"Alila, kau ada dimana?"Sementara itu setelah menjauh dari Reza, Arthur sudah sibuk dengan handphonenya dan mencoba menghubungi orang-orangnya.Arthur: Cari Alila. Aku tidak yakin dia baik-baik saja. Berikan kabar padaku secepatnya.Perintah sudah diberikan. Arthur segera mungkin menutup teleponnya setelah orang di ujung sana mengerti apa yang diperintahkannya.Dia lalu mengetik di handphonenya menjelaskan kronologisnya tentang di mana keberadaan Alila dan kemungkinan Alila dibawa pergi.Ini untuk mempermudah timnya mencari di CCTV di jalan di mana Alila berada.Setelah itu dia kembali menghubungi seseorang via telepon.Arthur: Siapkan mobilku. Aku menunggu di lobi rumah sakit. Kau keluar dari parkiran.Hanya kalimat itu yang terurai sebelum dia menutup teleponnya.Arthur memang bekerja efisien. Dan sebetulnya yang dilakukan ini bisa dilakukan juga oleh Reza. Dia punya lebih banyak orang dan dia lebih punya power ketimbang Arthur.Tapi Reza masih belum aware sedangkan Arthur tidak ma
BUG!"Aish, sakit sekali Reza."Sementara itu setelah Arthur pergi Reza yang baru saja memukul perut David membuat asistennya itu meringis kesakitan.Dia tidak tanggung-tanggung. Dia mengepalkan tangannya cukup kuat dan menumpahkan semua tenaganya di ujung kepalanya itu bagaimana tidak sakit perut david?"Bagus aku memilih memukul di bagian ususmu yang kosong. Kau belum makan kan? Jika aku memukul di lambungmu sudah berdarah-darah kau sekarang Dave."Yah, Reza kalau sudah kesal dan tersinggung dia memang tidak main-main. David sudah sering terkena pukulannya seperti ini.Tapi Reza sangat pandai sekali dia tahu di mana dia harus memukul. Dan seberapa kencang itu.Pukul aja memang menyakitkan tapi dia masih tahu batasan."Tetap saja kalau lama-lama bisa membuat ususku bermasalah. Aish, menyesal aku punya teman sepertimu. Kau tahu sudah berapa lama aku bersama denganmu?""Hem, sudah jangan lagi kau mulai dramamu itu. Cepat cari anakku ada di mana!""Aish, mana kutahu? Kita harus cek CCTV
Kurang ajar! Sebelum kau membawa putriku pergi maka kau duluan yang akan angkat kaki dari tempat ini.Ada pikiran seperti ini di dalam hati Reza saat mendengar permintaan wanita dari dalam bilik itu."Tidak Caca. Jangan berpikir seperti itu."Di sini Reza sempat melirik dan dia tahu kalau Amar dalam posisi membelakanginya dan tidak melihat keberadaannya saat sedang bicara."Papamu tidak tahu kalau kau adalah anaknya. Kau tahu? Saat dia tahu kalau kau adalah putrinya dia sangat khawatir padamu. Bahkan dia memberikan darahnya padamu sampai kau bisa bertahan seperti sekarang ini semua karena papamu. Aku tidak mungkin bisa bertemu lagi denganmu kalau papamu tidak mau memberikan darahnya, Caca. Papamu menyelamatkanmu dua kali. Saat kau kecil juga kau terjatuh dan saat itu papamu juga memberikan darahnya.""Papaku? Memberikan darah-- sssh.""Hey, kenapa lagi?"Reza sebenarnya ingin bergerak masuk saat dia melihat Caca memegang kepalanya dan seperti merasakan sakit. Tapi keburu Amar berdiri
"Caca--""Aduuuh, Sssh."Amar baru mau menenangkan tapi kepala Caca sudah kesakitan lagi dan di sini kondisi di luar dugaan dan apa yang baru dikatakan Caca itu juga berpengaruh luar biasa kuat pada Reza. Dia tidak berani melangkah mendekat.Hatinya merasa perih dan sakit saat melihat bagaimana tatapan putrinya dan kehisterisan Caca yang membencinya.Dari wajahnya bisa terlihat kalau Caca seperti marah besar padanya. Dia takut. Ketakutan itu tidak bisa dibohongi. Bahkan membuatnya bertambah stress."Hei tenang.""Siapa kau? Dan di mana aku?"Lagi dan lagi seperti ini.Reza tak tahan"Suster!"Dia meminta perawat mendekat sambil menggeser sedikit bilik supaya wanita itu bisa melihat apa yang diinginkannya."Berikan putriku penenang.""Tidak Reza. Jangan. Dia sedang mengandung dan ini akan berbahaya untuknya. Aku bisa menghandlenya kok."Tapi tanpa menatap Reza, Amar sudah bicara lagi dan kini senyum sinis pun muncul di wajah Reza."Mau sampai kapan kau bisa menghandlenya? Kau tidak aka
"Apa yang terjadi?"Dan Amar yang mendengar pernyataan Reza dia jadi ikut penasaran.Sebetulnya dia tidak ingin ikut campur hanya saja mendengar nama Tony Walsh, ada sesuatu yang aneh apalagi dari cara Reza bicara yang sedikit mengejek. Bukankah dari tadi tidak ada Tony di depan?"Bukan urusanmu. Lakukan saja apa yang menjadi urusanmu!" sinis Reza.Memang Reza bukan orang yang suka dicampuri permasalahan hidupnya. Semua orang terdekat Reza pasti tahu tentang ini termasuk musuh-musuh Reza dan orang yang pernah menjadi saingan Reza seperti Amar. "Ya aku tahu. Tapi kenapa Alila bisa ada di sana? Apa kau ada masalah dengan Arthur?" suami Caca itu berusaha untuk bersabar dengan temperamen Reza."Yang pasti aku akan membunuhnya!"Dan Reza tidak ingin menjelaskan apapun lagi pada Amar. Matanya sudah mengarah pada David."Siapkan kendaraan tercepat supaya aku bisa sampai di tempatnya berada!""Reza, benar putrimu bersama dengan ayahnya Arthur tapi anaknya tidak pergi bersama dengan ayahnya.
