Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabat
Happy Reading
***
“Oke, ini hari pertama jadi tidak boleh ricuh Aluna.”
Gadis yang berdiri di depan cermin itu berulang kali memutar tubuhnya, berkaca apakah pakaiannya sudah rapi atau tidak. Sebenarnya sedikit bingung dengan Aluna, dia ini bukan mau menjadi mahasiswa baru program sarjana yang benar-benar harus memperhatikan penampilan layaknya maba-maba kebanyakan. Ayolah, dia ini mau mengejar jenjang master.
“Tapi harus tetap cantik, supaya terlihat seperti mahasiswa baru.”
Fine, terserah kamu saja Aluna.
Tok. Tok. Tok.
“Masuk!”
Cklek.
“Ayo turun sarapan, jangan buat kakak telat ke kantor.” Adnan muncul dengan setelan jas rapi dan wangi semerbak. Sungguh jika Adnan belum menikah mungkin ada tokoh pemeran wanita selain Alisia yang siap memperebutkan pria itu.
“Penampilan aku sudah oke belum?” tanya Aluna den
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabat Happy Reading *** Ah, ternyata orang yang dihampiri oleh Aluna adalah Salina, perempuan tadi pagi. Bukannya mau sok kenal, tapi Aluna tidak punya pilihan lain selain menghampiri Salina. Hanya dia yang duduk sendiri, selebihnya sudah memiliki kelompok. Ah iya juga, sekedar informasi untuk kalian, universitas tempat Aluna melanjutkan kuliah sekarang sistem orientasinya tidak seperti kampus yang lain. Jika sudah jam makan siang maka mahasiswa baru diperbolehkan melakukan kegiatan apa yang mereka inginkan. “Aku sudah tahu nama kamu, maksudnya itu aku yang belum memperkenalkan diri.” “Kenalin, Aluna Grazella Xavier, kamu bisa panggil aku Aluna.” Perempuan di depan Aluna ini hanya memberikan senyum sebagai balasan yang jujur sangat membuat Aluna merasa krik-krik. Ini resikonya tidak punya teman di tempat baru. “Kamu semester berapa dijurusan designer?” Aluna tidak mau mati kutu, dia akan mencob
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy reading***Hening.Tidak ada lagi suara, kedua manusia di dalam ini sibuk dengan kegiatan masing. Memang benar-benar sunyi, bahkan Aluna yang tidak pernah diam jika ada Daffin kini terbukti lebih memilih bungkam dengan tangan sibuk memainkan tablet. Sementara Daffin? Pria ini juga sibuk dengan urusan dua pekerjaannya. Tapi siapa sangka, Daffin yang awalnya merasa nyaman karena mulut Aluna tertutup rapat tidak mengeluarkan suara kini sedikit terganggu.Terganggu? Iya, pria ini merasa aneh karena tidak direcoki oleh pertanyaan tidak bermutu gadis disepannya. Gerakan mata sebagai bukti bahwa Daffin tidak lagi fokus pada pekerjaannya. Menatap dengan aneh Aluna yang memasang wajah datar dengan tatapan fokus pada layar putih tablet.“Jika kamu tidak ada kerjaan atau jam kuliah, sebaiknya kamu pulang.”“Kamu juga mau pulang?” tidak ada satu menit Aluna langsung menjawab.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy Reading***Dua puluh menit mobil melaju dalam diam, tidak ada satu percakapan pun di antara mereka berdua setelah Daffin memilih mengalah dan mengantarkan Aluna kemana gadis itu mau. Bukannya tidak ada percakapan, hanya saja saat ini Aluna sudah bergelut dengan tablet miliknya. Daffin juga bukan hanya menyetir saja, pria ini tengah menerima telpon dari sekretarisnya dan membahas masalah pekerjaan. Ya mau tidak mau mereka harus mengerjakan urusan masing-masing.Tut.Panggilan terputus saat Daffin memberikan tugas pada sang sekretaris untuk mengatur jadwal meeting dengan staff kedutaan.“Kenapa kalian tidak melakukan kerja sama saja?”Shap.Kepala Daffin langsung menoleh saat mendengar suara Aluna tiba-tiba. Mengerutkan alis karena dia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh gadis di sampingnya.“Maksud aku, kenapa antara Canada dan Australia tidak melakukan ke
Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabatHappy reading***“WHAT?”Ini kalau butik bukan milik Alisia mungkin saja beberapa pelanggan sudah merutukinya karena teriakan keras menggema. Aluna saja yang di depannya sampai menutup telinga.“Maksud kamu Daffin tetangga kita?” tanya Alisia dengan mimik wajah penuh rasa penasaran. Kepala Aluna mengangguk membenarkan pertanyaan Alisia.“Daffin duta besar Australia itu?” Lagi kepala Aluna mengangguk.“Daffin yang membuat kamu menjadi aneh itu?”“Astaga iya kakak ku sayang, harus bertanya berapa kali baru percaya?”Aluna merolingkan mata malas, ini kakak iparnya kenapa drama banget sih. Siapa lagi coba pria bernama Daffin yang dia kenal kalau bukan Euan Daffin Adelard, tetangga mereka.“Kok aku gak tau sih dia menjadi dosen di kampus kamu?” Wajah tidak percaya Alisia masih terpasang, bahkan saking kagetn
Happy reading***Tap. Tap. Tap.“Aluna pelan-pelan kalau turun.”Pagi-pagi kediaman Adnan sudah dibuat ribut, ya siapa lagi kalau bukan Aluna dan Alisia. Si dua A yang selalu membuat gendang telinga Adnan berdengung.“Selamat pagi kakak-kakak yang paling aku sayang.”Bugh.Baru saja Adnan mau menyahut tapi sudah dihantam dari belakang oleh pelukan sang adik. Oke, agaknya Aluna sedang memiliki mood yang bagus dan Adnan sedang tidak berpikir untuk merusak suasana hati adiknya.“Kamu mau kemana pagi-pagi sudah rapi?” tanya Alisia yang melihat Aluna masih memeluk manja suaminya.“Mengumpulkan tugas,” jawab Aluna disertai senyum lebar.“Hari libur begini?” kali ini Adnan yang bertanya. Dia memperhatikan pakaian adiknya, celana jeans putih sepaha, kaus putih yang dilapisi mantel rajut bewarna peach, dan sneakers putih.“Benar sekali.”
Ting!Pintu lift terbuka dan menampilkan situasi lantai paling atas, sepi. Tapi itu tidak membuat Aluna merasa horror, dia justru tersenyum senang karena matanya langsung bisa membaca di mana letak ruangan Daffin. Tanpa berlama-lama dia langsung berlari mengampiri pintu didekat kaca besar pada ujung ruangan. Mengabaikan meja sekretaris yang juga kosong, Aluna dengan pelan mendorong pintu yang untungnya tidak terkunci.“Hai!” sapa Aluna. Tidak sia-sia usaha Aluna untuk datang ke kantor Daffin dengan alasan mengumpulkan tugas. Orang yang ingin dihampiri sekarang tengah duduk dengan beberapa kertas ditangan.Haha… iyasih mengumpulkan tugas, tapi berkedok modus bertemu si dosen. Itu tujuan utama Aluna.“Dibalas kek kalau disapa.”Berjalan mendekati meja kerja Daffin, menatap pria yang sekarang juga menatap dirinya tapi dengan tatapan tajam. Ya Aluna juga pantas ditatap seperti itu karena dia seenaknya masuk keruangan oran
Happy reading***Sudah lebih dari lima menit Aluna berdiam diri dalam kamar mandi, gadis ini tidak melakukan apa-apa kecuali memandangi cermin. Memperhatikan penampilannya yang dikomen oleh sang kakak sebagai style gadis muda pergi berlibur. Aluna merasa penampilannya saat ini tidak ada yang salah, masih normal-normal saja untuk gadis di Canada.“Terus apa yang salah?” bisik Aluna bertanya pada cermin.Ada apasih Aluna? Kamu ke toilet begitu lama karena ingin berkaca? Oh God, sudah cantik jadi apa yang perlu dilihat.“Hais… mata perempuan itu memang mau dicolok.” Sudah jelas jawabannya jika Aluna ke kamar mandi karena ditatap aneh oleh sekretaris Daffin.“Sudahlah, yang penting aku merasa cantik.”Tidak mau berpikiran aneh-aneh lagi, Aluna merapikan lagi pakaiannya yang tidak berantakan sama sekali. Mengembangkan senyum lantas memutar tubuh, berjalan keluar dari kamar mandi. Hanya untuk berk
Happy Reading***“Bodoh!” satu kalimat keluar dari bibir Daffin saat kedua matanya terbuka dan mendapati dirinya dan Aluna tidak memakai pakaian apa pun.Kepalanya dengan keras mengingat kejadian apa yang telah mereka lalui beberapa jam lalu. Ingin rasanya Daffin memukul semua benda di dekatnya saat mengingat apa yang sudah mereka lakukan. Tangannya terangkat keatas menyugar rambut kebelakang saat matanya melihat tubuh Aluna menggeliat pelan.“Shit! Apa yang sudah aku perbuat?!” Daffin mau mampus mengingat bagaimana gilanya dia mencumbu Aluna dan sekarang dia terbangun dengan kondisi masih di atas ranjang yang sama tanpa sehelai kain pun.“Hah…” membuang napas kasar, Daffin dengan semua pikirannya ingin segera melenyapkan diri. Meniduri seorang gadis? Ah tidak, yang masih lelap tidur disampingnya sudah bukan gadis lagi melainkan wanita. Mampus sudah nyawa Daffin ditangan Mamanya jika ditahu bercinta denga