"Bang jangan gangguin, Risa lagi kasih Azkah susu," kata Clarissa yang merasa geli ketika suaminya mencium tengkuk lehernya.
"Kalau Azkah sudah selesai minum susu dan tidur, satu kali lagi ya Dek,"pintar Fathir.
Clarissa memutar kepalanya dan memandang wajah suaminya.
Fathir tersenyum dan memajukan bibirnya ke depan. Pria itu mencium bibir istrinya. "Ya sayang," ucap Fathir yang sedikit mengecup bibir istrinya.
"Sejak tadi rambut Risa nggak ada kering-keringnya," kata Clarissa yang sedang dalam kondisi berbaring menyusui bayi.
“Iya sama Dek,” ucap Fathir.
“Sama apanya.”
“Rambut Abang juga gak ada kering-keringnya.” Jawab pria yang memegang punggung istrinya dari belakang.
“Abang rambutnya pendek. Gitu siap mandi 5 menit dah kering,” ucap Clarissa.
Fathir hanya tersenyum saat mendengar ucapan istrinya. "Dek, kemarin 40 hari cuti dek. Sekarang tu rasanya beda, enak. Gak
Clarissa memandang suaminya. Ada rasa khawatir ketika dirinya akan bertemu dengan Farah mantan istri suaminya."Bang." Clarissa memegang tangan suaminya.“Iya,” jawab Fathir.“Risa masih belum siap untuk ketemu sama Mbak Farah,” keluh Carissa.Fathir tersenyum dan mengusap pipi istrinya, “dia datang ke sini niatnya untuk memperkenalkan calon suaminya, dan juga untuk melihat Devan dan Sheren, jadi niatnya baik. Bila orang datang dengan niat yang baik, maka kita harus menerimanya." Fathir meyakinkan istrinya. Pria itu mengusap pipi istrinya dan mengecup kening istrinya.“Nanti Abang jangan tinggalin Risa ya,” pinta Clarissa. Hingga saat ini Clarissa masih tidak berani terhadap istri mantan suaminya. Apa yang telah dilakukan oleh mantan istri suaminya itu masih teringat jelas dalam ingatannya.“Iya dek Abang nggak akan ninggalin,” Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya.&ld
Angin berhembus menyejukkan kulitnya. Rambut panjang sebahu menari-nari mengikuti arah kemana angin membawanya. Clarissa tersenyum dan memeluk tangan yang melingkar di pinggangnya."Apa nggak dingin,” Fathir bertanya Ketika melihat istrinya yang sudah lama berdiri di balkon teras kamarnya.Clarissa tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “dingin sih, tapi anginnya enak, sejuk Risa suka. Risa nggak pernah bayangin kalau Risa bakalan datang ke sini," Clarissa berbicara dengan memutar sedikit kepalanya ke belakang dan memandang wajah suaminya yang berdiri di belakangnya. Dari atas lantai 25 ini Clarissa bisa yang menatap keindahan kota Tokyo di malam hari.Fathir tersenyum dan mencium bibir istrinya."Abang kalau mau cium kasih aba-aba kenapa.""Kalau kasih aba-aba itu nggak seru.” Fathir mengulum senyumnya. Pria tiga anak Itu menatap wajah istrinya yang begitu sangat cantik. "Sebenarnya sudah lama pengen ajak adek berlibu
Clarissa bangun sebelum adzan. Bagun sepagi ini sudah selalu di lakukannya. Clarissa sudah sangat terbiasa melakukannya semenjak di panti asuhan.Clarissa hidup di panti asuhan sejak berusaha 6 tahun. Setelah ayahnya menikah dengan istri barunya dan bercerai dengan ibunya. Ibunya menitipkan Clarissa di panti asuhan karena harus mencari pekerjaan di kota. Tidak ada tempat untuk menitipkan putrinya pada saat itu. Sehingga ibunya memutuskan untuk menitipkan Clarissa di panti asuhan yang ada di kampungnya.Clarissa mengusap air matanya saat mengingat peristiwa itu. Peristiwa yang sudah terjadi belasan tahun silam. Namun Clarissa tidak pernah bisa melupakan itu semua."Ibu, aku mohon bawalah aku kemanapun ibu pergi," Clarissa menangis memeluk ibunya. "Aku berjanji tidak akan menangis bila lapar, tidur dimana saja tidak apa, aku tidak akan mengeluh bila hujan kebasahan, disaat panas kepanasan," Clarissa