"Jadi sekarang apa kau sudah keluar dari mimpimu kalau putraku mencintaimu?"Selepas menutup teleponnya, Tony menyeringai menatap Alila seakan-akan mengejek wanita yang sedang sakit hati dan kini masih antara percaya dan tidak percaya kalau yang dikatakan mertuanya itu benar.Semua tampak nyata kalau Arthur mencintainya. Alila sendiri bisa merasakan kalau pria itu begitu baik padanya. Setiap sentuhan dan caranya bicara juga tatapan matanya itu tidak menunjukkan kalau Arthur berbohong.Alila yakin sekali kalau dia memang benar-benar mencintai Alila. Tapi kenapa dia bisa berada di tempat itu kalau Arthur benar-benar mencintainya?"Jadi kalian hanya ingin menghancurkan papa?""Memang apalagi yang menurutmu yang ingin kami lakukan?"Ada lagi seringai tawa dari Tony yang seakan tidak peduli dengan air mata Alila dan dia malah menceritakan sebuah kebohongan baru."Kau tahu? Sebenarnya sandiwaramu ingin menjebak Caca di kampus itu sangat bagus sekali. Itu mempermudah kami untuk mendapatkanny
"Akh, kepalaku!"Pengaruh obat bius masih terasa di kepala Arthur tapi dia mencoba untuk bangun karena ingatannya yang sudah pulih.Perlahan tapi pasti. Dia membuka matanya dan menuju ke arah pintu."Di mana aku? Kamar ini- aish, ayah, kau kenapa membawaku ke sini?"Arthur mencoba mencerna dulu sampai ingatannya benar-benar kembali."Ayah, Kenapa pula kau menangkap Alila? Dan apa Alila ada di sini?"Dia mencoba mengumpulkan informasi dan mencari handphonenya juga yang memang tidak ada di kantongnya."Sial. Di mana handphoneku?"Arthur segera turun untuk mencari siapa saja yang bisa ditanya olehnya."Di mana ayahku?"Dan syukurlah ada anak buah ayahnya yang bisa ditanya olehnya.Di villa itu Arthur tidak sendirian dia bersama dengan beberapa penjaga dan sepertinya ada pelayan juga, cuma dia belum bertemu dengan mereka."Di gudang luar Tuan.""Hm. Baiklah. Dan kau. Apa kau orang baru? Kenapa aku tidak mengenalimu?"Ini juga membuat Arthur penasaran berapa banyak ayahnya merekrut orang b
David: Reza apa yang kau katakan? Kau sudah membuat kesalahan yang fatal!Suara David terdengar gelisah tapi Reza dengan tenangnya justru bersandar di sandaran tempat duduk helikopter yang kini sudah balik arah menuju rumah sakit.Urusannya dengan Arthur sudah selesai.Reza: Aku salah paham? Dari mana aku salah paham? Yang kulakukan sudah yang paling benar. Bagaimana Alila? Sudah kau bawa ke rumah sakit?Pria itu tetap tidak peduli dan hanya mempedulikan tentang urusannya sendiri terutama putrinya.David: Sudah. Kami sudah ada di helikopter dia masih pingsan. Dia masih ditangani khusus oleh perawat.Sekarang David bersama dengan Alila berada di helikopter rumah sakit. Itu seperti ambulans dan di dalamnya sudah ada perawat terlatih yang memberikan pertolongan pada Alila.Putri Reza itu memang baik-baik saja. David yakin sekali karena tidak ada luka serius dan dia hanya belum sadarkan diri saja.Justru yang dikawatirkannya bagaimana nanti setelah Alila bangun.David: Reza, kau menghancu