Share

Aku Mundur, Mas! (Bukan Istri Idaman)
Aku Mundur, Mas! (Bukan Istri Idaman)
Penulis: kinan_arunika

Bab 1

"Ma, ini uang jatah untuk bulan ini aku taruh di meja ya? Papa mau makan sayur asem, balado tongkol dan semur jengkol untuk makan malam. Jangan lupa bikin sambal terasi juga, Ma. Papa berangkat kerja dulu," ujar Doni pada sang istri yang sedang menjemur baju di belakang rumahnya.

"Oh iya Papa sudah lebihkan untuk jajannya Keyra dan Keynan, jangan terlalu boros," nasihat Doni.

"Iya Pa," hanya itu jawaban yang diberikan Mayra.

Setelah selesai dengan urusan menjemur bajunya, Mayra langsung melihat uang yang diberikan oleh suaminya, namun alangkah terkejutnya ketika dia melihat empat lembar seratus ribuan dan juga 4 lembar uang dua puluh ribuan yang tergeletak di atas meja.

"Ya Allah Mas, kamu ngasih uang segini setiap bulan tapi kamu minta makan yang enak-enak setiap hari. Dan apa ini katanya dilebihin buat jajan anak-anak, ini dikasih lebih 30 ribu aja," gerutu Mayra.

Seharusnya Mayra tidak perlu berekspektasi terlalu tinggi, menjadi istri seorang Doni Alamsyah selama lima tahun tentunya dia sudah bisa menerka bagaimana kelakuan suaminya yang pelit dalam urusan nafkah tersebut.

Bukan Mayra tidak bersyukur dengan pemberian dari suaminya, hanya saja Mayra tidak habis pikir dengan sifat pelit sang suami. Dia memberi nafkah sebesar 15 ribu per hari dan itu juga termasuk dengan uang jajan kedua anaknya. Dan sudah begitu suaminya selalu minta ada ayam atau ikan setiap kali makan, Doni akan marah jika Mayra hanya menyajikan tahu tempe, kalau sudah begitu dia memilih untuk membeli makan di luar itupun hanya untuk dirinya sendiri.

*

"Mas, anak-anak minggu besok ada acara field trip di sekolahnya, bayarnya 300 ribu per anak, jadi dua anak totalnya 600 ribu," ujar Mayra ketika Doni pulang kerja.

"Nggak usah ikut begituan aku nggak ada uangnya," jawab Doni ketus.

"Tapi Mas, anak-anak sangat berharap bisa ikut acara itu," Mayra memohon pada sang suami agar kedua anak kembarnya bisa diijinkan untuk ikut acara tersebut.

"Ck.. Kamu itu Mayra, kalau aku bilang nggak usah ikut yasudah nggak usah ikut. Ngapain sih pakai ikut acara kayak gitu buang-buang uang aja. Jangan boros-boros kenapa jadi istri. Kamu itu nggak tahu kan aku itu capek banting tulang nyari nafkah, bukan dibuat foya-foya kayak gitu!" bentak Doni.

Mayra yang mendengar bentakan dari Doni seketika menangis, dia merasa sedih karena sang anak tidak bisa mengikuti acara yang diadakan oleh sekolah mereka.

Beruntung kedua anaknya sedang bermain di ruang tamu jadi mereka tidak mendengar suara bentakan dari sang papa.

"Sudah nggak usah nangis, cengeng banget jadi istri. Aku mau makan siapkan makanannya," ujar Doni.

Mayra pun menghapus air matanya dan berusaha menghilangkan kesedihan yang melanda hatinya. Meskipun dia tahu dengan watak pelit sang suami yang sudah mendarah daging namun jauh di lubuk hatinya dia selalu berdoa agar sang suami suatu saat bisa berubah lebih baik.

"Ini Mas piringnya," ucap Mayra pelan. Sejujurnya dia masih gondok dengan sang suami namun dia masih mau bersikap baik melayani suaminya.

"Papa minggu besok Keya ada field trip, mama sudah bilang kan sama papa?" ujar Keyra tiba-tiba muncul dari arah ruang tamu.

"Nggak usah ikut, papa nggak punya uang," sahut Doni ketus. Dia merasa acara makannya terganggu dengan kehadiran sang anak.

Mayra yang sudah melihat raut muka masam yang ditunjukkan Doni segera menyahuti.

"Sayang papa kan sedang makan, kalian main dulu ya di depan? Nanti kita bicara lagi ya?" jawab Mayra berusaha mengalihkan perhatian sang anak.

