"Saya permisi dulu pak," ucap Sinta yang beranjak dari tempat duduknya.
“Tunggu,” ucap David.
“Ada apa pak,” tanya Sinta yang menundukkan wajahnya.
“Duduk,” ucap David yang kembali menyuruh Sinta untuk duduk kembali.
“Kamu tunggu sebentar,” ucap David yang kemudian keluar dari dalam ruangannya.
Walaupun tidak mengerti apa alasan pria itu memintanya untuk duduk kembali, namun Sinta menurutinya.
Sinta memandang David yang masuk ke dalam ruangannya, dan kembali duduk di kursi yang ada di depannya.
Ingin sekali David bertanya kepada Sinta, apakah gadis itu sudah makan atau belum,
Clarissa berdandan dengan sangat cantik. Sore ini Clarissa akan berjumpa dengan teman yang sangat dirindukannya. “Risa berharap Sinta sangat senang ketika melihat Risa,” ucapnya yang merapikan rambutnya.“Kenapa mau jumpa sama Sinta aja deg-degan seperti ini,” ucap Clarissa.“Gimana nanti tanggapan Sinta, pasti dia akan banyak tanya,” ucap Clarissa yang mengetahui bagaimana sifat sahabatnya tersebut.“Harus jawab apa nanti,” ucap Clarissa merasa sangat tidak tahu harus bagaimana, ketika bertemu dengan sahabatnya. Clarissa tidak ada henti-hentinya bertanya sendiri di depan cermin, sambil memandang dirinya di depan cermin tersebut.Clarissa kemudian tersenyum ketika mengingat Sinta. “Risa beneran rindu,” ucap Clar
David menghentikan mobilnya di depan rumah Sinta.“Saya mau siap-siap sebentar Pak,” ucap Sinta.“Iya,” jawab David yang sedikit menganggukkan kepalanya.“Bapak ingin tunggu di mobil atau di rumah saya,” ucap Sinta menawarkan.“Kamu kirain saya sopir yang nungguin kamu di mobil,” ucap David yang membuka sabuk pengamannya.Sinta tersenyum nyengir ketika mendengar jawaban pria tersebut. "Tinggal bilang aja mau tunggu di rumah,” ucapnya di dalam hati.Sinta turun dari mobil yang diikuti oleh David di belakangnya. Sinta memanggil Tantenya, dengan cepat pintu rumah itu terbuka.“Ba
Riski begitu sangat senang ketika naik ke dalam mobil mewah milik David. Ingin rasanya anak itu membuka jendela mobilnya, agar wajahnya terlihat oleh teman-temannya yang tinggal satu perumahan dengannya. Riski tidak berbicara apa-apa, Riski hanya duduk di belakang dengan memandang keluar jendela.David sedikit memutar kepalanya dan memandang Riski yang duduk di kursi belakang. “Namanya siapa,” tanya David yang duduk di kursi kemudinya.“Nama aku Riski Om,” jawab Riski.David tersenyum ketika anak itu memanggilnya Om. “Apa saya sudah terlalu tua ya,” ucapnya yang membuat Sinta yang duduk di sampingnya tertawa kecil, seakan menjawab iya.David memandang ke arah Sinta dengan tatapan matanya.S
Sinta memandang ke arah pria yang datang ke ruang tamu bersama dengan wanita. Sinta berusaha meyakinkan pandangannya bahwa wanita yang berjalan bersama dengan pria itu adalah orang yang begitu sangat dikenalnya. Meskipun penampilannya begitu sangat jauh berbeda. Wanita itu terlihat begitu cantik daripada yang dulu dikenalnya, dengan rambut yang pendek. Wajah wanita itu terlihat semakin cantik, imut-imut dan juga segar.Sinta hanya diam dengan tatapan tertuju kepada sosok wanita yang begitu sangat dirindukannya. Seribu pertanyaan yang saat ini melekat di dalam pikirannya.Untuk meyakinkan bahwa wanita itu adalah sahabatnya.Ingin rasanya Sinta berlari mengejar wanita itu, namun Sinta tahu saat ini dia berada di rumah pemilik perusahaan tempat dia bekerja. Wanita yang saat ini dipandangnya belum tentu oran
“Setelah tiga bulan tidak berjumpa dengan kamu, aku hampir tidak bisa mengenali Kamu lagi,” ucap Sinta yang memandang Clarissa.“Mengapa bisa seperti itu, apa Sinta tidak ingat lagi dengan Risa,” ucap Clarissa yang tersenyum. Clarissa berbicara dengan dengan mata yang terus memandang anaknya yang sedang bermain bersama dengan Riski.“Kamu sekarang sangat jauh berbeda. Ini kenapa rambut kamu sudah pendek seperti ini,” ucap Sinta yang memandang rambut Clarissa.“Aku ingin terlihat berbeda,” ucap Clarissa yang memberikan alasan.Sinta menganggukkan kepalanya. Sinta menganggap apa yang dikatakan sahabatnya itu memang benar. Banyak orang yang merubah model rambutnya, agar bisa terlihat penampilan yang berbeda.
