Satu lagi ciuman yang buas mendarat di bibirku. Aku mulai merasakan lidahnya yang kasar memenuhi mulut. Nafasku terengah, tubuhku memanas. Aku hanya bisa melihat Alexey terpejam, lalu mendengar deruan nafasnya yang memburu.
Pria ini mulai melepas sabuk baju tidurnya selama ia melumatku. Tubuhnya yang kekar terlihat di keremangan malam. Lalu tangannya yang kasar mulai berani menyentuh tubuhku yang terbalut gaun malam tipis.
"M-My lord! A-Alexey!" seruku seraya mendorongnya. Ciuman kami lepas. "Ja-jangan! Kumohon jangan .... Kakiku ... kakiku sedang sakit. Tolong jangan lakukan," pintaku memelas.
Ia menoleh pada kakiku yang terbalut perban. Kemudian seringai yang lain muncul lagi untukku.
"Bukankah itu bagus? Kau tidak akan bisa bergerak, apalagi melawan."
Oh! Tidak!
Aku takut sekali. Aku takut akan merasakan nyeri seperti kemarin. Aku merasa air mataku menetes hanya dengan membayangkan penyiksaan itu. Tapi Lord Korzakov sudah mengger
"Selamat pagi, Bibi Anya," ucap mereka bersamaan. Dua pasang mata hitam arang itu kompak memandangiku."K-Kenapa ... kalian ada di sini?" Aku merengkuh seluruh selimut untuk menutupi bagian atas tubuhku. Alexey benar-benar tak menyisakan pakaian apa-apa untukku.Si kembar Mikhail dan Maria sudah ada di dekat ranjang. Sepertinya mereka memperhatikan obat herbal yang ada di kakiku."Kami cuma khawatir dengan Bibi," ucap Mikhail. Sementara Maria memandangku datar. "Katanya kemarin Bibi jatuh dari mobil ya?""I-Iya ... begitulah ... haha," kataku sambil tertawa kering. "Bagaimana kalian masuk kemari?""Pintunya tidak dikunci. Tadi aku lihat Paman sudah berangkat su
"Apa Alexey belum pernah memberi tahumu?""Saya bertanya, tapi ... dia tidak pernah ingin membicarakan itu.""Ya. Itu memang bukan hal yang baik untuk dibicarakan. Apalagi kau adalah istrinya sekarang."Vera dengan mata biru safirnya yang pahit menatap ke jendela."Her Royal Highness Prinsessa Sofia Romanov. Dahulu ... saat Alexey masih remaja, keluargaku bertemu dengan keluarga Tsar Nikolai Romanov. Saat itu keponakannya, Sofia Romanov sedang berkunjung. Mereka berdua begitu muda dan akrab. Aku masih ingat saat Alexey membuatkannya mahkota bunga di taman istana."Wah ... apa ini adalah hal yang sebaiknya kudengar ... atau tidak? Mengapa tiba-tiba aku merasa bu
Aku ternganga memandangi keduanya. Lantai marmer kamar ini berkilauan dengan pecahan kristal yang tajam."M-Maria ... apa yang kalian lakukan?" tanyaku lemas. Seolah nafasku telah diambil malaikat maut.Tangan mungil Maria meraih sebuah kotak hadiah yang paling dekat dengannya. Ia membanting kotak itu ke lantai, lalu melompat ke atasnya. Seketika kotak itu penyok. Maria melompat-lompat di atasnya berkali-kali, menginjak-injak dengan gemas. Mikhail juga ikut-ikutan. Ia membanting satu kado yang lain, lalu melompat ke atasnya."Apa yang ... hentikan ...," lirihku parau.'Itu ... hadiah dari suamiku .... Hentikan ....""Hahahaha!"
