Aland Washington merupakan pria tampan berusia tiga puluh empat tahun. Kehidupanya mapan, dan mempunyai kerajaan bisnis yang besar. Aland sudah menjadi CEO di perusahaannya sendiri sejak usianya tiga puluh tahun. Kemunculannya yang tiba-tiba dan misterius menjadi perspektif baru bagi kalangan pebisnis lainnya.
Aland adalah orang baru dalam dunia bisnis. Seorang jenius dan juga kompeten, yang mampu menaikan popularitas perusahaanya untuk duduk di peringkat lima perusahaan besar di Asia hanya dengan waktu empat tahun saja. Kepintaran dan ketenarannya tentu saja membuat orang terkagum-kagum dengan sosok Aland.Namun hingga saat ini masih belum ada orang yang mengetahui asal-usul dari pria tampan itu. Latar belakang, silsilah keluarga, bahkan marga yang kini menjadi nama belakangnya masih menjadi misteri. Bahkan rekan bisnisnya sampai berusaha mati-matian untuk mencari identitas asli Aland, namun berakhir dengan sia-sia. Seolah semuanya ditutup rapat-rapat dari dunia.“Hanya butuh istirahat selama beberapa hari saja,” ujar seseorang yang baru saja duduk di atas sofa tepat di samping pria yang tengah sibuk dengan satu batang rokok di sela jemarinya.“Aku tidak menanyakan bagaimana keadaanya,” balas Aland singkat. Menghisap rokoknya kemudian membuang asap menjauh.Pria itu tak lain merupakan teman dekat Aland. Jonathan. Selain memiliki paras yang tampan, Jo juga merupakan seorang dokter terkenal di Ibukota. Mempunyai rumah sakit atas namanya sendiri. Berbanding terbalik dengan Aland, Jo merupakan putra dari ilmuan terkenal. Hidup, latar belakang, semuanya sudah tertulis dan akan menjadi sejarah. Jonathan Lois.Aland dan Jo sudah menjalin hubungan baik semenjak Aland sering meminta bantuannya untuk menangani seseorang. Mungkin Jonathan akan menjadi satu-satunya dokter yang bersedia menangani kasus-kasus tertentu dari Aland. Tentunya bayaran yang Ia terima tidaklah sedikit. Dan dari pekerjaannya itu Jonathan dapat mengenal sisi dan siapa Aland Washington sebenarnya.“Bagaimana dengan obatmu? Apa kau sudah meminumnya?” tanya Jo, dengan pandangan yang terfokus pada beberapa lembar dokument yang tengah digenggamnya.“Apa akibatnya jika aku berhenti meminum obat itu?” ujar Aland balik bertanya.“Akibatnya adalah, semua wanita di muka bumi ini akan bernasib sama seperti wanita yang baru saja aku periksa kondisinya,” balas Jo menjelaskan.Trauma berat di masa lalu membuat Aland harus terus meminum obat-obatan atas resep dokter untuk menekan perasaanya. Sudah lebih dari dua puluh tahun Aland harus hidup dan bergantung pada obat-obatan tersebut, karena jika tidak Ia tidak akan bisa mengontrol diri dan emosinya sendiri.“Kau harus menjalani beberapa rangkai perawatan jika ingin sembuh,” saran Jo. Sebenarnya ini adalah kalimat yang sangat sering Jo ucapkan kepada pasein sekaligus temanya itu. Namun Aland selalu menolaknya.Bagi Aland, rasa sakitnya saat ini adalah pertanda jika Ia pernah memiliki kehidupan di masa lalu. Masa lalu yang sangat kelam dan gelap, yang selalu menjadi bayang-bayang menyeramkan selama tiga puluh tahun kehidupanya.“Biarkan tetap membekas,” ucap Aland seraya beranjak pergi dari sana. Meninggalkan Jo seorang diri.“Clara Alunna?” gumam Jo ketika Ia melihat biodata Clara pada lembaran dokument tersebut.Selain menangani masalah kesehatan orang yang diminta Aland untuk Ia tangani, Jo juga bekerja sebagai dokter pribadi pria itu. Kesehatannya Jo yang mengurus sehingga Jo adalah satu-satunya orang yang tidak sengaja mengetahui perihal masa lalu Aland. Menurut Jonathan tidak ada yang aneh dengan itu. Jo juga heran kenapa Aland begitu ketat menutupinya.Hanya satu hal yang membuat Jo tidak habis pikir. Kapan Aland akan berhenti membeli dan memelihara seorang wanita untuk mainannya. Padahal Jonathan selalu menawarkannya pengobatan