Share

5. Anya dan Apel Bodoh

"Haaah ...," erangku berat.

'Kenapa aku beli benda seperti ini sih?'

Aku, Anya Levitski, telah menyetujui lamaran Lord Alexey Korzakov di atas kereta kuda sebulan lalu. Hanya semudah itu, dengan cap keluarga Korzakov, seluruh asetku telah berpindah tangan. Pabrik dan gudang. Aku menolak menjual mansion karena itu satu-satunya yang menjadi milikku. Semua berkas telah dibereskan oleh Vadim.

Lord Korzakov telah membeli gudang dan pabrikku. Sekaligus membayarkan utang paman sebesar lima ribu keping Lyrac. Lalu, menurut kurator, pabrik dan gudangku hanya bisa dihargai dua ribu lima ratus keping Lyrac. Sedangkan Lord Korzakov memutuskan untuk membeli seharga tiga ribu keping Lyrac.

Itu uang yang bisa kupakai selama berbulan-bulan. Aku bisa membeli sepetak tanah, rumah kecil, mungkin beberapa sapi dan domba. Tapi tidak. Dengan konyolnya telah kuhabiskan dalam sehari.

Kini aku tengah memandangi benda itu. Kupegang di tangan.

Sepasang cufflink tersemat di tempatnya, di kotak kecil yang dilapis beludru merah. Cufflink adalah kancing yang disematkan di bagian pergelangan tangan kemeja laki-laki. Bisa dilepas pasang sehingga bisa dipakai sehari-hari.

Sudah menjadi tradisi keluarga bangsawan. Ketika menikah, kedua mempelai akan saling memberikan hadiah pada calon pasangannya. Semakin tinggi status calonnya, maka hadiah yang diberikan harus semakin bagus atau banyak. Itu untuk menjaga martabat dan menghormati status keluarganya.

Menikah tidak gratis.

Biasanya kalau anak perempuan, akan diurus orang tua atau walinya. Tapi ... aku sudah tidak punya siapa-siapa.

Kira-kira, hadiah pernikahan apa yang pantas diberikan untuk seorang Duke? Untuk seorang tangan kanan Tsar?

Dengan berbagai pertimbangan, aku memutuskan untuk memberikan calon suamiku sepasang cufflink sebagai hadiah pernikahan. Aku memesannya khusus, supaya kancingnya dicetak motif kepala harimau, sesuai lambang keluarga Korzakov. Dan dibuat dari orihalcum, logam langka yang mahal berwarna kuning keemasan.

Aku tidak tahu hadiah apa yang lebih pantas untuk keluarga setingkat Duke. Dan ... cuma benda ini yang bisa kubawa sebagai hadiah. Uangku habis. Ini adalah benda termahal yang pernah kubeli dalam hidupku. Bisa dibilang, aku tak punya apa-apa lagi. Uang hasil menjual pabrik dan gudangku sudah ludes.

Meskipun dia tidak pernah menulis atau mengatakan padaku, apa yang ia inginkan sebagai hadiah pernikahan, tapi aku ingat satu pasal dalam kontrak kami.

Yaitu selalu menjaga reputasi dan nama baik keluarga Korzakov.

'Apa pantas ya, membawa ini saja sebagai hadiah pernikahan?' batinku.

Mataku tertuju pada dua kerat apel yang telah kukumpulkan dari pohon apel dekat mansion. Itu adalah jenis 'Apel Ratu'. Rasanya manis dan buahnya besar-besar, airnya banyak juga. Harus menunggu musim semi tiba untuk memanennya.

Satu-satunya yang membuatku ceria dalam setahun adalah saat pohon 'Apel Ratu' di depan mansion kami berbuah. Kalau dijual dipasar bisa cukup mahal. Makanan orang kaya. Tadinya aku berpikir untuk menjadikannya hadiah pernikahan.

'Ahh ... kenapa aku harus miskin sih,' batinku mengerutuk.

Sekarang sudah terlambat untuk mundur. Aku telah menyetujui semua persyaratan dari Lord Korzakov. Dia juga telah memenuhi semua perjanjian kami. Meskipun semua perjanjian sudah tertulis secara rinci, tapi tidak ada bahasan soal harus seperti apa hadiah pernikahan yang kami berikan. Itu membuatku kepikiran berhari-hari.

