusaha menenangkan. Anak kecil. itu diam tidak menjawab, lalu perlahan mundur satu tindak dari tempatnya berada. Dia nampak seperti tengah ketakutan. Bola matanya tiba-tiba berputar kesana kemari. "Apakah kamu takut? Sedang apa kamu di sini? Dimana kediua orang tuamu?" tanya pemuda itu kembali. Sekali lagi, anak itu diam tidak menjawab. Dia kembali. mundur dua tindak, semakin menjauh dari pemuda itu. "Jangan takut, aku pastikan aku akan melindungimu!" ujar pemuda itu meyakinkan. Anak itu lagi-lagi tidak meenjawab, dia bahkan kembali mundur menjauh dari sang pemuda. Beberapa suara raungan dan lolongan terdengar sayup-sayup di kejauhan. Suara binat
Area belakang Rumah Penyekapan. Semua tersenrak kaget ketika Leon memutuskan untuk bertransformasi menjadi sosok Singa Besar yang ukurannya hampir menyamai Wild The Beast Raksasa yang kini tengah mengamuk di pelataran belakang. Setelah tidak bisa mengatasi Wilder dengan kemampuan yang biasa dia gunakan, Leon akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan jurus Pamungkas yang selama ini sangat jarang digunakannya. Tanpa mengindahkan peringatan Suci alias Dewi Bulan, Leon yang dalam sekejap suudah berubah menjadi Singa Besar berwarna keemasan langsung meraung dengan keras, sambil menerejang buas ke arah Wilder. Pertarungan dua Hewan Raksasa Super ini membuat semua yang ada di sana segera menepi ke pinggir arena. Pelataran belakang hampir seluas lima puluh meter itu terasa sempit dengan pertarungan liar dan buas yang dilakukan oleh mereka. Hampir semuanya tercengang, dengan mata hampir keluar dan mulut yang nyaris tidak bisa berkata-kata, melihat dahsyatnya oergumulan dua mahluk buas
Keadaan benar-benar diluar kendali! Kedatangan Tiga Were Wolf alias Manusia Serigala yang tanpa di duga sama sekali membuat semua yang ada di sana ikut terkejut! "Tuhanku, apa ini benar-benar nyata? Dari tadi aku melihat hal yang mustahil terus saja terjadi!" Vania terduduk ketakutan di sudut Pelataran. "Ma.. Maksudmu?" tanya Nadine. "Apa kamu tidak sadar? Coba kamu lihat, dari awal kita bertemu dengan Macan Tutul, Macan Kumbang, Lalu Bison, Songa, sekarang Serigala, apa kita sedang berada di Kebun Binatang? Atau mala Hutan Belantara yang semuanya siap memangda kita!?" "Kamu benar, tapi itu bisa saja lebih dari itu. Karena mereka adalah mahluk-mahluk yang tidak wajar, dan tidak seharusnya berada di sini," Audrey berbisik. "Lalu sekarang bagaimana? Kita sudah merasa hampir menang dengan kehadiran Singa Besar itu. Sekarang muncul tiga Serigala yang kemungkinan besar teman mereka. Apa kamu fikir kita akan menang?" "Sudahlah, sebaiknya kita tetap berfikir positif dan berj
"Aaahk!" Dewi Bulan menjerit kesakitan. Tubuhnya terlempar ke udara. Dia belum sempat mengeluarkan kekuatannya untuk menolong Leon, sebuah serangan kilat dilakukan oleh Wilder dengan cara curang, tepat mengenai punggungnya dengan telak! "Dewi!" Wu Dong, Gabe dan Wolfgang hampir berteriak bersamaan. Tubuhnya melayang di udara, dan siap jatuh terhempas ke tanah. Beruntunglah sesosok tubuh bergerak cekatan, dan segera menangkapnya. Dewi Sang Cheetah! "Hahaha! Jangan pernah berani memunggungi aku, atau kalian akan tahu akibatnya!" Wilder tertawa dengan penuh jumawa. "Dasar Kerbau sialan, aku tidak akan memaafkan mu!" Wu Dong segera melesat ke depan. Namun alangkah terkejutnya dia ketika sebuah cakar dengan kuat mengoyak punggungnya! Diego memanfaatkan kesempatan dengan cara licik, persis seperti temannya, dia melakukan serangan dadakan dengan menyerang Wu Dong dari belakang! "Aaakh!" Wu Dong terdorong ke depan dan terjatuh ke tanah dengan punggung terluka karena Cakar Diego
