Cih. Kurasa aku tidak harus mengangkat teleponnya.
Arthur malas, dia lagi-lagi membiarkan telepon itu berbunyi sampai mati. Setelah itu dirinya menuang lagi minuman di dalam gelas. Tapi sayangnya sebelum dia berhasil meneguknya teleponnya kembali berdering.
Arthur: Kau mau apa Rich?
Rich: Hey. Kau sedang mabuk kah? Kau sedang ada acara di klub sekarang?
Arthur: Jangan basa-basi. Walau mabuk, aku tetap masih sadar. Bicara saja, kenapa kau menghubungiku?
Malas-malasan Arthur mendengarnya. Tapi dia memang memiliki toleransi minum yang cukup tinggi. Sa
Jadi dia tidak cerita pada Rich tentang Caca? Arthur merasa tak enak dan dia baru saja keceplosan sesuatu yang membuatnya meringis.Arthur: Menghilang. Maksudku dia menghilang bukan aku bertemu dengannya.Arthur bahkan harus berusaha bicara selugas mungkin agar tidak dicurigai oleh Rich.Rich: Ah, untuk itu, Kurasa aku menemukan satu clue tentang keberadaannya.Ini juga membuat Arthur menelan salivanya karena dia khawatir Rich sudah tahu di mana Caca berada.Arthur: K
Kenapa aku tidak kepikiran?Dokter memberitahu sesuatu pada Arthur yang membuat dirinya cepat-cepat menutup telepon dan segera mungkin keluar menuju ke lantai atas"Suster aku butuh bantuanmu dulu!"Ya sang dokter memberitahukan kalau di sana ada suster yang merawat Caca kalau memang ada sesuatu yang penting bisa dia temui dulu suster itu untuk memberikan pertolongan pertamaDokter yang ditunggu oleh Arthur baru akan tiba di apartemen itu mungkin sekitar setengah jam lagi.Arthur yang sudah tidak sabar dan khawatir sangat dengan kondisi Alila memin
"Apa yang terjadi padaku?"Sementara itu di sebuah kamar, pagi itu seseorang baru saja membuka matanya dan mencoba mengembalikan semua ingatan ke dalam benaknya."Arthur, kau tahu apa yang sudah kau lakukan padaku? Dan sekarang kau mengobatiku, kah?"Dia bisa mengambil kesimpulan seperti itu karena melihat infusan yang masih menggantung dan jarum infusan yang masih menempel di tangannya. Bibirnya tersenyum kecut setelah mengingat apa yang terjadi tadi malam. Sesuatu yang mengerikan. Dia tidak pernah menyangka kalau Arthur akan melakukan hal seperti itu padanya."Mungkin selama ini aku salah menilaimu. Atau mungkin aku datang di waktu yang tidak tepat, karena mungkin kau memang tidak menginginkanku. Kau tidak mencintaiku."Sejujurnya, Alila sudah pupus harapan dan dia seper
Apa dia sudah tidak marah lagi padaku?Rich bingung, tapi dia tetap mengikuti gandengan tangan Alila masuk lagi ke dalam lift. Meski sebetulnya Rich masih bertanya-tanya apakah betul adiknya sudah tidak lagi marah padanya."Hmm ... Alila, ada yang ingin kau bicarakan padaku?"Makanya di dalam lift, saat mereka hanya tinggal berdua, Rich ingin tahu apa sebetulnya yang ingin dikatakan oleh Alila."Oh, tadi kau ingin bertemu dengan Arthur, kah?""Ya, tapi sebenarnya aku juga ingin bertemu denganmu. Aku tidak bisa tidur karena masalah kemarin. Hmm, aku minta maaf, Alila. Aku sudah kelewatan. Tidak seharusnya aku memukulmu seperti itu dan tidak seharusnya juga aku memakimu di depan umum. Aku tidak bisa menjaga adikku.""Ah!" Alila h