"Lady Levitski, apa ini juga dibawa?" ia menunjuk pada apel-apel itu.

Suara Sir Sergei membangunkanku dari kebimbangan.

"Iya ... bawa saja," kataku lirih.

'Sudahlah ... aku tidak punya pilihan lain.'

Mataku menyapu pemandangan kediaman Levitski untuk yang terakhir kali. Aku sudah bersiap dengan gaun hijau zamrud dan mengemasi semua barang-barangku.

Aku menggeleng pelan sambil berkata lirih. "Aku pasti sudah gila, ayah."

"Lady Levitski, apa sudah semuanya?" tanya Sir Sergei lagi.

Dia adalah Sir Sergei, ksatria kiriman Lord Korzakov yang akan mengantarku ke Kota Balazmir, tempat istana keluarga Korzakov berada. Dua pelayan dan delapan ksatria lain menjemputku.

"Sudah, ser," kataku.

Dengan barang terakhir yang dimuat di kereta kuda, kami pergi dari desa. Aku tak bisa berhenti memandang mansion Levitski. Ia menyusut dari kejauhan. Aku telah tinggal di sana sendirian. Tanpa pelayan atau apapun. Cuma aku sendiri.

Akhirnya aku pun meninggalkan desa ini. Dulunya wilayah Barony Levitski, tapi semenjak ayah sakit-sakitan, kami harus menjual wilayah kekuasaan kami yang tidak seberapa ini. Barony Levitsky dibeli oleh seorang saudagar kaya dari ibukota. Lalu dia menjual secara sepetak-sepetak kepada siapapun warga desa yang bisa membeli dengan harga yang sudah dia tetapkan.

Yang kupunya saat itu hanya gelar bangsawanku. Aku nyaris berpikir untuk menjualnya. Untung saja kuurungkan niat itu. Karena bisa jadi aku akan kehilangan kesempatanku untuk menikah dengan bangsawan lain.

Apa alasanku menerima lamaran Lord Korzakov?

Putus asa karena utang? Tentu. Sejak pabrik sama sekali tidak beroperasi, aku sudah tidak tahu bagaimana harus membayar. Sekarang calon suamiku adalah pria yang buruk menurut rumor. Aku terus berusaha berpikir positif berhari-hari.

Tenang Anya, setelah ini ... kau tidak perlu lagi harus sembunyi dari rentenir. Kau bisa menikmati harta suamimu sesukamu. Kau tidak perlu bekerja dari subuh hingga petang lagi. Itu yang terus kuulang-ulang di dalam kepala.

Tapi ... hal sebenarnya yang membuatku setuju untuk menikah adalah ... kupikir dia berkata jujur.

Kupikir ... Lord Korzakov adalah 'segalanya' kecuali seorang pembohong.

Ya, dia kasar. Ya, dia tidak sabaran. Ya, dia membunuh orang, itu sudah pasti.

Tapi berbohong?

Sebetulnya ... kebenaran seperti apa yang ada pada Lord Korzakov?

Dua hari lamanya rombongan kami menyusuri jalanan di Dukedom Korzakov. Tak terasa sudah ada di Kota Balazmir. Tanganku meremas kuat kotak cufflink yang sulit kulepaskan selama perjalanan.

Jantungku berdebar begitu kencang saat kami memasuki pelataran istana keluarga Korzakov. Kereta kuda kami langsung berhenti di tangga pualam sebelum pintu utama bangunan istana. Saat aku turun dari kereta kuda, Igor dan beberapa pelayan di belakang telah berdiri menyambutku.

"Selamat datang, Lady Levitski," sambutnya sopan. "Kami sudah menyiapkan kamar untuk Anda. Barang-barang ini biar kami yang mengurusnya."

"Terimakasih, Igor," ucapku sambil tersenyum.

Kemudian para ksatria dan pelayan mulai memindahkan koper-koperku yang jumlahnya sedikit. Mereka juga mengangkut dua kerat 'Apel Ratu' dari kediamanku.

"Sergei!" seru seseorang. Ia melangkah begitu cepat dan jengkel keluar dari istana. "Kau terlambat! Seharusnya sudah sampai dari pagi 'kan?!"