yang lain selain obat-obatan yang dikomsumsi Aland untuk menekan penyakitnya.Di dalam kamar, seorang wanita cantik terbaring lemah dengan jarum infus yang menancap kokoh pada punggung telapak tangannya. Sudah tiga jam semenjak dirinya tidak sadarkan diri dan berbaring di sana. Di depan ranjangnya sudah ada seorang pria yang menatapnya dengan sangat intens. Aland, pria itu tengah duduk di atas kursi tunggal dengan satu batang rokok yang tersulut di selah jemarinya.Tiba-tiba Clara batuk, asap rokok tidak beradaptasi dengan baik pada indera penciumanya. Gadis cantik itu membuka mata secepat kilat dan langsung bangun untuk duduk. Clara merasakan sakit di seluruh bagian tubuhnya, terutama kepalanya yang terasa sangat pusing dan berat. Di sisi lain, seluruh tubuhnya masih belum terbalut apapun. Dengan cepat kedua tangannya menarik selimut untuk menutupinya.“Bagus,” seru Aland berat, dan refleks membuat seluruh tubuh Clara meremang hebat.Perlahan Clara menaikan pandangannya, kini wajah Aland sudah bisa terlihat jelas. Wajahnya sangat asing, sama sekali tidak Clara kenali. Ia menarik tangannya yang terdapat serang infus, meraihnya perlahan menggunakan jemari lentiknya. Namun di bawah sana, tepat di pergelangan kakinya Clara merasakan sesuatu yang berat ketika Ia menggerakan kakinya. Dan perlahan Clara menarik sedikit selimutnya ke atas. Seketika matanya membulat dan Ia terhenyak. Ternyata ada sebuah rantai yang menggelangi kakinya.Ketika Clara sibuk menatap heran ke arah kakinya yang dirantai, Aland sudah beranjak dari tempatnya dan mendekat ke arahnya. Seketika Clara terjengit kaget saat satu-satunya kain yang menutupi tubuhnya ditarik begitu saja. Sontak Ia mengangkat wajahnya dan menatap ke arah Aland. Lalu, wanita cantik itu langsung mendekap kedua tangannya di depan dada.“Aku sudah melihatnya,” ujar Aland dengan nada santai. Ia menghisap satu isapan terakhir rokok di selah jemarinya sebelum pria itu membuangnya ke sudut ruangan.Kemudian Aland naik ke atas ranjang, merangkak dan mendekat ke arah Clara sehingga membuat gadis di atas ranjang itu meringkuk takut. Aland berhenti tepat di hadapan Clara, wajahnya berada sangat dekat dengan wajah cantik yang tengah tertunduk itu.Satu lengan Aland terulur dan mencengkram rahang Clara lalu mengangkat wajah cantik wanita itu ke atas. Lalu secepat kilat Ia mencium bibir Clara dan menghembuskan asap rokoknya di dalam mulut wanita cantik itu. Membuat Clara terbatuk-batuk karena tersedak asap rokok.“Kau menarik, Clara. Wanita yang berada di dalam ruangan ini sebelumnya akan menurut dengan apa yang akan aku perintahkan. Namun kau?” decak Aland halus.Clara menundukan wajahnya kembali, dan masih dengan kedua tangan yang membekap dada. Ia mendengarkan perkataan Aland. Jadi, sebelumnya ada wanita yang menempati ruangan ini? TernyataClara bukan yang pertama.“Apa kali ini kau akan menurut, Clara?” serunya dengan nada yang sangat memekakan telinga, membuat seluruh tubuh Clara meremang hebat. “Look.”Lagi-lagi Aland mencengkram rahang Clara, menggiring wajah cantiknya agar menatap ke arahnya.“Buka mulutmu, honey!” perintahnya, namun Clara hanya bergeming sembari menatap intens ke arah pria psikopat itu.“Tidak apa, ini hanya sebuah permen,”Selanjutnya Aland memaksa Clara untuk memakan sesuatu yang jelas itu bukanlah sebuah permen, namun sebuah obat dan entah obat apa itu.**Haiii Happy Reading ....21+ Happy Reading ....Napasnya terengah, seluruh tubuhnya terasa begitu panas meskipun tubuhnya kini masih dalam keadaan semula, dan suhu AC di ruangan itu masih tetap stabil seperti sebelumnya. Di depan ranjang Aland tengah memperhatikannya dengan segelas redwine digenggamanya, memperhatikan sikap Clara yang perlahan terpengaruh oleh obat yang tadi Ia berikan. Tontonan yang sangat menarik.