“Apa kau sudah gila?” Nia dan Lili serentak mendesis dan melemparkan delikan tajamnya pada Liora yang kembali duduk dengan penuh ketenangan. Sama sekali tak ada sesal sedikit pun untuk kata-kata tidak sopan dan kasarnya pada Carissa Maria, yang adalah tunangan tuan mereka.Liora menghela napas panjang, kemudian memutar kepalanya ke arah dua temannya yang lain. “Dia yang gila jika berpikir bisa menginjak-injakku hanya karena aku bekerja sebagai asisten pribadinya Daniel …”“Daniel?” Pelototan Nia dan Lili semakin melebar akan panggilan“M-maksudku tuan Lim. Sekarang hubungan kami hanya sebatas pekerjaan.”Nia dan Lili semakin terbengong, keduanya saling pandang dengan penuh tanda tanya.“K-kau … Apa kau …”“Cerita yang panjang dan bukunya sudah terbakar. Tanpa ada pun sisa. Selesai. Jangan ingin tahu lebih banyak apalagi mempertanyakan.” Pandangan Liora berpindah pada Lili. “Dan siapkan pesanan calon nyonyamu sebelum dia menjadi sangat menjengkelkan.”Lili pun teringai pesanan Carissa
"Sebenarnya apa yang kau katakan, Daniel?" Liora sengaja membuat kata-katanya terdengar menjengkelkan. Menutup kepucatan yang mulai menyeruak di permukaan wajahnya.Daniel mengedipkan kedua matanya, seringainya turun dan menjawab, "Bukan apa-apa. Aku bahkan tak tahu apa yang kukatakan. Keluar begitu saja karena melihatmu yang begitu dekat dengan keponakanmu.""Apakah aku tidak boleh dekat dengan keponakanku sendiri?" Masih dengan senyumnya, Daniel memberi Liora satu anggukan kepala. "Ya, tentu saja boleh. Dia keponakanmu, bukan. Tak ada bedanya dengan anak sendiri. Aku hanya merasa penasaran."Liora menelan ludahnya. Mendalami emosi di wajah Daniel yang tersamar. Pria itu jelas menyembunyikan kelicikannya, tetapi sengaja membuatnya bertanya-tanya. Permainan apa yang sebenarnya pria satu ini mainkan? "Penasaran apa?"Daniel menatap lekat kedua kata Liora, yang masih diselimuti kegugupan. Kegugupan itu tentu memiliki alasan, kan? Well, ia akan membuatnya menjadi mudah. "Apakah kau akan
Daniel benar-benar dibuat berang buka main. Setelah menemui Jerome di gedung perkantoran pria itu dan membuat pria itu tak berkutik akan bukti tersebut, Daniel bergegas ke rumah sakit. Hanya untuk menemukan Xiu yang sudah tidak ada di sana. Pandangannya langsung menangkap Jenna yang mengenakan pakaian Liora, sudah jelas kalau pasangan kembar itu tahu dirinya mengetahui tentang Xiu."Di mana anakku, Jenna?" geram Daniel menghampiri Jenna yang berdiri di samping jendela. Terlihat seolah memang sudah menunggu kedatangannya."Anakmu?" dengus Jenna mengejek. "Apa kau pantas mengakuinya, Daniel?"Daniel tak peduli. Satu-satunya yang ia inginkan saat ini adalah menemukan Liora dan Xiu. Yang pasti sudah dalam pelarian. Ck, apakah hanya melarikan diri satu-satunya keahlian yang dimiliki wanita itu, hah? "Katakan di mana Liora dan anakku, Jenna?"Jenna sama sekali tak terpengaruh akan gertakan tersebut. Malah wanita itu mengangkat dagu dan dengan keberaniannya menantang Daniel. "Atau apa?"Cu
“Kau tak punya hak apa pun atas anakku, Daniel.” Liora mendorong dada Daniel dengan kemarahan yang bercampur kebencian.“Jadi sekarang kau mengakui dia anakmu, hah? Anak kita berdua.”Liora diam sejenak. “Dia tak perlu tahu punya ayah berengsek sepertimu.”“Kau bilang Xiu tidak ada hubungannya dengan permasalahan kita berdua, kan? Termasuk apa yang dikatakan oleh Carissa padamu.”Liora seketika terdiam. Kemarahan di dadanya semakin merebak mengingat kekecewaan dan pengkhianatan yang diberikan pada Daniel.“Aku tak pernah berkhianat.”“Seolah itu berarti sesuatu bagiku, Daniel,” decih Liora sambil membuang wajahnya.Daniel mendesah dengan gusar. Tak tahu bagaimana lagi harus menjelaskan pada Liora. Tetapi, kenapa pula ia perlu menjelaskan? Kedua mata Liora jelas menyiratkan tak ada apa pun yang akan berubah di antara mereka. Wanita itu menganggap dirinya adalah kesalahan terbesar yang pernah diambil Liora, dan memang demikian.“Satu-satunya yang tersisa bagi kita berdua adalah saling m