Riski memandang menu yang terdapat di atas meja makan. Riski menelan salivanya ketika melihat menu yang begitu sangat menggugah seleranya. Selama tinggal di rumah tantenya, Riski tidak pernah mencicipi rasa menu yang saat ini ada di depan matanya. Riski selalu diberi telur goreng dan juga sayur oleh tantenya. Itu juga apabila kakaknya baru saja gajian, namun bila kakaknya belum gajian Riski akan makan nasi dengan tahu dan juga tempe. Agar makannya terasa lebih enak maka tantenya akan memberinya sayur bening.Riski tidak sabar ingin mencicipi rasa ayam goreng yang berukuran besar tersebut. Riski merasakan perutnya yang sudah minta untuk diisi.Sinta seakan tidak percaya bahwa malam ini dia akan makan enak bersama dengan adiknya. Sinta memandang wajah adiknya yang sejak tadi memperhatikan menu yang ada di atas meja.“Kenapa nggak diambil nasinya, ayo diambil jangan malu-malu,” ucap Hariati yang tersenyum memandang Riski.“Iya Tante,”
“Apa sudah lepas rasa rindunya,” ucap Fathir yang tersenyum memandang istrinya.Dengan cepat Clarissa menganggukkan kepalanya. “Terima kasih ya bang,” ucap Clarissa yang tersenyum dan kemudian mencium bibir suaminya.“Iya,” jawab Fathir yang menyelipkan jarinya di dagu lancip milik istrinya.Fathir memandang wajah istrinya yang begitu sangat cantik.Clarissa salah tingkah ketika melihat sikap suaminya yang hanya menatap wajahnya tanpa melakukan apa-apa.Dilihat seperti ini membuat Clarissa semakin salah tingkah, Clarissa lebih memilih bila suaminya aktif dengan menciumnya atau melakukan berbagai macam kegiatan yang lain, seperti yang sering mereka lakukan. “Abang kenapa cuman lihatin Risa,” ucapnya.“Mau nya apa,” tanya Fathir yang tersenyum dengan mengangkat sebelah bibirnya.“Senyum Abang jangan seperti itu,” ucap Clarissa yang merasa sangat geli ketika melihat
David turun dari dalam mobilnya, pria itu berjalan di samping Sinta.Sinta memandang pintu rumahnya yang langsung dibuka sebelum ia mengetuknya.“Alhamdulillah udah pulang, dari tadi tante sudah menunggu, lama sekali,” ucap Tuti yang tersenyum.“Iya Tante di jalan ramai,” ucap Sinta menjelaskan.“Di jam segini masih banyak kendaraan Tante, makanya nggak bisa cepat sampai sini,” ucap David yang tersenyum.“Nggak apa-apa yang pentingkan pulangnya aman,” ucap Tuti dengan nada bicara yang sangat halus.“Tunggu sebentar ya Tante makanannya masih di mobil,” ucap David yang mengingat makanan yang tadi disiapkan oleh keluarga bosnya.“Kenapa David repot-repot,” ucap Tuti yang tersenyum.“Ini memang disiapkan dari keluarganya pak Fathir,” ucap David yang kemudian melangkahkan kakinya menuju ke mobilnya, untuk mengambil makanan yang tadi sudah dibungkuska