Azkia dan Pitaloka sudah berada di dalam kamar Achazia. Di sana banyak sekali barang milik Zia yang masih tertata rapih. Dan ditutupi oleh banyak debu.
Azkia beranjak ke arah lemari, ia ingin mencari sebuah barang yang ada kaitannya dengan adiknya dan Aksa. Siapa tau barang itu ada di lemari.
Sedangkan Pitaloka membuka laci meja belajar. Ia mencari di sana. Matanya membulat sempurna saat melihat sebuah foto Aksa dan Achazia yang terlihat sangat berbahagia.
Ia lupa, kalau perempuan itu pernah mengisi hari-hari Aksa di masa lalu.
Ia tidak ingin terpaku dengan foto itu. Jadi ia cari di laci yang lainnya. Dan ia menekan sebuah surat. Karena penasaran ia membuka surat itu lalu membaca surat itu dengan pelan.
"Alvin. Dengan surat ini aku mau minta maaf. Karena aku nggak bisa melanjutkan hubungan ini lagi. Kita berbeda. Dan kita nggak akan pernah bersatu. Jadi sebelum rasa cinta ini semakin besar, aku ingin hubungan ini berakhir. Dan sebagai tanda k
Pitaloka, Azkia, Elvano, dan Putra sudah sampai di depan ruangan Aksa. Dari luar, mereka bisa melihat para dokter yang sedang memompa jantung Aksa, agar jantung laki-laki itu kembali berdetak.Kondisi Aksa sekarang sudah sangat buruk. Satu-satunya yang bisa menyelamatkan laki-laki itu hanyalah sebuah keajaiban."Gimana rencana lo selanjutnya?" tanya Cakra sambil menatap Putra.'Kita nggak bisa ngelanjutin rencana kita. Kalau memang lo mau, gua bisa bawa lo dan salah satu dari kalian buat bertemu dengan Aksa untuk yang terakhir kalinya.'Putra sedikit kaget mendengar ucapan Zilka tersebut. Untuk terakhir kalinya? Berarti Aksa tidak akan pernah kembali lagi di dunia ini. Dan berarti mereka akan kehilangan Aksa untuk selama-lamanya."Fan. Gua tau ini berat buat lo. Tapi kalau lo mau, gua bisa anterin lo bertemu dengan jiwa Aksa untuk terakhir kalinya," ucap Putra sambil jongkok di depan Fanny.Semua yang ada di sana langsung terkejut saat
Putra, Zilka, dan Fanny sudah sampai di ruang antah berantah. Di sana semuanya penuh dengan warna putih. Dan hawa di tempat itu membuat mereka sedikit pusing. Karena situasinya sangat berbeda dengan di bumi."Itu dia," ucap Zilka sambil menunjuk seorang laki-laki yang sedang tertidur dipangkuan seorang perempuanZilka kali ini bisa terlihat dengan mata telanjang. Bukan karena efek ruang hampa. Tetapi karena semua yang ada di sini hanyalah jiwa. Jadi sesama jiwa bisa melihat satu sama lain.Fanny membulatkan matanya sempurna. Saat melihat Aksa tertidur di pangkuan Zia.Fanny ingin berlari ke arah sana. Tetapi baru satu langkah, ia langsung ditarik oleh Zilka kembali ke tempat asal ia berdiri."Lo jangan maju. Kalau lo maju, jiwa lo nggak bakalan bisa balik lagi ke tubuh lo," ucap Zilka memperingati Fanny."Terus gimana cara kita nyadarin Aksa," ucap Fanny sambil menatap Zilka."Perempuan itu kelihatan sedang memanjakan Aksa. Dia
Mata Putra dan Fanny mulai terbuka sempurna. Saat mata mereka sudah terbuka sempurna, mereka melihat para sahabat mereka sedang memandangi wajah mereka."Ngapain lo lihat-lihat wajah gua? Naksir lo?" tanya Putra pada Elvano dan Cakra."Jijik gua. Mending gua lihatin foto artis daripada ngelihat wajah lo," jawab Cakra."Jadi gimana?" tanya Elvano.Putra hanya tersenyum kecil saat mendengar pertanyaan Elvano itu. Ia tidak bisa menjawab apa-apa. Karena ia memang belum tau bagaimana hasil akhirnya. Apakah Aksa memilih untuk kembali ke dunia. Atau ikut Zia ke alam selanjutnya.Tidak lama setelah itu, pintu ruangan Aksa dibuka. Keluar seorang dokter dari dalam ruangan tersebut, lalu melihat ke arah mereka."Keluarga Aksa mana?" tanya dokter tersebut."Saya kakaknya, Dok," ucap Fanny sambil berdiri."Saya ada berita baik dan berita buruk. Mana dulu yang mau kamu dengar?""Berita buruk dulu.""Berita buruknya saya nggak t
Aksa membuka matanya secara perlahan. Saat matanya sudah terbuka sempurna, ia melihat atap berwarna putih. Ia berpaling ke arah kirinya, ia melihat ada Fanny yang tertidur di sofa. Dan tidak jauh dari sana ada seorang laki-laki yang sedang menatap ke arah luar jendela."Papa," gumam Aksa dengan nada sangat pelan karena tenaganya masih belum begitu pulih.Robert yang mendengar suara pun langsung melihat ke arah Aksa. Betapa bahagianya ia saat melihat Aksa sudah membuka matanya lagi.Dengan penuh semangat ia mendekat ke arah kasur Aksa. Mengelus puncak kepala Aksa dengan lembut."Gimana sayang? Ada yang sakit? Papa panggilan dokter, ya," ucap Robert terburu-buru saking senangnya."Jangan berisik. Kakak masih tidur.""Iya. Papa panggilin dokter dulu, ya. Kamu baik-baik di sini."Robert pun berjalan keluar dari ruangan Aksa di rawat. Ia menemui suster, memberi tau kalau anaknya sudah sadar.Sedangkan Aksa hanya terbaring lema