“Air,” seru Clara parau, membuat Aland tersenyum simpul.Kemudian Aland beranjak dari tempat duduknya, berjalan mendekat menuju meja di mana di atasnya terdapat satu botol wine. Pria itu menuangkan kembali redwine ke dalam gelas sampai gelas panjang itu terisi penuh. Lalu Ia mendekat ke arah Clara yang sudah terlihat sangat tidak karuan.“Kau ingin air?” tanya Aland.Clara menatapnya, raut wajahnya sangat berbeda dengan tadi ketika wanita cantik itu tidak dalam pengaruh obat. Kini Clara benar-benar terlihat seperti anjing mainan milik Aland.Aland masih berdiri di depan ranjang, dan Clara mencoba
“Berikan aku apapun itu, berikan kepadaku!” racau Clara.Aland sudah tidak tahan lagi, dengan cepat kedua lengannya meraih tubuh Clara lalu membalikan posisinya agar benar-benar terbaring di atas ranjang. Wajah cantik dengan rona merah dan terlihat sayu, dada yang naik turun karena napas yang terengah itu kini berada tepat di bawah kuasanya.Kemudian pria tampan bertubuh tegap itu mencium bibir Clara secara sarkas, membuat decapan demi decapan itu terasa perih dan menyakitkan. Namun Clara hanya terdiam dan menikmati setiap sentuhannya, walaupun dengan bibir yang bergetar dan kaku perlahan Ia membalas sentuhan Aland.Namun tiba-tiba Aland menarik tubuhnya menjauh, melepaskan ciuman mereka agar mendapat jarak pandang dengan Clara. Keningnya berkerut halus, raut wajahnya heran menatap ke arah wanita cantik di bawah kuasanya. Apakah seperti ini caranya berciuman?Pandangannya bertemu langsung dengan netra berwarna coklat terang milik wanita cantik itu. Dan Aland bergeming sejenak, menatap
Aland mengetuk-ngetukan sebuah kartu nama bertuliskan Hanna Royce yang tengah digenggamnya ke atas meja. Pria tampan itu tengah duduk di atas kursi putarnya dengan sedikit menggoyangkan kursi tersebut ke kanan dan ke kiri. Ia tersenyum simpul, mengingat tingkah Hanna yang sangat mirip seperti seseorang dari masa lalunya.Sebelah telapak tangannya memegang satu botol berisikan butiran pil di dalamnya. Aland menatap botol obat itu dengan begitu intens. Pikiranya membayangkan antara seorang wanita yang mirip seperti Hanna, dan sangkut pautnya dengan obat-obatan itu.Aland akan merasa tidak tenang jika membiarkan wanita seperti Hanna lolos dari hadapanya. Ia akan membawanya, menariknya ke dalam lubang neraka yang begitu dalam dan menyakitkan. Sebab, karena wanita seperti Hanna dirinya harus mengalami semua mimpi buruk ini. Pria tampan itu memutar pergelangan tangannya, melihat arloji yang seharian penuh terpasang kokoh di sana. Waktu sudah menunjukan pukul dua siang, yang artinya ini wak
“Nona, Tuan muda sudah menunggu Anda di bawah.”Beberapa kalimat yang dilontarkan oleh penjaga pria itu seketika membuat seluruh tubuh Clara meremang. Wanita cantik yang kini masih intens menatap bayangan dirinya di depan cermin itu hanya bergeming. Ia menatap wajahnya yang cantik dengan polesan make up yang menutupi semua luka lebamnya. Clara meratapi dirinya sendiri, seolah ini adalah kali terakhirnya Ia bisa menatap dirinya di depan cermin. Tidak tahu besok, atau mungkin malam ini Ia akan mati.Sejenak Clara merenungi nasibnya. Jika dalam keadaan yang terdesak seperti ini, haruskah Ia menyesali keputusannya? Seharusnya, Clara tidak pernah mengatakan jika dirinya sudah tidak perawan lagi, dan berakhir dengan kondisi yang sangat mengerikan seperti sekarang ini. Mungkin jika Clara tidak menolak, hari ini dirinya pasti tengah berada di sebuah ranjang hangat, namun dengan seorang pria tua Bangka.Apa yang lebih mengerikan? Menikah dengan si tua bangka dan menjadi istrinya yang ke sekian
