"Mas, aku sudah kenyang," ucap Irish setelah mendengar pertengkaran antara Chelsea dan juga Edo. "Ya sudah kalau begitu, kita duduk di sana yuk, biar ini diberesin sama Chelsea." ajak Edo melempar senyum, menunjuk ke arah ruang keluarga. Irish pun mengangguk setuju saat Edo mengajaknya duduk bersama, sementara Chelsea sendiri bak seperti orang di antara mereka. Chelsea hanya bisa menelan kepahitan atas harapannya yang tidak tersampaikan, ia pun akhirnya masuk ke kamar setelah meminta asisten rumah tangga untuk membereskan meja makan. Melihat Chelsea justru bereaksi dingin, tentu saja membuat Irish tidak puas, karena yang ia inginkan adalah bisa membuat Chelsea murka dan meminta pisah dari Edo. "Mas, kenapa istri kamu malah pergi ke kamar si, dan cuma seperti itu saja dia memprotes saat kamu bilang kalau aku mau menginap?" tanya Irish yang memperhatikan pintu kamar Chelsea. "Aku sendiri juga bingung, kenapa tidak terjadi pertengkaran hebat hingga berujung permintaan pisah dari dia
"Lepaskan Chelsea, sakit!" pinta Irish dengan tatapan menahan nyeri. "Kalau kau masih ingin tinggal di sini lebih lama, tolong jaga sopan santun mu sebagai tamu, karena tamu tidak akan melampaui batasan. Kau boleh merasa menang saat ini, tapi selagi mas Edo masih menjadi suamiku, kau masih ada di bawah ku." jelas Chelsea melepaskan cengkraman nya. Chelsea pun berlalu pergi, meninggalkan Irish yang saat itu terlihat sangat marah setelah mendapatkan teguran itu dari Chelsea. Ia menghentakkan salah satu kakinya saat melihat Chelsea melenggang pergi meninggalkan nya, pintu tertutup dengan cepat, dan meninggalkan suara yang cukup keras karena emosi yang di lampiaskan oleh Irish. Dengan kesal Irish menghempaskan tubuhnya di ujung ranjang, sambil mengelus lembut pergelangan tangannya yang masih terasa sakit, rasanya ia tidak puas jika saat itu, dia lah yang kalah. Sebab itulah Irish pun memutuskan untuk mencari cara lain agar Chelsea yang menggantikan posisi nya, berada di bawah. ***Tok!
Pintu kamar Edo sengaja tidak dikunci oleh Irish ketika Edo sudah terlelap semalam, Irish sudah terjaga sejak subuh menjelang, ia tidak dapat tidur lagi karena sejak semalam ia sibuk membayangkan bagaimana reaksi Chelsea ketika melihat suaminya itu sedang berada dalam dekapannya, bahkan ia masih dalam keadaan tidak memakai pakaian sehelai pun, hanya selimut yang ia kenakan bersama dengan Edo. Chelsea perlahan menaiki anak tangga, selama tinggal di rumah baru tanpa adanya kedua mertua dan adik-adik ipar, Edo sangat lah mandiri, Chelsea tidak pernah membangunkan dirinya dan tidak pernah masuk ke kamar Edo kecuali untuk membereskan kamar, itupun dalam keadaan Edo sudah pergi ke kantor. Cek-lek! Pintu kamar itu terbuka, Chelsea yang masih dalam keadaan setengah mengantuk itu membuka kedua matanya lebar-lebar untuk menuju ke ranjang, betapa terkejutnya Chelsea saat melihat Edo ternyata sedang berpelukan bersama dengan Irish yang sudah memejamkan kedua matanya seolah ia sedang tidur, ke
"Chelsea, nyalakan air nya, mataku pedih!" titah Edo dengan suara teriakannya. "Chelsea, nyalakan air itu, nanti mata mas Edo akan semakin perih kalau tidak segera di siram dengan air," Irish tak kalah panik ketika melihat kekasihnya itu menahan sakit. "Tidak, aku tidak akan menyalakan air ini, biar saja dia merasakan bagaimana sakitnya di Perlakukan seperti ini," marah Chelsea menolak untuk memberikan air pada Edo. "Chelsea, jangan membuatku semakin marah, atau aku akan bertindak lebih kasar lagi!"Edo meradang, ia juga tidak hanya merasa perih, melainkan sulit untuk mengambil nafas karena wajahnya di penuhi dengan air busa. Edo meraba, berharap bahwa ia akan mendapatkan Chelsea yang memegang kuasa shower di tangannya, Irish pun berusaha membantu Edo untuk menemukan Chelsea yang masih berdiri mematung. Saat itu Chelsea merasa benar-benar jijik melihat kedua pasangan yang ada di hadapannya itu saling membantu satu sama lain, dan akhirnya Chelsea pun menyalakan air itu kembali hing
