Rista lah dulu yang pertama kali mengenalkan aku pada Mas Jodi, hingga akhirnya kami menjalin hubungan secara diam-diam di belakang mantan suamiku. Dan kini, kebenaran mulai terungkap, aku yakin, Rista dan Mas Jodi telah bersekongkol untuk menghancurkan hidupku dulu.Tapi, apa yang membuat Rista begitu tega mengkhianati persahabatan kami? Padahal dulu kami adalah teman dekat yang kemanapun selalu pergi bersama. Bahkan, aku tak pernah perhitungan soal uang dengan Rista. Seringkali Rista meminjam sejumlah uang padaku, dan aku selalu memberikan tanpa sekalipun menagihnya. Aku mengikhlaskan berapapun uang yang telah dipinjam oleh Rista padaku.Lagi pula, aku yang terlahir dari keluarga yang berkecukupan tak pernah merasakan hidup kekurangan. Apalagi, dulu aku memiliki suami kaya raya, yang bisa memberikan apapun yang aku mau. Tapi kini, hidupku benar-benar hancur berantakan. Semua ini gara-gara aku tertipu oleh rayuan manis dari Mas Jodi. Andai saja, dulu aku tak pernah bertemu dengan Ma
Hanya satu yang tak aku dapatkan, perhatian. Mantan suamiku dulu terlalu sibuk dengan pekerjaannya, hingga jarang memiliki waktu untukku. Ia juga sedikit cuek, dan tak pernah bersikap romantis padaku. Itulah mengapa aku bisa berpaling darinya dan memilih kabur bersama Mas Jodi.Mas Jodi pria yang manis, penyayang dan juga romantis. Itulah mengapa aku dulu sangat mencintainya dan memilih untuk berpaling dari mantan suamiku.Ting!Satu pesan masuk di ponselku. Ternyata dari Andre, orang yang sengaja aku suruh untuk mencari tahu tentang Mas Jodi dan juga Rista.["Bu, saya sudah dapat informasi mengenai Jodi dan juga Rista,"] pesan dari Andre.["Bagus. Cepat juga kerja kamu, terus apa informasi yang kamu dapat?"] balasku.["Dari informasi yang saya dapat, mereka itu suami istri, tapi belum punya anak.]Aku tersenyum kecut, membaca pesan dari Andre. Ternyata, diam-diam mereka sudah menikah. Hingga membuat aku semakin yakin dengan perbuatan jahat mereka padaku di masa lalu.["Baiklah, itu s
Aku langsung terduduk lemah di samping Mama di kursi sofa depan televisi. Rasanya tubuh ini terasa sangat lemas. Aku tak menyangka, Naya lah yang akan menjadi istri Mas Sony mantan suamiku. Begitu sempitkah dunia ini?Sungguh rumitnya hidupku ini. Mas Sony mantan suamiku. Sedangkan Mas Kenzie adalah mantan suami Naya. Dan aku pernah menjadi istri simpanan Mas Kenzie, dan kini justru Naya menjadi istri mantan suamiku. Sungguh, ini adalah takdir yang tak bisa dimengerti secara logika. Kepalaku mendadak pusing. Memikirkannya saja sudah membuat kepala ini berdenyut sakit."Kamu kenapa? Kok mukanya pucet gitu baca undangan pernikahan Sony. Kamu nyesel ya?" tanya Mama seolah mengejekku lagi."Enggak, Ma. A ... aku cuma terharu aja. Akhirnya, Mas Sony bisa menemukan kebahagiaannya," jawabku berbohong.Aku tak mau menceritakan tentang Naya pada Mama. Aku tak mau Mama berpikir macam-macam lagi tentangku. Apalagi jika Mama sampai tahu aku pernah menyakiti hati calon istri Mas Sony itu, tentulah
"Insya Allah, semua penyakit pasti ada obatnya, Bu. Tergantung keyakinan dari Bu Anggun sendiri. Jangan lupa ikhtiar dan berdoa. Karena seberapa besar usaha kita, hanya Tuhan lah yang menentukan takdir manusia," jawab dokter Ana.Memang benar yang dikatakan oleh dokter Ana. Mungkin, ini adalah takdir yang diberikan Tuhan padaku. Tapi, aku benar-benar tak siap untuk menerima takdir seperti ini. Bukan hanya takdir, tapi lebih tepatnya adalah hukuman. Aku merasa Tuhan sedang menghukumku saat ini.Atau mungkin, Tuhan sudah sangat muak melihat dosa-dosaku yang selalu bertambah setiap harinya? Aku benar-benar takut untuk mati. Jika aku mati, bagaimana dengan nasib kedua anakku. Sudahlah mereka tak memiliki seorang Ayah, dan kini mereka harus kehilangan sosok Ibu jika sewaktu-waktu Tuhan mencabut nyawaku."Dok, saya mohon, berikan saya pengobatan yang terbaik. Saya ingin sembuh, Dok," kataku dengan suara parau menahan tangis."Pasti, Bu. Itu sudah tugas saya. Saya akan tuliskan resep obat, n