Keyra cemberut karena merasa tidak diperhatikan oleh sang papa namun dia menuruti perkataan mamanya agar membiarkan papanya makan terlebih dahulu.

"Mas, kamu lihat sendiri mereka sangat ingin ikut acara sekolah kali ini, karena sudah beberapa kali setiap ada kegiatan outdoor mereka tidak pernah ikut," ujar Mayra yang masih berusaha membujuk Doni.

"Ck.. Mayra aku tadi kan sudah bilang nggak usah ikut. Kalau kamu masih tetap ngotot anak kamu ikut acara sekolah yasudah kamu bayar sendiri, aku tidak mau tahu kamu dapat uang darimana," ujar Doni sambil membanting piringnya yang sudah kosong dan bergegas pergi ke luar rumah untuk merokok.

Mayra hanya mengelus dada dengan kalimat pedas yang diucapkan oleh Doni. Dia bergegas membereskan meja makan dan mencuci piring-piring yang ada di sana. Dia bergegas membereskan semua itu sebelum menyuruh anak-anaknya untuk tidur lebih awal.

*

Keesokan harinya ketika Doni sedang sarapan, tiba-tiba datanglah Hanum, adik dari Doni yang sudah menikah. Kedua anak kembar Hanum masih berganti baju di kamar karena Mayra sudah mengajarkan mereka untuk menjadi anak yang mandiri sejak kecil.

"Bang, minggu besok Nabila ada field trip harus bayar 300 ribu paling lambat besok," ujar Hanum.

"Iya nanti abang transfer ya sekalian untuk uang sakunya," jawab Doni sembari tersenyum ke arah Hanum.

Mayra terkejut dengan jawaban yang diberikan oleh Doni, semalam dia meminta uang untuk anak-anaknya dia bilang tidak ada uang, tetapi giliran adiknya yang meminta langsung ditransfer tanpa ada penolakan.

"Katamu sedang tidak ada uang Pa, Keyra sama Keynan juga akan field trip tidak kamu ijinkan. Giliran adikmu yang meminta kamu langsung beri begitu saja," protes Mayra.

"Loh Bang Doni kan kakakku, ya wajar lah kalau dia menuruti kemauanku, nggak usah sirik gitu deh Mbak," sindir Hanum.

Sedangkan Doni hanya diam tidak menyahuti protes yang diberikan oleh Mayra, dia malah asik menghabiskan sarapannya.

"Kamu kan sudah ada suami Num, harusnya kamu minta suami kamu, bukan malah minta Mas Doni. Kamu nggak lupa kan kalau Mas Doni juga sudah memiliki dua orang anak yang harus dipenuhi kebutuhannya?" sahut Mayra yang merasa kesal dengan Hanum.

"Ih Bang, istrimu itu kenapa sih sirik terus sama aku, heran deh," jawab Hanum.

"Sudah Mayra stop hentikan, kamu ngapain sih ikut campur. Perkara aku ngasih adikku ya wajar lah orang dia adikku, kamu nggak usah kebanyakan protes kayak gitu lah," bentak Doni.

"Tapi Pa, Keyra dan Keynan pasti sedih kalau mereka tidak ikut. Sedangkan Nabila saja bisa ikut, kamu seharusnya mikirin perasaan mereka juga donk," ujar Mayra.

"Makanya kamu ajarin anak kamu biar bisa bersyukur menerima keadaan, jangan dibiasakan lah iri hati gitu, apalagi sama saudara sendiri," ucap Doni sembari meninggalkan meja makan.

"Yuk Dek, abang antar pulang sekalian berangkat kerja," ajak Doni kepada Hanum.

Hanum yang merasa di atas angin karena begitu diperhatikan oleh sang abang tentu saja kegirangan. Dan sebelum meninggalkan Mayra, Hanum masih sempat-sempatnya meledek Mayra.

"Duh kasihan sekali sih Mbak, makanya nggak usah sok jadi kakak ipar. Beruntung Mbak tuh dinikahi sama abang aku," ledek Hanum sembari pergi meninggalkan Mayra sendirian.

Sekali lagi Mayra harus menahan pilu dalam menghadapi tingkah laku Doni. Terkadang tercetus keinginannya untuk menyerah saja namun dia masih memikirkan nasib kedua anaknya jika dia harus berpisah dengan Doni.

*****

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
JAHAT nya keluarga Fir'aun
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status