Daniel baru saja tiba di depan perusahaannya dan memarkirkan mobilnya. Ia bergegas menuju ke ruangannya. Di sana telah hadir Sheila yang duduk di sofa tamu bersama sang asisten. "Apa aku terlambat?" tanya Daniel pada Yudistira sambil melirik ke arah Sheila dan menyapanya dengan senyuman. Gadis itu juga membalas tersenyum padanya. "Sedikit bos, pihak investor hampir saja membatalkan kerja sama karena anda belum datang juga sedari tadi," jelas Yudistira kembali. Daniel hanya menghela nafas berat sambil menggaruk alisnya yang tidak gatal. Daniel tahu ini memang sebuah kesalahan yang hampir saja menggagalkan proyek besarnya. "Maafkan saya tuan-tuan, karena kecerobohan saya pekerjaan anda jadi terganggu," sesal Sheila yang di sambut dengan tangan yang terangkat dari Daniel memberi kode untuk Sheila tidak memberikan tanggapan. "Ini masih belum terlambat, aku masih bisa ikut dalam pertemuan itu, dan nona terimakasih sudah bersedia datang ke sini. Ini ponselmu," ujar Daniel sambil memberik
Hari pertama bekerja, Sheila begitu bersemangat. Ia datang lebih awal dan telah mempersiapkan semuanya."Sheila, kamu sudah datang?" sapa Daniel pada gadis muda yang berada di ruang kerjanya."Ah iya pak, kebetulan saya tidak banyak kegiatan di rumah. Jadinya saya berinisiatif untuk datang lebih awal," jawab Sheila dengan santainya."Oh baiklah. Bagaimana keadaan ibumu, bukankah kemarin kamu bilang ibumu harus dirawat di rumah sakit?" tanya Daniel kembali. Ia masih ingat ketika beberapa hari yang lalu Sheila pernah mengatakan kalau ia butuh biaya untuk pengobatan ibunya."Ibu saya, sudah lebih baik pak. Kemarin selesai mendapatkan kabar kalau saya akan bekerja di sini dan berada lebih dekat dengan beliau, keadaannya menjadi lebih baik dari sebelumnya," tukas wanita muda itu pada atasannya."Syukurlah, senang mendengar keadaan ibumu baik-baik saja," ujar Daniel padanya."Terimakasih pak. Saya juga mau berterimakasih karena anda telah bersedia mengizinkan saya bekerja di perusahaan anda
"Ah, sial! Bagaimana dengan wawancaraku hari ini?" umpat Kiara begitu melihat sebagian blazernya kotor karena terkena cipratan becek dan parahnya lagi si pemilik mobil itu tidak merasa bersalah sedikitpun. Kiara berdecih kesal, bajunya sudah kotor sementara dia harus ikut interview. Namun karena tekadnya yang begitu kuat, gadis muda itu tetap masuk kedalam kantornya. Di depan kantor dia berhadapan dengan security. "Nona, ada yang bisa saya bantu?" security itu mendekatinya dan menatap pakaian Kiara yang kotor dari ujung kepala hingga ujung kaki, security itu memandang sedikit tidak suka padanya. "Maaf pak, saya harus ikut interview dengan tuan Ivander Ravindra, tapi sayangnya seseorang telah mencipratkan air kotor itu ke bajuku sehingga membuat pakaianku jadi kotor seperti ini. Apa anda bisa membantuku?" "Hmm baiklah nona, ruangan tuan Invander ada dilantai tiga belas. Disana sudah ada banyak pelamar yang datang dan untuk membersihkan baju anda, disana ada toilet dan anda bisa memb
"Eh, ini...." Sepasang mata Kiara membelalak saat melihat mobil hitam metallic mewah di area parkir gedung. Ia berniat untuk segera pulang ke kontrakan sebelum kemudian melihat mobil yang membuat bajunya kotor di hadapan."Ck. Gara-gara mobil sialan ini wawancaraku tidak maksimal," gerutu Kiara. Tiba-tiba sebuah ide cemerlang terlintas di kepalanya, membuatnya menjentikkan jari. "Ah, ide bagus!"Setelah memastikan tidak ada saksi mata di sekitar, gadis itu mulai melancarkan aksinya. Diambilnya lumpur di area parkir, kemudian ia oleskan ke mobil itu hingga nyaris tidak ada celah yang terlihat bersih. "Sempurna, akhirnya tugasku selesai. Rasakan kau orang angkuh. Bukannya meminta maaf setelah berbuat salah malah pergi begitu saja," Kiara tersenyum penuh kepuasan, setelah mengotori mobil itu. Kemudian dia membersihkan tangannya dari lumpur, kenudian kembali pulang dan tanpa dia sadari aksinya terlihat di CCTV.Tidak berapa lama setelah Kiara pergi dari sana, sang pemilik mobilpun data
