"Waalaikumsalam," jawab seluruh orang yang ada di ruangan itu."Mas Rudi," ucap Syifa yang terlihat begitu terkejut melihat kedatangan Rudi."Dasar laki-laki bajingan, mau apa kamu kesini!" bentak Ruli saat melihat Rudi ada di depan pintu rumahnya."Kedatangan saya kesini untuk meminta maaf kepada Syifa dan saya juga ingin meminta Syifa kembali menjadi istri saya," jawab Rudi sambil menunduk."Tidak! Selama saya masih hidup saya tidak akan mengizinkan Syifa menginjakkan kaki di rumahmu lagi, apa belum puas kamu dan seluruh keluargamu memperlakukan Syifa sebagai pembantu, bahkan kamu juga tidak mengakui Akbar darah dagingmu sendiri," bentak Ruli sambil berteriak."Saya mohon izinkan saya bicara dengan Syifa, pak," ucap Rudi sambil memohon."Tidak, lebih baik kamu pergi dari rumah ini, karena saya tidak sudi jika rumah saya diinjak oleh laki-laki tidak bertanggung jawab sepertimu," usir Ruli sambil mengacungkan jari telunjuknya."Sabar Pak, biarkan Mas Rudi masuk dulu agar dia bisa menj
Hari ini Rudi diminta Andre untuk menghadiri sebuah pertemuan penting dengan berbagai klien penting di sebuah hotel terkenal di kota Surabaya. Rudi yang memang anak dari seorang pengusaha terkenal memiliki penampilan yang rapi, dan memikat kaum wanita yang melihatnya. Namun, saat dia sedang menikmati perbincangan dengan beberapa klien di sebuah lobby dia melihat Anita masuk ke dalam hotel dengan seorang laki-laki. "Anita," batin Rudi sambil menatap sang istri dari jauh. "Maaf Pak, saya permisi sebentar," pamit Rudi kepada para kliennya. Perlahan Rudi mulai mengikuti langkah kaki Anita dan Dion dengan diam-diam. Pelukan dan kecupan dua manusia yang ada di hadapannya sangat membuatnya muak. Anita yang selama ini beralasan fotoshoot justru kedapan sedang bermesraan dengan seorang pria di sebuah hotel. "Lebih baik aku menunggunya di rumah, yang penting foto mereka sudah aku dapatkan," ucap Rudi sambil melihat hasil gambar diponselnya dan langsung menemui kliennya yang sudah menunggu di
“Yayah!" teriak Akbar sambil berlari ke arah Anjas. "Akbar, bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Anjas sambil menggendong Akbar. "Yayah ayo kita main sepeda diluar, " ajak Akbar sambil bersandar di dada Anjas. "Besok saja ya Nak, sekarang 'kan sudah sore dan Yayah juga sedang ada tamu," jawab Syifa sambil mencium pipi sang putra. "Ya Ibu, sebentar saja," renggek Akbar sambil menangis. "Sini Akbar main di kamar sama Nenek ya," ucap Sari sambil mengambil Akbar dari gendongan Anjas. Rudi dan keluarganya yang melihat kedekatan Akbar dan Anjas hanya bisa diam. Terlihat ekspresi kesal dan marah pada wajah Rudi. Namun, dia berusaha untuk tetap diam sesuai dengan perintah Andre saat berada di rumah. "Syifa, bagaimana kabarmu? Nak," tanya Andre saat Syifa sudah duduk di hadapannya. "Alhamdulillah baik Tuan, kalau boleh tahu apa maksud dan tujuan tuan dan keluarga datang ke rumah saya?" tanya Syifa kepada andre tanpa mempedulikan keberadaan Rudi dan Ningrum. "Sebelumnya saya minta
“Apa saja sih yang kalian lakukan disana? Aku hampir satu jam menunggu di mobil," gerutu Ningrum kepada Rudi dan Andre yang baru saja masuk ke dalam mobil. Andre dan Rudi tidak menjawab pertanyaan Ningrum yang sudah duduk di kursi belakang sambil memainkan ponselnya. Rudi yang duduk di kursi pengemudi langsung menyalakan mesin mobil. Suasana di mobil itu cukup tegang tanpa bicaraan dari masing-masing orang yang ada di mobil itu."Mama benar-benar menyesal datang ke rumah perempuan miskin itu, kalau ujung-ujungnya hanya mendapat penghinaan saja," ucap Ningrum sambil menatap keluar jendela. "Syifa tidak bermaksud menghina kita Ma, dia hanya berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk kita, lagi pula yang membuat Syifa seperti ini juga kita, yang selalu menindasnya dan menghinanya," jawab Andre sambil menoleh ke arah Ningrum yang ada di belakangnya. "Sampai kapanpun Mama tetap tidak suka dengan perempuan itu, sudah miskin sombong lagi," jawab Ningrum sambil memalingkan wajahnya da
