"cieee ... penganten baru, mukanya beda banget. Kayak ada manis-manisnya gitu," goda Siska padaku.Saat ini, aku sedang bertemu dengan Siska untuk sekedar melepas rindu di sebuah cafe yang biasa aku kunjungi bersama dengan Siska. Setelah menikah, ini kali pertama aku bertemu dengan Siska. Karena masa liburanku bersama Mas Sony dan juga Zahra telah berakhir.Hari ini, Mas Sony sudah mulai bekerja kembali di kantor. Sedangkan Zahra, kini sudah mulai masuk sekolah seperti biasanya. Pagi tadi, aku yang mengantarkan Zahra ke sekolah dan juga menjemputnya. Seperti permintaan Zahra sebelumya."Gula kali manis," kataku tersenyum."Tuh, kan? Kalau pengantin baru tuh bawaannya senyum ... aja, coba dulu sebelum Lo nikah. Di goda dikit aja, langsung manyun kayak jalanan batu yang belum di aspal," oceh Siska."Iya dong. Namanya juga lagi bahagia," jawabku cuek."Sombong ya ... sekarang mah udah jadi istri sultan gaya bicaranya udah beda," ujar Siska sinis."Apa juga yang mau gue sombongin. Tapi, g
"Cakep ... gue suka gaya Lo," kata Siska sambil memperlihatkan satu jempol tangannya padaku."Eh, ngomong-ngomong pas nikahan Lo kemarin, Lo ngundang si Kenzie enggak, Nay?""Iya, Sis. Gue ngundang Mas Kenzie. Bukan gue sih, lebih tepatnya keluarga Mas Sony," jawabku."Hah! Kok bisa?" tanya Siska sambil mulutnya melongo terkejut."Biasa aja kali! Jadi tuh ceritanya, semua karyawan di Perusahaan Mas Sony itu di undang semua sama Mas Sony tanpa terkecuali. Dari bagian paling atas sampai bagian paling bawah," jelasku."Oh gitu, terus Kenzie dateng gak?"Datang," jawabku singkat."Wah ... gentle banget tuh si Kenzie. Kok gue gak lihat sih? Kan gue pengen lihat tuh gimana mukanya si Kenzie pas lagi ngasih selamat sama Lo dan si Sony. Pasti ketar-ketir tuh muka Kenzie, ye kan?""Bahasa Lo ketar-ketir, apaan?""Ya maksudnya, takut-takut gitu. Secara kan Lo sekarang udah jadi istri bosnya. Pasti rasanya asem-asem gimana gitu," kata Siska terkekeh."Rujak kali asem," kataku ikut terkekeh."Apa
POV Sony Naya Anggita Sari, wanita cantik dan juga sederhana itu kini telah sah menjadi istriku. Dengan sekali tarikan nafas, akhirnya aku bisa mengucap ijab kabul dengan lancar. Jantung ini berdebar hebat, sekujur tubuh terasa tegang, meskipun ini bukan kali pertama aku menikah, tapi, aku benar-benar merasa gugup hari ini.Kecantikan Naya hari ini, benar-benar membuat jantungku berdetak tak karuan. Aku tak menyangka, wanita yang awalnya tak menarik di mataku itu, kini justru bisa membuatku benar-benar jatuh cinta padanya. Seperti niat yang Ibu ungkapan padaku waktu itu, yaitu menjodohkan aku dengan Naya.🍁"Son, Ibu mau bicara sebentar," kata Ibu.Aku yang baru keluar dari dapur mengambil segelas air putih, langsung menghampiri Ibu yang sedang duduk di sofa depan televisi."Ibu belum tidur?" tanyaku, lalu duduk di samping Ibu."Belum. Ibu gak bisa tidur," jawab Ibu."Ibu mau bicara apa?""Son, apa kamu udah punya calon istri?""Belum, Bu. Aku belum kepikiran," jawabku lesu. Hingga
"Son, siang nanti siap-siap kita ke rumah calon istri kamu," kata Ibu sambil menyendok nasi ke dalam piringnya.Saat ini, kami sedang sarapan pagi bersama. Seperti biasa, kami hanya bertiga. Aku, Ibu dan putri kecilku Zahra."Iya, Bu," jawabku malas."Kita mau ke rumah calon Mama Zahra ya, Nek?" tanya Zahra antusias."Iya, Sayang. Semoga aja Tante Naya mau jadi Mama untuk Zahra. Zahra harus ingat, nanti pasang muka melas biar Tante Naya mau jadi Mama Zahra," ujar Ibu terkekeh."Siap, Nek," jawab Zahra tersenyum memperlihatkan gigi depannya yang sudah tanggal satu itu."Anak pinter," puji Ibu."Ibu ini apa-apaan sih, ngajarin Zahra begitu?""Loh, memang Ibu ngajarin apa? Zahra sendiri yang mau, iya kan, Za?" tanya Ibu pada Zahra.Zahra sendiri tersenyum dan menganguk cepat, seolah mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Ibu saat ini. Aku menghela nafas panjang. Susah memang berbicara dengan wanita, mereka selalu saja merasa paling benar.🌹Awalnya, aku pikir aku tak akan menyukai Naya