Dua jam berlalu, presentasi telah selesai. Semua tamu yang hadir dalam rapat telah pergi. "Kiara, kamu siapkan semua bahan ini untuk perencanaan proyek kita dalam bentuk proposal karena nanti akan kita serahkan pada perusahaan tuan Peter agar tuan Peter bisa memberikan persetujuan kerjasama antara perusahaan kita dan perusahaannya nanti," jelas sang atasan pada Kiara.Gadis itu menganggukkan kepala mantap. Dia sangat mengerti akan tugasnya.***Ivander kembali teringat pada CCTV yang dia minta pada security. Dia benar-benar penasaran siapa yang berani mengotori mobilnya?"Pak kirimkan hasil rekaman CCTVnya ke ruanga saya sekarang juga," titah lelaki muda itu pada security.Tidak butuh waktu lama, security datang dan membawakan hasil rekaman CCTV. "Maaf tuan, saya datang mau mengantarkan hasil rekaman CCTV yang anda minta," tukas security itu sambil menunjukkan hasil rekaman."Taruh di meja dulu pak, saya masih ada pekerjaan, terimakasih sudah mengantarkannya," ujar Ivander sambil teta
Kiara mondar-mandir di ruangannya, setelah mendengar syarat yang diminta oleh bosnya itu dia merasa tidak tenang. Bagaimana mungkin dia bisa mengembalikan uang satu milyar dalam waktu tiga hari? Sungguh hal yang sangat mustahil. Pria itu, sepertinya sengaja ingin menjebaknya."Eh Kia, kenapa Lo dari tadi kayak setrikaan bolak-balik Mulu?" sapa Berta teman satu ruangan dengannya."Ahm ga kok mbak Berta, aku lagi nyari sesuatu tapi kayaknya aku lupa narohnya dimana," jawab Kiara asal. Ia tidak mau ada orang yang mengetahui tentang masalahnya. Jika sampai ada yang tahu pasti akan bertambah rumit. Secara dia baru satu Minggu bekerja masa harus terkena masalah?Kiara masih memutar otak untuk mengatasi permasalahannya. Namun, tiba-tiba saja ponselnya berdering."Halo, iya Bu ada apa?""Mbak, ini aku Yuda. Tadi ibu masuk rumah sakit, jantungnya kumat kayaknya. Apa mbak bisa mentransferkan uang buat pengobatan ibu? Aku juga butuh uang buat sekolah mbak, seminggu lagi aku ada praktek di sekol
Pagi hari ponsel Ivander berdering. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali, untuk mendapatkan kesadarannya. Terlalu banyak minum membuatnya jadi pusing dan seluruh badannya terasa remuk."Ya mom?" sapanya pada wanita yang berada di seberang sana."DARI MANA SAJA KAMU? MENGAPA TIDAK PULANG SEMALAMAN? KELAYABAN LAGI? IVANDER KAMU ITU UDAH DEWASA. KAMU HARUSNYA SUDAH MENIKAH DAN MEMPUNYAI ANAK TAPI MALAH KELAYABAN GA JELAS SEPERTI ITU. MALU SAMA UMUR NAK!" cerocos wanita di sebrang sana.Ivander menjauhkan ponselnya dari telinganya. Mendapatkan Omelan bertubi-tubi dari sang ibu membuatnya yang baru saja terjaga jadi hilang semangat."Hei kenapa malah diam? Dasar anak bandel, bukannya menjawab malah diam," omel sang ibu lagi dari kejauhan."Iya mom aku dengar, aku baru bangun mom. Tadi malam aku kecapean makanya aku memutuskan untuk menginap di apartemen,""Pulang sekarang juga atau kau tidak perlu datang ke rumah ini lagi!"Amora begitu marah pada putra sulungnya ini. Anak itu sangat meny
Baru saja Kiara melihat jumlah nominal yang masuk kedalam rekeningnya, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Segera Kiara menekan tombol hijau."Bagaimana? Kau sudah lihat rekeningmu?" orang diseberang sana mengingatkannya."Pak Ivander?""Tidak perlu terkejut. Aku adalah orang yang menepati janji. Apapun yang kukatakan pasti akan ku lakukan. Jadi ingat besok kita bertemu di hotel xxx. Jangan coba-coba mencari alasan dan menolak. Kau tidak akan bisa menghindariku. Paham?"Kiara bingung, di satu sisi ia merasa sangat bahagia karena permasalahan keuangannya bisa teratasi. Bahkan lebih dari cukup, tapi untuk pergi berkencan dengan Ivander apa itu harus? Bagaimana dengan petuah yang selalu diajarkan sang ibu padanya? Apa harus ia langgar? Sungguh ia dalam dilema saat ini."Mengapa diam saja? Kau mau mencari alasan untuk tidak berkencan denganku?""Tidak, aku tidak sedang mencari alasan. Anda tidak perlu takut. Aku pasti akan menepati janjiku,""Baguslah kalau begitu. Aku tunggu kau besok pagi. Ja