Fathir tersenyum dan memeluk tubuh istrinya. Clarissa tersenyum saat suaminya mencium bibirnya. "Kenapa kita nggak pulang ke rumah tanya Clarissa.
“Malam ini akan menjadi momen yang sangat penting dalam hidup kita, dan abang mau kita menikmati momen ini berdua, tanpa ada yang gangguin. Kamar yang kita pakai sekarang memang disediakan pihak hotel jadi gratis, ini bonus,” ucap Fathir yang mencium bibir istrinya. Selama Fathir menikah dengan Clarissa belum pernah sekalipun Fathir membawa istrinya untuk menginap di hotel ataupun sekedar jalan-jalan menikmati momen berdua dengan istrinya, dan ini adalah hari pertama untuk mereka merasakan momen berdua seperti ini. Kamar yang saat ini ditempati mereka di dekorasi dengan nuansa romantis, hingga membuat suasana semakin terasa nyaman.
“Yang benar, kamar ini nggak bayar,” tanya Clarissa yang membesarkan matanya.
Fathir menganggukkan kepalanya.
Clarissa memandang ke sekeliling kamar. Berada d
Fathir berbaring di atas tempat tidur. Di saat seperti ini Clarissa sudah sangat hafal apa yang ingin dilakukan oleh suaminya. Clarissa mulai menggigit bibir bawahnya ketika suaminya mencium leher putih miliknya. Clarissa sedikit mendorong kepala suaminya ketika mendengar suara bel di pintu kamarnya. “Ada yang datang Bang,” ucap Clarissa.Fathir sangat kesal ketika kesenangannya terganggu."Abang Buka pintu,” ucap Clarissa."Siapa yang berani mengganggu seperti ini. Abang akan pindahkan itu orang," ucap Fathir kesal. Pria itu begitu sangat malas beranjak dari atas tempat tidurnya. Fathir hanya mengambil remote untuk membuka pintu kamarnya.Clarissa tersenyum lebar ketika melihat sosok mungil yang mendorong pintu kamarnya. “Papi, Mama, Aku ingin tidur disini,” ucap Devan yang datang dengan membawa robot ultraman di tangannya.“Abang sudah besar jangan tidur sama Papi lagi,” ucap Fathir yang tidak setuj
“Abang nanti Risa ke kantor ya,” ucap Clarissa ketika memasangkan dasi suaminya.“Iya,” jawab Fathir yang menganggukkan kepalanya.“Nanti mau Risa bawain makan siang,” tanya Clarissa.“Ya mau lah,” ucap Fathir.“Nanti Risa ke kantor bawa anak-anak ya,” ucap Clarissa.“Iya boleh,” jawab Fathir yang mencium bibir istrinya. “Makan siang gak usah dibawa. Nanti kita makan di restoran aja,” ucap Fathir.“Kenapa gitu?" tanya Clarissa.“Bisa kotor ruang Abang kalau makan siang di ruangan sama anak-anak. Kita makan di restoran aja nanti siang. Di restoran Juga disediakan tempat bermain anak. Jadi mereka pasti suka," ucap Fathir yang menarik hidung istrinya.“Lihat bang, anak-anak masih tidur,” ucap Clarissa yang memandang kedua anaknya yang masih tertidur di atas tempat tidur.Fathir tersenyum memandang kedua anaknya. &ldqu
Clarissa begitu sangat senang ketika bisa menginjakkan kakinya ke perusahaan milik suaminya. Clarissa merasakan degup jantungnya yang begitu sangat kuat. Ada rasa deg-degan ketika pertama kali ke Clarissa menginjakkan kakinya ke perusahaan besar milik suaminya.“Setelah Risa berhenti kerja di sini, ini untuk pertama kalinya Risa datang ke sini ma," ucap Clarissa yang tersenyum memandang Haryati.“Mulai dari sekarang Risa bisa bebas datang ke sini kapan pun Risa mau. Tapi Risa wajib ingat, ini perusahaan Fathir bosnya, jadi sebelum datang ke sini kabari dia dulu, siapa tahu dia sedang banyak kerjaan, kemudian dia juga sibuk, atau mungkin dia sedang berjumpa dengan tamu penting. Jadi Risa harus memahami itu,” ucap Haryati.Clarissa dengan sangat cepat menganggukkan kepalanya. Ada rasa bangga tersendiri ketika Clarissa bisa menunjukkan kepada semua orang bahwa dialah pemilik pria berwajah tampan yang menjadi pemilik perusahaan besar tersebut. Clar
Fathir memandang istrinya yang saat ini sedang duduk bersandar di tempat tidur. Fathir bisa mengetahui bahwa saat ini istrinya sedang memikirkan sesuatu, melihat raut wajah istrinya yang tidak seperti biasa.“Sayang, Abang sudah pulang,” ucap Fathir yang duduk di tepi tempat tidur.Clarissa mengangkat kepalanya dan memandang wajah suaminya. “Risa nggak tahu kalau Abang sudah pulang, Risa lupa turun,” ucap Clarissa yang tersenyum. Clarissa begitu sangat sibuk dengan pikirannya sendiri, sehingga melupakan jam suaminya pulang dari kantor.“Ya enggak apa-apa, tapi kenapa melamun sampai-sampai abang masuk ke dalam kamar gak tau," ucap FathirClarissa diam saat mendengar apa yang diucapkan oleh suaminya.Fathir menarik tangan istrinya agar semakin mendekat dengannya. Fathir mencium kening istrinya dengan sangat lembut. “Lagi mikirin apa,” ucapnya.Clarissa diam ketika mendengar pertanyaan suaminya.