“Katakan apa yang kau inginkan, Clara?” tanya Aland kepada wanita cantik di atas pangkuannya.Aland memeluk tubuh ramping wanita cantik itu dengan sesekali telapak tangannya meraba punggung rata Clara. Wajah tampannya tersimpan pada ceruk leher wanita cantik itu. Dia mencium, dan mengendusnya beberapa kali.Sementara Clara hanya terdiam sembari merasakan tubuhnya yang meremang akibat sentuhan-sentuhan seductive yang Aland buat. Clara memejamkan matanya perlahan disaat lidah pria itu menyentuh daun telinganya sekaligus menghembuskan napasnya di sana.” I love your scent, Clara,” ujar Aland, semabri terus menciumi leher jenjang Clara.Jemari lentiknya mencengkram kuat gaun yang tengah dikenakannya. Sebisa mungkin Clara harus menahan ini semua. Rasa yang sangat memalukan ini. Tiba-tiba, telapak tangan Aland menyentuh paha mulus Clara, menyentuhnya dengan sangat halus. Sementara Clara masih terdiam dengan degup jantung yang sangat tidak beraturan.Tidak lama kemudian, beberapa orang pelay
Aland menghisap rokoknya kemudian menghembuskan asap menjauh. Pandangannya masih setia tertuju pada wanita cantik di hadapanya. Clara masih terdiam, dan tidak kunjung menuruti perintahnya. Apa yang tengah dipikirkan oleh wanita itu?“Apa kau menginginkan satu pengawalku masuk ke dalam sini dan membukakan baju itu, Clara?” seru Aland yang sontak membuat Clara menoleh ke arahnya dengan terkejut. Pengawal?“Aku tidak pernah bermain-main dengan ucapanku!” imbuhnya, yang tentunya itu adalah sebuah ancaman besar bagi Clara.“No, no. I will open it myself,” ujar Clara dengan nada suara yang bergetar.Aland menatapnya tajam, tersenyum simpul ke arah wanita cantik itu. “Lakukanlah.”Clara menelan ludahnya dengan susah payah. Ia merasa bahwa dirinya sudah melebihi dari seekor anjing peliharaan pria itu. Clara menundukan wajahnya yang telah memerah, membuka perlahan baju yang tengah dikenakannya dengan tangan yang bergetar hebat. Jika terus dipermainkan dan dipermalukan seperti ini, Clara benar-
Wanita cantik itu duduk sembari memeluk lututnya di sudut kamar mandi. Wajahnya tertunduk dengan rambut panjang yang tergerai hingga menutupi seluruh bagian wajahnya. Seluruh tubuhnya bergetar hebat dengan perasaan yang sangat tidak karuan. Pikirannya selalu terbayang permainan gila bersama Aland beberapa menit yang lalu.Itu menjijikan! No! No! No! Batin Clara menjerit histeris.Wanita cantik itu mengutuk dirinya sendiri. Menolak keras dengan apa yang baru saja terjadi. Namun tidak lama kemudian, Ia menatih tubuhnya kembali. Melangkah mendekat ke arah wastafel lalu menyalakan airnya. Clara membasuh wajahnya dengan air dan sesekali menampari dirinya sendiri dengan kasar.Clara menatap bayangannya di depan cermin. Wajahnya benar-benar sangat tidak karuan. Rambutnya yang lusuh dan acak-acakan, make up yang terbasuh dengan air, dan matanya yang bulat dan sembab karena menangis. Wanita cantik itu terlihat begitu frustasi. Ia menjerit tanpa mengeluarkan sedikitpun suara. Semua rasa sakitny
Clara tidak bisa lagi menahan semua penyiksaan yang Aland lakukan terhadapnya. Oleh karena itu, Ia berusaha memecahkan cermin di kamar mandi agar bisa mengakhiri hidupnya. Namun siapa yang mengira jika Aland menyadari itu. Ternyata Aland mengawasinya begitu ketat. Bahkan pria itu memasang sebuah kamera CCTV di dalam kamar mandi.Beberapa pengawal pria memaksa Clara untuk menghentikan tindakan bodohnya. Sekuat tenaga Clara mencoba untuk memberontak, namun usahanya sia-sia. Mereka berhasil menyeret Clara kembali ke dalam kamar, kemudian membawanya ke atas ranjang lalu mengikat tangan serta kakinya. ***Clara duduk dan termenung di atas peraduannya dengan pandangan yang menatap kosong ke depan. Sudah dua jam lebih dirinya berada di dalam posisi itu, namun tidak membuatnya lelah sama sekali. Tanpa sepengetahuan para penjaga, ternyata Clara berhasil membawa sebuah pecahan kaca digenggamanya. Dan kini, Ia tengah berusaha membuka tali yang mengikat tangannya.Clara melakukan itu dengan per