"Aku bersihkan toilet cewek cup," ucap Sinta yang mengangkat jari telunjuknya."Gak adil, Sinta semalam sudah bersihkan toilet yang cewek. Sekarang gantian," ucap Clarissa yang tidak mau mengalah."Kalau gitu kita Sid," ucap Sinta memberi ide."Ayo, siapa takut," jawab Clarissa menantang. Di antara mereka tidak ada yang mau membersihkan toilet pria. Toilet pria lebih Kotor daripada toilet wanita karena alasan itu yang membuat kedua gadis itu tidak ada yang ingin membersihkan toilet pria."Ayo mulai," ucap Sinta yang sudah bersiap dengan menyimpan jarinya di belakang tekuk lehernya."Ayo," jawab Clarissa. Kedua gadis itu terlihat seperti anak kecil yang sangat lucu saat melakukan sid tersebut."Ye aku menang kamu bersihkan toilet laki-laki," ucap Sinta yang begitu sangat senang dan mengangkat kedua tangannya ke atas.Dengan muk
Jam 11 siang Clarissa baru bisa beristirahat. Clarissa duduk selonjor di lantai dan menyandarkan punggungnya di dinding saat berada pantry. Posisi duduk seperti ini membuat rasa lelahnya sedikit berkurang. Clarissa merasakan perutnya yang sudah sangat lapar. Tenggorokannya juga begitu amat sangat haus. Tubuhnya terasa amat lelah setelah membersihkan ruangan rapat. Baju seragam cleaning service yang dipakainya sudah basah oleh keringatnya.Setelah beristirahat sejenak Clarissa berencana makan terlebih dahulu sebelum kembali bekerja, agar la kembali memiliki tenaga dan bisa melanjutkan perjalanannya yang sangat menguras tenaga.Clarissa memandang Sinta yang masuk kedalam pantry dan berjalan ke rak piring. Sinta mengambil gelas dan mengisi gelas itu dengan air yang ada di dalam dispenser. Sinta meneguk air di dalam gelas itu hingga habis tanpa sisa."Sudah selesai?" tanya Clarisa."Belum," j
"Buatkan saya kopi," ucap pria itu memerintah"Baik Pak," ucap Clarissa yang meninggalkan ruangannya.Clarissa turun ke pantri dengan mengangkat baskom yang berisi piring kotor. Dengan cepat Clarissa membuatkan kopi untuk direktur dan kemudian naik lagi ke atas."Permisi pak," ucap Clarissa yang membawa secangkir kopi untuk bosnya. Ini untuk kali pertamanya Clarissa bertemu dengan pemilik perusahaan tempat dirinya bekerja. Clarissa memperhatikan pria tampan tersebut. "Ternyata pak Direktur masih terlihat muda dan juga sangat tampan," ucap Clarissa di dalam hati. Clarissa juga tahu bahwa pria itu berstatus suami orang."Masuk," ucap pria itu memandang Clarissa.Clarissa masuk ke dalam ruangan dan meletakkan cangkir berisi kopi di atas meja. Entah mengapa Clarissa merasakan dadanya berdebar-debar saat melihat direktur utama tersebut. Clarissa tidak p
Clarissa berjalan dengan tertatih. Kakinya terasa begitu sangat lemas, dengan tubuh yang terasa sakit dan remuk. Clarissa berusaha tetap berjalan membawa tubuh lelahnya. Berada di posisi seperti ini membuatnya hanya bisa menangis meratapi takdir hidup."Haruskah aku marah dengan takdir yang terasa begitu sangat kejam untuk ku. Apakah aku tidak berhak memiliki kebahagiaan seperti orang kebanyakan. Hidup sendiri tanpa mengetahui dimana keberadaan kedua orang tua aku saja terasa sudah begitu sangat berat. Aku datang ke sini dengan harapan bisa mencari keberadaan ibu yang katanya akan pergi ke Jakarta. Namun bukanya bertemu dengan ibu, aku harus mengalami nasib tragis seperti ini. ?" Clarissa tidak ada henti-hentinya menangis dan bertanya kepada diri sendiri. Clarissa merasakan dirinya yang sudah tidak mampu lagi berjalan. Tubuhnya terasa amat lemas hingga Clarissa memutuskan untuk duduk di pinggir jalan. Duduk di tepi jalan seperti ini sambi
Dengan mempercepat langkah kakinya Clarissa berjalanm ke kamar mandi. Berada di dalam ruangan ini membuat dadanya terasa begitu sangat sesak dan sakit. Clarissa masuk ke dalam kamar mandi dan duduk di closet. Saat ini ia menangis sejadi-jadinya. "Mengapa hidup ku harus seperti ini. ibu, Risa rindu Ibu. Apakah ibu benar-benar lupa sama Risa Bu," ucap Clarissa sambil mengusap air mata yang mengalir dengan derasnya.Clarissa berusaha meredam suara tangisnya. Ia tidak tahu harus mengadu dengan siapa. Cukup lama Clarissa nenagis di dalam kamar mandi. Clarissa membasuh wajahnya dengan air keran di wastafel.Clarissa keluar dari dalam kamar mandi setelah menenangkan dirinya sendiri . Clarissa sangat bersyukur saat melihat Sinta sudah selesai membersihkan ruangan direktur."Lama banget sih,” ucap Sinta yang mengomel saat melihat Clarissa yang keluar dari dalam kamar mandi."Perut ku meles banget," ucap Caris