Cakra, Putra, dan Aqilla berada di kantin rumah sakit. Secara suka rela dan tanpa paksaan apa pun, Aqilla mau menceritakan tentang kisah percintaan Aksa dan Zia yang sudah lama terlupakan olehnya."Saat itu Aksa dan Zia satu kelas. Nah ada suatu kejadian di mana Zia dibully sama kakak kelas, di situ Aksa langsung ngamuk sampai-sampai mukul kakak kelas itu sampai kakaknya kelasnya terluka parah. Semenjak saat itu, Zia selalu ada di samping Aksa. Dan Aksa selalu melindungi Zia dari orang-orang jahat. Tapi suatu hari, Aksa tau kalau Zia dan dia beda keyakinan. Nah setelah itu Aksa sedikit demi sedikit mulai menjauhi Zia. Melihat Aksa jauh dari Zia, para kakak-kakak kelasnya langsung membully Zia habis-habisan, karena mereka mengira kalau Aksa nggak bakal ikut campur lagi. Tapi salah besar, Aksa mengamuk habis-habisan, sampai satu kelas dia bikin hancur. Saat hari itu juga, dia deklarasi kalau Zia adalah pacarnya. Semenjak itu nggak ada kakak kelas yang berani dekat-dekat dengan
Fanny menatap secara saksama Aksa yang sedang menatap Pitaloka dengan tatapan kosong. Pitaloka sedang menyuapi laki-laki itu. Seharusnya laki-laki itu senang. Tetapi kenapa laki-laki itu terlihat seperti orang yang kesepian.Entah kenapa, Fanny sangat tidak menyukai tatapan seorang Aksa yang sekarang. Aksa yang sekarang sangat berbeda dengan Aksa yang dulu ia kenal. Aksa yang dulu ia kenal, tatapan matanya terasa sangat hangat, memberi kenyamanan tersendiri bagi orang yang menatap matanya. Sedangkan Aksa yang sekarang, tatapan matanya terasa kosong, membuat semua orang yang menatapnya merasa kasian.Dan mungkin Pitaloka juga menyadari itu. Perempuan itu sangat mencintai Aksa. Jadi pasti perempuan itu tau kalau tatapan Aksa sangat berbeda.Fanny berdiri dari sofa. Berjalan mendekat ke arah almari kecil yang ada di dekat kasur Aksa. Ia mengambil sebuah handphone yang ia percaya handphone itu lah yang digunakan Aksa untuk menghubungi Aqilla."Ni handphone si
Setelah nasi gorengnya telah dimakan habis oleh Aksa. Pitaloka pun langsung membuang bungkus tersebut ke tempat sampah. Lalu kembali lagi duduk di kursi yang berada tepat di samping kasur Aksa. Ia menatap wajah kekasihnya itu dengan saksama. Entah kenapa, ia merasa ada perbedaan besar dengan ekspresi wajah laki-laki itu saat Aqilla dan Aqilla pergi. "Sa. Lo sayang sama Qilla?" tanya Pitaloka sambil menggenggam erat telapak tangan Aksa. Aksa sedikit kaget saat Pitaloka tiba-tiba menanyakan hal tersebut. Saat perasaan kagetnya sudah hilang, gantian senyuman lebar yang muncul di bibirnya. "Kenapa lo berpikiran seperti itu?" tanya Aksa sambil menatap wajah Pitaloka. "Ya karena beda aja ekspresi lo saat ada dia dan nggak ada dia di ruangan ini," jawab Pitaloka. "Gua akuin, gua nyaman kalau ada di dekat dia. Tapi kalau perasaan sayang, enggak. Gua nggak sayang sama dia." "Kenapa lo nyaman sama dia?" "Karena dia asal cep
Fanny sedang ada di ruangan Aksa malam ini. Semua orang sudah pulang, termasuk kedua orang tuanya. Sebenarnya sebelum pulang, Robert meminta untuk Fanny pulang dan biar ia saja yang menemani Aksa. Tetapi permintaan itu ditolak keras oleh Fanny yang bersikeras untuk tetap di sisi Aksa, sampai laki-laki itu benar-benar keluar dari rumah sakit.Memang hari sudah gelap. Tetapi mereka belum juga tertidur. Mereka sibuk menikmati kesunyian malam.Mata Fanny yang tadinya menatap ke arah luar jendela. Sekarang beralih menatap Aksa yang sedang duduk di atas kasurnya sambil menatap bintang-bintang yang sedang menghiasi langit malam."Kata dokter, lo harus banyak istirahat. Jadi lo nggak boleh tidur malam-malam," ucap Fanny memecahkan keheningan di ruangan tersebut."Iya, bentar lagi tidur," ucap Aksa dengan suara yang sangat halus."Mereka cuma sebuah bintang yang berkelap-kelip di langit malam. Apa yang asik dari itu? Sampai-sampai lo bisa natap mereka sampa