"Mau apa kamu Mas, kenapa kamu ada di sini?" tanya Chelsea dengan tatapan tidak suka. "Aku datang ke sini karena aku ingin memberikan kamu peringatan Chelsea, jangan sampai kamu mengatakan apapun tentang kejadian pagi ini pada ayah, jika sampai kamu melakukan nya, aku tidak akan segan-segan menalak mu!" ancam Edo dengan tatapan sangar. Edo segera memalingkan wajahnya, sementara Chelsea sendiri fokus menyisir rambut nya agar terlihat rapi, dan setelah itu Edo meminta Chelsea untuk mengait pergelangan tangannya ketika keluar dari kamar, saat itu tuan Bram sudah duduk bersama dua baby Sus yang menjaga Tasya dan juga Andika, meskipun cukup lama menunggu Chelsea dan Edo namun saat menatap keduanya tuan Bram merasa sangat damai, lantaran melihat meraka bergandengan mesra seolah tidak terjadi apa-apa saat itu. Chelsea menyapa tuan Bram dengan mencium punggung nya dengan hormat, dan di susul oleh Edo yang melakukan hal yang sama. Ia tersenyum begitu ceria untuk menutupi rasa takutnya. "Ay
"Bawa saja kembali ke dapur Bi, saya tidak nafsu makan," ucap Chelsea yang memalingkan tatapannya. "Non, jangan seperti itu, kalau alasan Non malas makan hanya karena seorang pelakor itu, Non akan merasa sangat rugi, karena bagi saya yang seharusnya Non lakukan adalah makan yang banyak, kumpulkan tenaga, untuk melawan pelakor itu lagi, lakukan sesuatu agar dia jera dan memilih pergi dari rumah ini Non, mumpung tuan Edo tidak ada di rumah," bi Inah seolah menjadi kompor untuk membuat Chelsea kembali melakukan sesuatu pada Irish. "Tapi saya tidak seburuk itu Bi, saya tidak mau menyiksa orang," sarkas Chelsea menatap bi Inah. "Dia itu bukan orang Non, bukan manusia! Tapi hewan yang tidak memiliki akal dan hati, mana mungkin manusia bisa memiliki hati seperti dia, tidak tahu malu lagi!" tegas bi Inah merasa ilfil. Chelsea terdiam, apa yang dikatakan oleh bi Inah ada benarnya. Manusia yang memiliki hati dan rasa malu mungkin tidak lah seperti itu, dan saat terdiam dalam keheningan Chel
"Edo, karena semua sudah Ayah bicarakan padamu, kita tutup meeting kita hari ini ya, Ayah juga kebetulan ada janji temu sama dokter Ayah," pamit tuan Bram yang membereskan berkas-berkas. "Baik Ayah, Ayah hati-hati ya," ucap Edo tersenyum lega lantaran akhirnya tuan Bram memutuskan untuk pergi. "Iya, selamat bekerja ya." jawab tuan Bram membalas senyuman Edo. Tuan Bram lebih dekat dengan Edo akhir-akhir ini, lantaran yang ia tahu bahwa Edo sudah menyayangi Chelsea sejak tinggal di rumah baru, dan tuan Bram pun yakin bahwa Edo sudah berubah jauh lebih baik lagi daripada sebelum nya. Setelah memastikan bahwa sang ayah telah pergi meninggalkan kantor, dengan cepat Edo menghampiri ruangan nya, karena ia yakin bahwa Irish ada di sana. Saat Edo menutup ruangan nya dan mengunci dari dalam, Edo terkejut lantaran sesosok tangan seorang wanita yang tiba-tiba memeluknya dari belakang, dan hal itu ia sadar bahwa yang melakukan nya adalah Irish. "Irish, kenapa kau ada di kantorku tanpa memberi
Tepat jam sembilan pagi, Chelsea keluar dari rumah untuk bertemu dengan Reno, teman lama yang bertemu di sosial media, Chelsea sudah banyak mengobrol pada Reno melalui pesan Messenger, dan baru kali ini ia memberanikan diri bertemu langsung pada Reno yang telah ia anggap sebagai sahabat nya. Hari ini Edo pergi bersama dengan Irish ke tempat yang tidak diketahui oleh Chelsea, tetapi Chelsea mencuri dengar bahwa Edo akan membawa Irish ke luar kota karena ada sesuatu yang ingin ia beli, dan Edo pun tanpa penawaran menuruti permintaan kekasih gelapnya itu. Tibanya di sebuah taman kota, Chelsea dan Reno pun duduk berhadapan dengan senyuman kecil menyeringai, Reno sedikit nya sudah mengetahui tentang prahara rumah tangga Chelsea, ia pun menjadi pendengar disaat Chelsea membutuhkannya. "Jadi suami kamu itu pergi ke luar kota hanya untuk membeli sesuatu untuk kekasih gelapnya?" tanya Reno menatap Chelsea sungguh-sungguh. "Iya, mereka pergi, karena yang kudengar semalam Irish minta dibelik