Andre yang baru saja masuk ke kamar Sherin terkejut saat melihat tubuh sang putri sudah tidak sadarkan diri dengan mulut yang berbusa. Andre yang tidak ingin terjadi apa-apa dengan sang putri langsung mengangkat tubuh Sherin untuk segera dibawa ke rumah sakit. Hingga setelah Sherin mendapat pertolongan pertama dari rumah sakit, kenyataan pahit justru di dapatkan oleh Ningrum dan Andre. "Keluarga Nyonya Sherin!" teriak seorang Dokter yang baru saja keluar dari ruang UGD. "Kami Orang tuanya, Dok," jawab Andre sambil menghampiri sang dokter. "Alhamdulillah kami bisa mengeluarkan racun dari tubuh Sherin, dan beruntung nyawa bayi yang ada di dalam kandungannya juga bisa diselamatkan," jelas sang dokter hingga membuat mereka terkejut. "Bayi, maksud Dokter putri saya hamil?" tanya Andre yang tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "Benar Pak, dan usia kandungannya sudah memasuki usia 6 minggu," jelas sang dokter yang langsung membuat Ningrum terduduk di sebuah kursi. "Tidak mu
Siang itu Rudi yang baru saja pulang ke rumahnya langsung di sambut oleh Ningrum dan Andre. Ningrum yang sudah marah dengan sang putra langsung meluapkan kekesalannya. Hal itu membuat Rudi sangat kesal kepada sang ibu. "Rudi! Darimana saja kamu, hampir seminggu ini kamu tidak pulang ke rumah, bahkan ke kantor pun tidak," bentak Ningrum sambil berdiri dari tempat duduknya. "Apapun yang Rudi lakukan bukan urusan Mama," jawab Rudi sambil terus berjalan meninggalkan ruang tamu. "Rudi. Duduklah dulu, Papa ingin bicara sesuatu kepadamu," perintah Andre kepada sang putra. Mendengar perintah sang ayah Rudi pun langsung berbalik dan langsung duduk di sebuah sofa. perubahan sikap Rudi memang terlihat sejak hancurnya rumah tangganya, serta saat dia mengetahui tentang kebenaran hasil tes DNA yang selama ini disembunyikan oleh Ningrum. Setelah Rudi duduk di hadapan sang ayah, Ningrum langsung mengutarakan maksud perjodohan antara sang putra dan anak dari sahabatnya. “Tidak! Aku tidak akan
"Aku izinkan kalian menikah, tapi serahkan Akbar kepadaku," ucap Rudi hingga membuat Anjas dan Syifa terkejut. "Tidak! Sampai kapanpun aku tidak akan menyerahkan Akbar kepadamu," bentak Syifa sambil mengambil Akbar dari Anjas. "Kenapa? Aku Ayahnya jadi aku juga berhak merawatnya," ucap Rudi kepada Syifa. "Kamu memang Ayahnya, tapi apa selama ini kamu sudah menjalankan kewajibanmu sebagai seorang Ayah? Ingat, Mas. Selama ini akulah yang merawat dan menghidupi Akbar, bahkan sejak dalam kandungan pun kamu sama sekali tidak menjalankan kewajibanmu sebagai seorang Ayah," jawab Syifa dengan wajah kesal. "Dasar perempuan tidak tahu diri, lalu kamu pikir uang operasimu itu turun dari langit, bahkan sampai Akbar usia bertambah 3 tahun kamu belum juga membayar uang itu," jawab Ningrum hingga membuat Syifa terkejut. "Oh jadi Nyonya masih berharap saya membayar uang bersalin, cepat katakan berapa nominal yang harus saya bayar untuk biaya bersalin saya," ucap Syifa sambil terlihat ketus.
Kebahagiaan terlihat jelas di wajah kedua mempelai yang saat itu bersanding di kursi pelaminan. Rudi yang saat itu terlihat tegar dan tenang, tiba-tiba langsung meneteskan air mata sesaat setelah bersalaman dengan Syifa dan Anjas. Ada rasa penyesalan yang dalam di hatinya. "Mas Rudi," panggil Syifa saat Rudi sudah berjalan melewatinya. "Iya ada apa?" jawab Rudi sambil menoleh ke arah Syifa. "Apa kamu tidak mau menggendong Akbar?" tanya Syifa sambil tersenyum. Rudi yang sejak tadi terlihat murung, langsung terkejut mendengar pertanyaan Syifa. Dia hanya menjawab pertanyaan sang mantan istri dengan senyuman. Syifa yang saat itu berdiri di atas pelaminan langsung meminta salah satu kerabatnya untuk menjemput Akbar yang ada di dalam rumah. "Gendonglah dia Mas, bagaimanapun juga dia adalah putra kandungmu," ucap Syifa sambil memberikan Akbar kepada Rudi. Ada rasa ragu dalam hati Rudi saat Syifa memberikan sang putra kepadanya. Namun, karena ucapan dan penjelasan yang diberikan Anj