Keesokan paginya seperti biasa, aku sudah tidak mendapati Alexey di sebelahku. Hari ini aku memaksakan diri untuk mulai berjalan. Saat aku menginjakan kaki ke lantai, aku benar-benar takjub. Rasa nyerinya sudah hilang sepenuhnya! Dokter itu benar-benar manjur.Aku ingat ucapan Vadim, kalau aku harus mendapatkan rasa hormat dan meraih simpati dari para pelayan. Meski aku nyonya rumah, kalau aku jadi mereka pun pasti tidak akan langsung menerima sepenuhnya majikan yang baru. Apalagi mereka tahu kalau Alexey-lah yang membayar gaji mereka.Setelah bersiap-siap, aku meminta Elena dan Yulia memakaikanku gaun yang biasa saja supaya aku bisa leluasa beraktifitas. Aku sudah memikirkan strategi hari ini matang-matang. Hari ini aku akan lebih banyak berinteraksi dengan para pelayan supaya mereka tahu betapa baik dan rendah hatinya diriku ini. Hahahaha! Saatnya cari muka!Yang aku tahu, tempat para pelayan, tidak lain dan tidak bukan adalah di dapur!"M-M'lady
Aku bisa melihat Vera yang sekarang begitu ingin tahu. Apa aku, sebagai istrinya tidak tahu kalau suamiku ini tidak suka makanan manis? Apa aku dan Alexey sebenarnya hanya pura-pura berkencan? Lalu kenapa aku masih nekat memberinyamedovik? Kue madu yang terkenal manis dan legit.Alexey melirikku waspada."Tentu," kataku santai. "Medovik-nya sengaja dibuat tidak terlalu manis, jadi makan porsi besar pun tidak masalah." Aku memandang Alexey yang masih datar. "Kalau masih terlalu manis, aku sudah menyiapkan minuman coklat tanpa gula untuk menetralkan rasanya."Aku balas lirikan Alexey itu dengan sebuah seringai kemenangan. Hehe. Untung saja aku memancing obrolan dengan orang-orang di dapur. Setidaknya aku tahu makanan penutup seperti apa yang biasany
Yulia terbelalak. Langkah kakinya begitu cepat menuju ke arah kami. Ia bahkan meninggalkan troli camilan di dekat pintu."My lady... saya mohon maaf," kata Yulia. Sebuah raut panik menjalar di seluruh wajah pelayan itu yang biasanya tenang. "Lord Mikhail, Lady Maria, sebaiknya ikut saya saja. Nyonya pasti ingin beristirahat," kata Yulia cepat-cepat."Tidak!" tolak Mikhail. "Kau kan ada di sana! Kau lihat juga kan?! Ayo bilang pada Bibi! Aku tidak bohong! Aku tidak bohong!" seru Mikhail lagi. Ia berontak meronta, melepaskan lengan kecilnya dari Yulia.Yulia terlihat menelan ludah. Mata hitamnya kelimpungan melirikku takut. Ia berkata pelan pada Mikhail. "M-My lord... saya mohon ...," Yulia melirik padaku dengan takut. "Lord Korzakov tidak akan suka
Hari ini bahkan dia seperti tidak menyadari keberadaanku. Dia tak melirik sedikit pun atau bertanya aku sudah tidur atau belum. Ia melangkah begitu saja ke dalam kamar.Entah berapa lama ia berdiri di dekat meja kerja. Kemudian ia memunggungiku, sepertinya menyusun perkamen-perkamen itu satu per satu, kemudian berdiri dekat meja lama sekali. Ia menggumam sendiri sambil bersedekap terus membaca.Kesabaranku mulai habis. Aku juga sudah mulai mengantuk.Perlahan kakiku turun dari ranjang. Hati-hati agar ia tidak terganggu. Kamar ini begitu sunyi. Alexey juga menancapkan perhatiannya pada dokumennya. Jantungku berdebar tidak karuan saat aku berada satu meter di belakangnya.Gaun yang tipis ini membuatku sedikit kedingin
"Besok kami harus pulang," kata Vera.Aku kaget. "Loh kok? Apa tidak mendadak Kak?" tanyaku setengah tidak rela."Yah. Tadinya kami juga ingin berlama-lama di sini, tapi Stepan harus kembali cepat. Banyak urusan di Grand Duchy."Aku mengangguk-angguk mengerti.Pagi itu, aku tak melihat Alexey seperti biasa. Padahal semalam kami menghabiskan waktu bersama. Hhh. Mungkin memang begitulah dia. Aku hanya jadi pelampian nafsu mesumnya saja. Tidak lebih. Mungkin itu peran sebagai istrinya. Lama-lama aku akan terbiasa. Namun, jujur saja aku agak ... tidak rela. Rasa-rasanya aku menginginkan sesuatu yang lebih dari Alexey. Ketimbang jadi pemuas nafsunya belaka. Sial.Sa