Beberapa saat yang lalu, Unicorn Hospital Basement. "Tuan! Kamu hebat!" Marry berteriak histeris sambil berlari, dan memeluk Langit dengan spontan dan erat. "Marry, .. Kamu... Jangan..." Langit tidak bisa meneruskan ucapannya karena Marry, gadis cantik berambut pirang itu menangis hebat di pelukannya. Seolah dia sedang melepaskan beban berat yang telah menghimpit dadanya selama ini. Langit akhirnya diam tidak berbicara. Membiarkan sang gadis menangis di dadanya. Sepenggal waktu berlalu dalam hening. Beberapa saat lalu Langit dengan tanpa ragu telah membeelah tubuh Macron menjadi dua! Membuatnya meraung kesakitan dan akhirnya tumbang do lantai dengan kondisi tubuh yang sudah tidak utuh. Beberapa saat setelah itu beberapa kejadian aneh terjadi. Kelelawar besar tersebut saling mencicit satu sama lain dengan keras lalu berputar-putar di sekitar Langit. Aura kemarahan serta kesedihan tergambar dari suara dan tingkah mereka. Namun mereka tidak mau mendekati Langit, seolah mengeta
Jacob tahu siapa Macron. Dia adalah saingan nomor satu dan terberat di dalam sekte Bulan Darah setelah Sadosta sang Pemimpin Sekte itu sendiri. Dia telah mengenal Macron sejak lama. Bahkan ketika sama-sama masuk menjadi anggota termuda di sekte sekitar dua puluh tahun yang lalu. Sama-sama lahir dan tumbuh besar di daerah kumuh, sama-sama berasal dari keluarga miskin, sebagai salah satu bagian dari generasi suram di masyarakat, seorang pencoleng dan perampok kecil-kecilan, keduanya bertemu di jalanan. Mereka berdua tanpa sengaja menjadi kawan karena profesi yang mereka kerjakan. Sebagai para Hyena yang mengais-ngais mimpi dengan cara yang keliru dan berbahaya.Keduanya sudah melalui pahit getirnya hidup. Dari semenjak kecil, sampai usia belasan tahun. Mereka kerap menjadi buruan, buronan, bully-an massa dan sering masuk penjara karena kasus-kasus kriminal yang kerap dilakukan keduanya. Namun hal itu tidak menjadikan mereka jera. Semakin bertambahnya usia, keduanya mulai mengatah ke
"Jadi kamu telah berhasil membunuh Macron, heh!? Aku tidak mempercayainya sama sekali! Dia adalah seorang Manusia hebat sekaligus menyebalkan yang susah untuk di lenyapkan! Apa buktinya kamu telah berhasil membunuh dia?" Jacob menyeringai. Gigi taringnya terlihat tajam dan berkilat. "Aku tidak membawa bukti apapun, karena bagiku itu tidak penting sama sekali! Aku juga tidak meminta kamu untuk percaya. Yang jelas, Penjahat macam dia tidaklah layak untuk hidup di bumi ini! Keberadaannya hanya mengakibatkan penderitaan dan kerugian bagi banyak orang. Jadi dia sangat pantas untuk mati! Apa kamu juga termasuk salah satunya?" "Aku!? Apa maksud pertanyaanmu bocah!?" "Ya, kamu juga adalah tipikal manusia yang sama dengan dia. Penjahat berbahaya yang sudah seharusnya dilenyapkan dari Muka Bumi ini! Jadi kita tidak perlu berbasa-basi lagi, wahai Serigala! Apa kamu sudah memanggil seluruh kawananmu kemari? Karena kulihat kalian hanyalah Tujuh ekor saja! Dan sepertinya mereka belum bisa meng
"Terima kasih atas kedatangan kalian Panglima Kumbang!" Langit balas menghormat. Disambut dengan raungan riuh dan keras saling bersahutan satu sama lain dari Puluhan Macan Kumbang besar yang terlihat sangar, buas dan mengerikan itu. "A.. Apakah aku sedang bermimpi? Tu.. Tuan Langit yang memanggil mereka semua!?" Michael berbicara dengan terbata-bata. "Luar Biasa! Aku tidak akan pernah bisa berhenti untuk mengaguminya! Tuan Besar memang Tidak ada lawan!" Hanzo berkomentar penuh kebanggaan. "I... Itu Macan Sungguhan? Ba...Bagaimana cara Tuan Langit melakukannya!?" Awei ikut tercengang. "Apa kamu meragukan kemampuan Tuan Langit? Aku yakin mereka adalah Pasukan Khusus Tuan Langit yang sengaja dikelluarkan untuk menyelamatkan kita!" Morgan bicara sok tahu. "Hahaha, aku memang tidak salah mengikuti orang! Tuan Langit! Kamu memang Dewa! Aku tidak menyesal mengikutimu!" Master Cang Long tertawa senang. Sementara yang lain hanya bisa terdiam dalam keterkejutan mereka, tanpa sangg