"Terima kasih, Arthur. Kau benar-benar menjagaku dan aku jadi tidak enak padamu. Bukan hanya kata-kata, tapi aku benar-benar tidak enak padamu. Mungkin aku pulang saja?""Ssst!"Setelah Arthur memberikannya obat, Caca merasa sangat bahagia sekali dengan keberadaan Arthur di sisinya dan kini Arthur pun menaruh jari telunjuknya di bibir Caca untuk membuat wanita itu tidak terlalu banyak bicara yang tak diinginkannya."Tidak perlu merasa tidak enak padaku. Dan kau sudah terlalu banyak membahas masalah ini.""Aku benar-benar merasa tidak enak dan aku kepikiran sesuatu. Entahlah. Apa mungkin keluargaku tidak baik-baik saja atau kenapa juga tidak tahu. Hatiku serasa tak enak saja. Mungkin aku harus pulang dulu?"Caca memang merasa ada yang salah. Seperti ada sesuatu yang hilang dalam dirinya dan dia kepikiran sekali. Cuma memang dia tidak tahu apa permasalahannya yang membuat dirinya tidak nyaman, padahal Arthur adalah pria yang diidamkannya selama ini.Cuma, kenapa aku seperti merasa koson
"Kamu berantem lagi sama kakakmu?"Di mobil, Shaun memberanikan diri bertanya pada Alila yang wajahnya terlihat pucat dan lemas. Dia sekedar ingin tahu saja apa yang terjadi karena Alila tampak tidak bersemangat."Enggak. Tapi aku kasihan banget sama kakakku itu. Wanita yang disukainya sangat mempengaruhi kakakku. Sulit kayaknya ngelepasin diri kalau udah terikat kayak gitu, ya?"Alila sebetulnya tidak ingin menceritakan apa pun tentang keluarganya pada Shaun. Apalagi ini menyangkut aib kakaknya. Cuma, dia tidak punya teman bicara dan dia juga tidak bisa cerita pada orang tuanya makanya terpaksalah dia mencoba mencari jawaban dari orang lain."Ya mau bagaimana? Dia baru bisa akan terbuka jika sudah melihat kenyataan seperti apa wanita itu. Tapi biasanya susah, sih. Pasti akan terus kepikiran dengannya."
"Kau sama seperti ayahmu. Ikut campur saja dengan hidupku! Dan gara-gara kau, istriku jadi pergi dari rumahku tanpa izin!"Entahlah apa yang salah dengan pikiran Arthur. Apakah dia masih mabuk? Tapi sepertinya dia sudah tidak lagi hangover. Kesadarannya sudah pulih, tapi entah kenapa pikirannya jadi tak jelas."Caca masih tidur?"Arthur sudah menuju kamarnya lagi dengan suaranya yang pelan dia menanyakan sesuatu pada perawat yang mengangguk."Jika Caca mencariku, katakan aku ada beberapa urusan di luar. Tolong bantu Caca jika membutuhkan sesuatu. Panggil dokter jika memang penting! Apa kalian mengerti?""Baik, Tuan, kami paham."Mereka tentu tidak tahu ke mana Arthur akan pergi. Tapi dia sudah menghubungi seseorang lagi di tele
"Ayo!"Arthur tadi sudah mengajak Alila untuk pergi. Tapi wanita itu malah mengajaknya bicara, sehingga dia tak sabaran dan sudah menarik tangan Alilah di lobi sekolahnya."Alila—""Shaun, sebaiknya kau jaga sikapmu dengan Alila, karena dia adalah istriku dan sebaiknya kalian tidak terlalu dekat!"Tak suka nama Alila dipanggil, saat itu juga Arthur melirik si pemanggil dengan tatapan marah. Kemudian dia menarik lagi tangan Alila, pergi dari lobi yang membuat Alila juga tak bisa berkata apa-apa pada Shaun."Arthur, ada apa denganmu? Kenapa kau membicarakan masalah hubungan kita di lobi tadi? Anak-anak banyak yang memperhatikanku."Dan di dalam mobil, Alila tentu saja protes. Alila yakin sekali kalau mereka semuanya pasti akan menjadikannya bahan pembicara