Beginikah takdir yang harus aku jalani? Dan kenapa aku harus baru tahu sekarang tentang kenyataan ini? Andai aku tahu semua ini dari awal, mungkin aku akan memikirkan semuanya terlebih dahulu. Terutama pernikahan ku dengan Naya. Pastilah sebelum menikah dengan Naya, aku akan membicarakan tentang masa lalu kami apa adanya. Meskipun takdir ini sulit untuk aku terima, tapi, tak ada sedikitpun sesalku menikahi Naya. Karena aku yakin, Naya adalah jodoh terbaik yang diberikan oleh Tuhan padaku. "Bu, apa informasi yang Ibu sampaikan ini sudah akurat?" tanyaku ragu. Aku masih berharap, jika info yang disampaikan oleh Ibu barusan tidak benar."Iya, Son. Ibu gak mungkin salah, Ibu sudah cari tahu dari orang kepercayaan Ibu," jawab Ibu dengan wajah serius.Aku menghela nafas kasar. "Terus, aku harus gimana, Bu? Apa Naya tahu tentang hal ini?""Sepertinya, Naya belum tahu. Kamu jangan bertindak gegabah, kalau bisa jangan beri tahu tentang hal ini pada Naya dulu. Kalian baru menikah, Ibu gak mau
Tepat pukul 07.30 pagi, aku tiba di depan gedung perusahaan. Dengan langkah cepat, aku berjalan masuk ke dalam kantor. Sebagai seorang pemimpin di perusahaan ini, tentulah aku tak boleh bersikap santai. Aku harus memberi contoh teladan pada semua karyawan di perusahaan ini.Aku paling tak suka, jika ada karyawan yang bekerja dengan asal-asalan ataupun tak serius. Karena bagiku, bersikap serius itu sangat penting dalam bekerja. Aku dibesarkan dari keluarga bisnisman yang memang dituntut untuk bisa mengelola perusahaan dengan baik. Sepeninggal almarhum ayahku dulu, mau tak mau aku harus tetap meneruskan bisnis ini."Pagi, Pak," sapa Pak Ahmad, kepala bagian cleaning servis. Saat ini, aku sedang berada dalam satu lift bersama Pak Ahmad."Pagi," jawabku."Oh ya, Pak. Kemarin, si Arya cleaning servis yang bertugas untuk membersihkan lantai sepuluh mengundurkan diri, Pak. Nanti akan ada cleaning servis yang menggantikan posisinya untuk sementara. Nanti kalau Pak Sony butuh apa-apa, Pak Sony
POV NayaAku langsung berdiri dan menarik kasar tanganku dari genggaman tangan Mas Sony. Setelah aku mendengar jawaban dari Mas Sony yang tak masuk diakal itu. Aku benar-benar syok dan juga sangat terkejut. Bagaimana mungkin, wanita yang telah merusak keutuhan rumah tanggaku bersama Mas Kenzie dulu itu, adalah mantan istri Mas Sony.Kenyataan ini benar-benar sulit untuk aku percayai. Meskipun perpisahan ku dulu dengan Mas Kenzie bukan sepenuhnya kesalahan Anggun, tapi sulit rasanya untuk menerima kenyataan ini. Jika dipikir pun, terlalu sulit dan juga rumit. Kenapa harus Anggun? Susah payah aku melupakan wanita itu, dan hingga kini pun aku selalu menutup telinga dan mata untuk tidak mendengar kabar dari wanita itu lagi. Apakah ia masih bersama Mas Kenzie atau tidak, aku sudah tak peduli.Tapi kini, justru bayang-bayang wanita itu hadir lagi dalam rumah tanggaku bersama dengan Mas Sony. Jika Anggun adalah mantan istri Mas Sony, itu artinya, Anggun adalah Ibu kandung dari Zahra, anak y
Hari demi hari aku lewati dengan penuh kebahagiaan bersama Mas Sony dan juga Zahra. Hingga akhirnya, aku bisa sedikit demi sedikit melupakan tentang masalah takdir yang begitu sulit untuk aku terima. Tak terasa, usia pernikahan ku dengan Mas Sony sudah berjalan tiga bulan lamanya.Pagi ini, aku beraktifitas seperti biasa. Aku hanya menyiapkan keperluan Mas Sony sebelum berangkat berkerja. Mulai dari pakaian, sepatu dan juga barang-barang yang Mas Sony bawa saat berangkat ke kantor nanti. Setelah selesai, barulah aku menyiapkan keperluan Zahra sebelum berangkat ke sekolah.Aku juga membantu Zahra untuk memakai baju dan merapikan rambut Zahra. Setelah semua siap, barulah kami semua berkumpul di ruang makan untuk sarapan pagi bersama. Selama aku tinggal di rumah ini, aku sama sekali tak di perbolehkan untuk melakukan aktivitas di dapur. Karena di rumah ini, semua makanan sudah disiapkan oleh asisten rumah tangga.Tak tanggung-tanggung, untuk art yang bertugas untuk memasak dan menyiapkan