Dengan perlahan, aku berjalan menghampiri Mas Jodi yang wajahnya masih terlihat terkejut itu."Bagaimana kabarmu, Mas?" tanyaku sinis."A ... Anggun a ... aku ... " kata Mas Jody terbata, saat aku sudah berada dihadapannya.Plak!Dengan sekuat tenaga, aku menampar pipi Mas Jody hingga meninggalkan jejak merah di pipinya. Karena melihat wajah Mas Jody saja sudah membuatku muak. Entah kenapa, tiba-tiba gemuruh amarah di dada langsung keluar saat berhadapan dengan Mas Jody. Mas Jody langsung memegangi pipinya yang baru saja terkena tamparan dariku itu.Tak lama, sedikit darah keluar dari sudut bibir Mas Jody. Pasti rasanya sangat sakit. Tapi rasa sakit bekas tamparan dariku tak sebanding dengan rasa sakit hati yang pernah ia torehkan padaku."Anggun, a ... aku minta maaf," kata Mas Jody lirih.Aku tersenyum kecut, mendengar permintaan maaf dari Mas Jody. Setelah sekian lama menghilang, dengan mudahnya ia meminta maaf. Tak tahu kah ia bagaimana sakitnya aku dulu?"Ck, maaf? Aku gak salah
"Maksud kamu apa, Ris?" tanyaku datar."Setelah Mas Jody meninggalkan kamu dulu, aku menikah dengan Mas Jody. Sebelum aku mengenalkan Mas Jody padamu, aku sudah berpacaran lama dengan Mas Jody. Karena ambisiku untuk menjadi orang kaya, aku memaksa Mas Jody untuk merayu kamu. Dan ternyata, rencana kami berhasil. Kami pergi keluar kota setelah berhasil mendapatkan uangmu, kami berencana untuk menggunakan uang itu untuk membangun rumah dan usaha.Tapi beberapa bulan kemudian, aku sakit-sakitan. Dokter bilang, aku terkena kanker rahim stadium 3. Yang awalnya kami ingin menikmati harta yang kami curi dari kamu, tapi justru harta itu semakin hari semakin habis untuk biaya pengobatan aku. Aku dan Mas Jody tak memiliki apapun saat ini. Bahkan, akibat penyakit itu, aku tak bisa memiliki seorang anak. Kami sudah gak punya apa-apa saat ini. Aku benar-benar menyesal, Anggun. Aku mohon maafkan aku, ampuni kesalahanku ..." jelas Rista sambil menangis sesenggukan dan berlinang air mata.Tak lama, Ri
POV Naya"Nay, sudah beres belum?" tanya Mas Sony yang baru masuk ke dalam kamar.Saat ini, aku sedang memasukkan beberapa pakaian milik kami dan juga Zahra ke dalam koper. Rencananya, besok pagi kami akan berangkat ke Paris bersama Zahra."Belum, Mas. Sedikit lagi," jawabku tersenyum."Sini aku bantu," kata Mas Sony menghampiri aku yang sedang duduk di tepi ranjang tempat tidur."Gak perlu, Mas. Sebentar lagi juga selesai.""Kamu gak perlu bawa baju banyak-banyak, Nay. Bawa seperlunya saja, nanti kita bisa beli baju disana. Sekalian oleh-oleh juga. Paris kan kota fashion, kamu bisa beli baju yang kamu mau disana," kata Mas Sony."Jangan terlalu boros lah, Mas. Nanti kalau uang kamu habis gimana?""Kalau habis ya cari lagi, Nay. Kamu pikir, aku bekerja dari pagi bahkan sampai malam untuk siapa?" kata Mas Sony terkekeh."Hehe iya, Mas. Oh ya, Mas, maaf, aku belum pernah naik pesawat sebelumnya. Aku sedikit takut, Mas," kataku malu-malu."Kamu jujur banget sih, Nay. Tapi gak papa, aku s
Dan akhirnya, hari yang kami tunggu-tunggu pun tiba. Pagi ini, aku, Mas Sony dah juga Zahra akan berangkat menuju bandara untuk berangkat ke negara tujuan kami yaitu Perancis."Bu, kami pamit dulu," kataku lalu mencium punggung tangan Bu Maysaroh. Disusul Mas Sony dan juga Zahra."Kalian hati-hati ya, kalau sudah sampai jangan lupa segera hubungi Ibu.""Iya, Bu," jawabku."Zahra, jangan lupa pesan nenek semalam," kata Bu Maysaroh pada Zahra."Oke, Nek," jawab Zahra antusias."Pesan apa, Bu?" tanya Mas Sony."Ini rahasia Ibu sama Zahra. Iya kan, Za?""Iya, Nek. Papa sama Mama gak boleh tahu," kata Zahra polos.Mas Sony hanya menggelengkan kepalanya. Sedang Ibu dan juga Zahra terkekeh kecil. Setelah berpamitan pada Ibu, kami pun berangkat ke bandara diantar oleh supir. Setelah menempuh satu jam perjalanan, kami tiba di bandara Raden Intan, setelahnya kami akan transit ke Bandara Soekarno Hatta dulu sebelum berangkat ke negara Perancis.Dan kini, kami bertiga sudah berada di dalam pesawa