“Saya akan menjawab semampu saya. Saya akan berusaha untuk memberikan jawaban sesuai dengan yang Pak Fathir inginkan,” ucap Rudi yang sedikit ragu mengucapkan kalimat tersebut. Entah mengapa Rudi merasa firasatnya sangat tidak baik saat ini.“Saya ingin bertanya tentang ibu Rini?" ucap Fathir. “Apa saya boleh tahu bagaimana ceritanya bapak bertemu dengan ibu Rini. Kapan peristiwa itu terjadi. Kemudian bagaimana ketika bapak menikah dengan ibu Rini itu berapa tahun yang lalu,” ucap Fathir.Wajah Rudi berubah ketika mendengar apa yang dikatakan oleh fathir. Bayangan peristiwa itu kembali segar diingatannya.Back to back.“Pak Didin tidak usah cepat-cepat,” ucap Rudi yang duduk di kursi belakang.“Iya pak, hanya saja saat ini kondisi sudah malam. Ditambah lagi dengan hujan lebat seperti ini, nanti bila kita lambat ada orang yang berniat jahat yang memanfaatkan hal tersebut,” ucap P
Back to Back. “Ini Pak minumannya,” ucap Didin yang sudah berganti pakaian. Didin meletakkan dua kopi di kursi yang kosong di samping Rudi. Rudi menganggukkan kepalanya dan menyeruput kopi panas tersebut.“Bagaimana pak,” tanya Didin.“Panas,” jawab Rudi.“Iya Pak saya tahu, maksud saya bukan kopinya Pak, tapi wanita yang tadi,” ucap Didin sedikit mengulum senyumnya.“Sudah dipindahkan ke ruangan operasi, Saya juga sudah menandatangani semua surat pernyataan dan persetujuan untuk operasi, jadi kita menunggu hasilnya,” ucap Rudi.“Saya tidak mengerti Pak, mengapa ada wanita sendirian di tengah malam,” ucap Didin.Rudi mengusap wajahnya. “Yang ada ada hanya kartu identitas penduduk miliknya saja, dan itu juga sudah basah, dan saya hanya bisa membaca namanya, jadi kita tidak tahu mencari keluarganya di mana,” ucap Rudi menjelaskan.
Fathir memegang kertas amplop berwarna putih dengan logo Rumah Sakit. Fathir memandang Rudi yang saat ini berdiri di sampingnya. Kedua pria itu sama-sama datang ke rumah sakit untuk mengambil hasil tes DNA istri-istri mereka.“Jujur saja Pak Rudi, saya sangat gugup untuk membuka ini,” ucap Fathir yang memandang Rudi.Rudi menganggukkan kepalanya, “saya juga saya sangat gugup, jantung saya saat ini sedang berdebar-debar,” ucapnya.“Kita buka Pak Rudi,” ucap Fathir.“Iya Pak Fathir silakan,” ucap Rudi.Fathir menganggukkan kepalanya. Fathir membuka amplop itu dengan sangat perlahan-lahan, bila benar Ibu Rini adalah mertuanya, Fathir tidak bisa membayangkan seperti apa bahagianya istrinya ketika mengetahui hal itu.Fathir mengeluarkan lembaran di dalam amplop berwarna putih tersebut. Fathir melihat hasil dari tes DNA yang sudah dilakukannya, matanya terbuka lebar dan kemudian menatap Rudi.
Clarissa begitu sangat tidak sabar menunggu apa yang akan disampaikan oleh suaminya. Walaupun terkesan itu mustahil baginya, namun Clarissa tetap ingin mengetahui tentang wanita yang bernama Rini tersebut."Abang membuat janji berjumpa dengan suaminya ibu Rini,” ucap Fathir."Apa tidak apa-apa bang bertanya dengan suaminya,” tanya Clarissa yang begitu sangat takut bila keinginannya menjadi masalah untuk suaminya.Fathir menggelengkan kepalanya.“Bagaimana,” tanya Clarissa.“Abang berharap setelah mengetahui semuanya adek merasa lebih tenang,” ucap Fathir yang memegang tangan istrinya menuju ke tempat tidur. "Duduk dulu,” ucap Fathir yang menepuk tempat tidur disampingnya.“Iya Risa akan berusaha untuk menerima semuanya,” ucap Clarissa yang duduk di samping suaminya.“Dari hasil tes DNA yang sudah Abang lakukan bersama dengan Pak Rudi, Ibu Rini adalah ibu kandung adek,&r