Aku mengenali suaranya. Lord Korzakov.

"Maafkan kami, my lord. Tapi hujan turun lebat saat kami baru berangkat," Sergei membungkuk dalam.

Sebulan telah berlalu. Akhirnya aku melihat lagi wajah pria ini. Masih memasang raut jengkel dan buas setiap waktu. Aku ingat seperti baru kemarin. Aku tak tahu apa dia menyadari kehadiranku atau tidak.

"Dan kenapa kau beli apel sebanyak itu?!" tunjuknya sambil menuruni tangga pualam.

"I-ini ...," Sergei melirikku gugup. Aku bisa melihat ksatria dan pelayan lain yang ikut rombongan menatapku.

"Itu ... saya yang bawa, Your Grace," kataku. Langkah Lord Korzakov terhenti. Kali ini ... ia memandangku. "Itu ... hadiah pernikahan ... untuk Anda," ucapku lirih.

Lord Korzakov mematung. Semua ksatria dan pelayan juga sama. Aku berani bersumpah tidak mendengar apapun setelahnya. Mereka berhenti bicara dan berhenti dari kegiatan apapun yang mereka lakukan. Aku bisa merasakan semua mata menuju padaku. Rasanya tubuhku yang kecil ini semakin menyusut.

Aku tertunduk. Kepalaku menggantung penuh rasa malu. Jantungku mau copot rasanya. Wajahku sudah merah di bawah sini.

'Oh Anya! Seharusnya kau tinggalkan saja ini di rumah!'

Aku yakin ... para pelayan akan menjadikanku bahan olok-olok. Atau ... Lord Korzakov berpikir aku sedang menghinanya. Apel untuk hadiah pernikahan seorang bangsawan?! Aku pasti akan dihabisi setelah ini.

Hanya ada langkah kaki pria itu yang terdengar. Ia lanjut menuruni tangga, dan berdiri di dekat tumpukan buah apel merah. Darahku mendesir semua ke kepala. Kakiku lunak seperti spageti yang dimasak terlalu lama. Ingin menangis rasanya. Aku sudah tidak punya muka!

Mungkin dia akan mengamuk lebih dari kejengkelannya pada Sergei karena kami terlambat.

Aku tidak bernyali untuk menatap. Aku hanya bisa memandangi kaki pria itu. Ia memunggungiku. Agak lama, kemudian aku mendengar sebuah suara.

Kress.

Aku mendongak. Sudah ada sebuah apel dengan bekas gigitan di tangannya. Dia bergeming di sana beberapa detik. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku juga tak bisa menerka wajahnya saat ini.

Tapi aku melihatnya menghela nafas.

'Tamat riwayatmu, Anya.'

Dia pasti tersinggung. Dia pasti akan membuang apel-apel itu. Aku sudah membuatnya malu! Bahkan sebelum hari pernikahan kami.

"Sajikan semua ini di makan malam pernikahanku! Jangan ada yang tersisa!" serunya dengan galak.

Aku terkejut.

"Baik, my lord!" jawab para pelayan kompak.

Dia ... apa dia marah? Apa dia tersinggung? Tapi ... kalau itu membuatnya terhina, dia tidak mungkin meminta para pelayan untuk menyajikan apel-apel itu.

Sejalan kemudian, ia menaiki tangga dengan langkah kaki yang cepat. Para pelayan kembali mengangkuti barang-barangku.

Ketika sampai di puncak tangga pualam, Lord Korzakov berhenti lagi. Dia menoleh, kuyakin mata birunya yang tajam menatapku. Aku menelan ludah.

"Layani calon istriku dengan baik."

"Baik, my lord," jawab Igor.

Kemudian ia berbalik dan melanjutkan langkahnya.

Dengan semua itu, aku lupa kalau aku masih punya sepasang cufflink sebagai hadiah!

"Tu-!"

Dia sudah pergi.

"Hhh," desahku. Tadi itu benar-benar menegangkan. Seharusnya ... jika aku bisa memberinya cufflink ini di depan semua orang, setidaknya bisa sedikit menyelamatkan mukaku.

Aku menatap nyeri pada sekerat apel yang mulai diangkut oleh para pelayan.

'Anya Levitski dan apel bodohnya.'

Sial.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status