Sepanjang perjalanan, Liora tak lagi mengucapkan sepatah kata pun dan Daniel sendiri sengaja mempertahankan keheningan tersebut. Benaknya memutar ingatan ketika pertama kali bertemu Liora. Saat pertama kali jatuh cinta pada Liora, Jerome memperkenalkan wanita itu sebagai kekasih.Sepupunya itu selalu mendapatkan apa yang diinginkan. Dan ia selalu berhenti, tapi entah kenapa Liora tidak seperti wanita lain yang berhasil menarik perhatiannya. Ataupun Carissa.Sebelumnya, hubungannya dan Carissa adalah karena wanita itu yang mendekatinya lebih dulu. Jerome kekasih yang penuh perhatian dan dermawan. Memanjakan Carissa dan Liora dengan segala hal. Tetapi pria itu hampir tak punya waktu untuk sang kekasih. Ia memang berselingkuh dengan Carissa, tetapi apa yang dirasakannya untuk wanita itu tidak sebesar dengan apa yang dimilikinya untuk Liora.Semakin ia menjalin hubungan dengan Liora, ia merasa tak bisa membiarkan wanita itu menjadi milik Jerome. Itulah sebabnya ia sengaja membongkar pers
"Kau benar-benar sudah gila, Daniel! Bagaimana mungkin kau akan menikahinya? Kau sudah kehilangan kewarasanmu!"Daniel hanya mendesah gusar. Ia tahu ini keputusan yang gila. Tapi kata-kata Liora terus berputar di benaknya. Membuat kepalanya semakin berdenyut. 'Aku tak ingin mengharapkan apa pun dari seseorang sepertimu. Tapi kali ini, kumohon. Aku benar-benar memohon kau menepati janjimu. Hanya kali ini saja. Jangan mengkhianati kepercayaanku padamu.'Kata-kata Liora layaknya pedang yang melibas habis dendam di hatinya pada wanita itu. Ia menyadari berapa banyak pengkhianatan dan kekecewaan yang sudah ia lakukan pada wanita itu.Ia sudah berjanji tak akan memisahkan Xiu dan Liora, dengan syarat bahwa wanita itu akan membiarkan dirinya datang di hidup Xiu."Kau ingin memungutnya untuk membuangku? Apa kau sudah kehilangan kewarasanmu? Apa kepalaku sudah membentur sesuatu?" Carissa memecah pikiran Daniel yang masih kusut.Wajah Daniel terangkat, menatap lurus ke aras Carissa dan mendes
Daniel mendorong pintu kamar, menghentikan pembicaraan Liora dan Jenna yang kini saling berpelukan. Kedua saudari kembar tersebut segera mengurai pelukan. "Jerome menunggumu, Jenna," ucapnya setengah mengusir. Jenna membencinya, itu sudah pasti. Semakin lama menghabiskan waktu bersama Liora akan memberikan dampak yang buruk. Yang mungkin bisa membuat Liora berubah pikiran dan melakukan pelarian lainnya. Jenna mendengus. "Kau mengusirku?" sengitnya kasar dengan pelototan mata bulatnya. Daniel memasang senyum selebar mungkin yang dibuat-buat dengan mengedikkan bahu "Dia memang menunggumu." Liora mengambilkan tas Jenna dan meletakkannya di pangkuan sang adik. Mengangguk singkat dan Jenna pun menutup mulut dengan paksa. Mencium Xiu dan sekali lagi memeluk sang kakak sebelum benar-benar beranjak ke arah pintu. Meninggalkan Daniel dan Liora yang membisu. "Setelah apa yang kau lakukan padanya, sekarang kalian memang benar-benar saling melindungi, ya?" Pertama kalinya Daniel bersuara mem
Tatapan keduanya bertemu. Liora masih membeku sementara Daniel dengan tanpa rasa bersalahnya melenggang masuk sambil mengurai dasi kupu-kupu di leher dan melemparnya ke sofa. Berikut jas berwarna biru tuanya. “Kau belum tidur?” “Apa yang kau lakukan di sini?” “Ini apar ….” “Xiu sudah tidur. Jangan membuat alasan untuk datang ke sini.” Liora mengikat jubah tidurnya dan masih tetap di tempatnya. Mengamati Daniel yang hanya terkekeh dan duduk di sofa. Membungkuk untuk melepas sepatu dan kaos kaki. Tak menggubris kekesalan Liora. Kesal, Liora pun berjalan keluar kamar dan memutuskan tidur di sofa di kamar Xiu. Ia baru saja terlelap ketika pintu kamar kembali terbuka. Tahu Daniel yang masuk, ia tetap memejamkan mata dan mendengar langkah pria itu yang semakin mendekat. Berhenti di boks Xiu dan hanya ada keheningan. Berada dekat dan dengan Daniel yang masih berkeliaran di sekitarnya tak pernah tidak membuat emosi di dadanya bergejolak. Kebencian dan kemarahan yang masih bercampur jadi