Lelaki itu menampakkan wajahnya yang sangat marah. Dia berjalan mendekati Brian, kemudian mengangkat tangannya sangat tinggi, "plak" dan menampar Brian sangat keras."Kau selama ini selalu membantah keinginan Ayah. Sekarang kau memperlakukan Ayah seperti ini? Cepat bawa dia pergi dari sini!" teriaknya dengan keras. Sepuluh pengawal segera mendekati Brian dan menarik pemuda itu."Lepaskan!" Brian meronta dengan sangat keras. Ana hanya bisa mengamati semua dengan tegang."Hentikan ini! Ada apa ini? Dia tidak pernah bersamaku dan kita tidak memiliki hubungan apa pun!" Ana berteriak mendekati lelaki tua itu. Memberikan pandangan sangat tajam. Memperlihatkan jika dirinya sangat berani, walaupun dia memang sangat takut."Aku tidak pernah bersama dirinya. Jangan pernah memperlakukan anakmu seperti itu, Tuan," ucapnya pelan, namun dengan pandangan menekan."Aku tidak peduli kau bersama dia atau tidak. Tapi yang jelas kau tidak pantas untuk anakku," balasnya dengan nada lebih menekan. "Ingatla
Romo menatap Ana dalam pandangan dingin. Gadis itu hanya membalas tatapannya saja tanpa berbicara sama sekali.Padahal hatinya memang bergetar. Dia tidak mau berpisah dengan ibunya. Tapi bagaimana lagi. Mana bisa dia melawan? Ana harus memikirkan cara yang lebih cerdik tanpa harus membuat kerusuhan. Tetapi dia yakin sang ayah pasti akan melindungi ibunya."Makan dan cepat habiskan. Kau harus kuat dan sehat. Karena kau harus kembali ke sekolah besok pagi. Kau akan memiliki identitas baru. Jangan pernah mengecewakan keluargamu," ucap Romo dengan tegas sebelum akhirnya meninggalkan ruangan itu tanpa mencicipi makanannya sedikitpun."Jangan seperti itu. Lakukan apa yang diperintahkan untukmu," lanjut Nyai lalu menyusul suaminya pergi dari sana.Amara bertepuk tangan kemudian tertawa sangat keras. Lalu berdiri dari duduknya mengamati Ana. Dia berjalan mendekati gadis itu kemudian memegang dagunya dan mengamati dengan sangat seksama. Ana tidak menampis tangannya. Dia membalas tatapan itu de
Ana berdiri tepat berhadapan dengan Amel. Tinggi mereka sama. Pandangan mereka saling beradu tajam. Amel sedikit bergetar dan terlihat jelas. Dia juga tidak bisa melakukan apa pun. Sudah jelas-jelas dia mengetahui saat Romo mengatakan kepadanya untuk tidak menyentuh Ana dan melukai sedikitpun. Namun, Amel masih berada pada tujuannya. Dia hanya ingin Brian.Sementara Ana sangat dendam karena Amel sudah meletakkan sesuatu yang sangat terlarang di tasnya dan membuat sang ibu sempat masuk ke jeruji besi. Hal itu tidak akan pernah dia lupakan."Ayo, kamu mau apa sama aku? Lakukan saja kalau berani. Sebentar lagi aku akan menguasai kediaman itu. Kau akan berada di bawah ku selamanya, Amel," ucapnya kemudian tertawa sangat keras. Semua siswa yang berada di belakang Amel pun ikut geram karena kemenangan Ana. Apalagi semua siswa segera mendekat dan memberikan salam kepadanya.Bambang yang Ingin mencuri perhatian Amel pun segera berdiri tepat di hadapan gadis itu. Amel sama sekali tidak memanda
Ana sedikit lega ketika mendengar ayahnya mengatakan jika ibunya baik-baik saja. Walaupun dia tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan Penelope. Sekali lagi ayahnya yang super tajir itu memberikan dia lapangan berkuda, dengan dua kuda yang sangat cantik sekali. Satu berwarna putih dan satu berwarna hitam. Didatangkan langsung dari luar negeri. Sangat besar sekali dan berlari dengan sangat gagah. Entah apa yang dipikirannya. Sekarang Ana dan ayahnya yang super tajir melintir itu kini menjalin hubungan sangat baik. Ana sangat bahagia memiliki Ayah yang sangat sabar dan setia menghadapi ibunya yang cukup keras itu."Aku tahu Ayah tidak akan pernah meninggalkan ibuku. Tapi aku harus pergi bersama dengannya bukan? Ya, aku akan mewarisi semua yang sudah ditentukan. Tapi aku tidak ingin berpisah dengan ibuku.""Tentu saja Ayah akan melakukan hal itu. Sekarang kau, aku serahkan kepada Brian. Dia Lelaki baik. Dia melawan ayahnya dan pergi bersamamu. Aku padahal berbicara dengan ayah
Mobil itu terpelanting ke kiri, memutar-mutar. Brian tidak bisa menghentikan dengan sangat baik. Mereka berempat mengatur napas saat masih berada di dalam mobil itu. Benar-benar Amel hampir saja membuat mereka mati dengan cara konyol.Ana segera keluar dari mobil itu. Dia tidak ingin berada di dalam. Ana sudah tidak mempedulikan Amel ataupun Brian lagi. Bergegas dia menarik Bambang. Ana tidak ingin berpisah dengan sahabatnya itu."Ana, kamu mau ke mana? Ini hampir saja gelap. Kita sebaiknya berempat bersatu saja. Jangan sampai pergi sendiri-sendiri seperti ini. Nanti kalau ada sesuatu bagaimana?" Bambang menarik Ana yang akhirnya menghentikan langkah. Apa yang dikatakan sang sahabat memang benar."Dia hampir saja membuat kita mati, Bambang. Bagaimana bisa aku kembali ke sana sama?" Ana semakin kebingungan. Apa yang harus dilakukan? Semua kanan kiri hutan. Hingga Brian berlari mendekatinya."Kita kembali. Mobil itu masih menyala. Kita akan pulang dan lebih baik Amel duduk di belakang b
Romo datang bersama Juragan. Terlihat sekali lelaki tua itu sangat marah. Anggara masih berada di dalam mobilnya. Dia tidak mengerti harus berbuat apa.Sebelum menyusul Ana, dia memang sempat pulang. Memohon sekali lagi kepada kedua orang tuanya. Anggara ingin semua mengizinkan Ana berkumpul dengan Penelope. Tapi ternyata tetap saja mereka menolak dengan keras. Bahkan mengancam akan membuat Anggara keluar dari kartu keluarga.Anggara pun menyetujui hal itu. Dan dia tidak peduli lagi. Bahkan selama ini dia selalu menjalankan tugas ataupun menjadi anak bangsawan dengan sangat baik. Menuruti kehidupannya yang sama sekali tidak membuatnya bahagia. Hingga dia menemukan Penelope yang bisa membuat hatinya cerah setiap hari."Tetap saja mereka menginginkan kau berpisah dengan Ibu," ucap Ana cemas. "Ayah, tapi Ibu tidak bisa bersama dengan lelaki itu. Lihatlah, dia sangat menjijikan sekali dengan senyumannya itu. Ayah, apa yang akan kamu lakukan?" lanjut Ana kini menangis. Anggara harus berbua
Kedua adik kembar Anggara datang dari Amerika. Mereka mengelola perusahaan di sana atas perintah Romo. Sebuah pusat perbelanjaan yang sangat terkenal. Hingga akhirnya mereka menyerahkan kepada kepercayaannya dan segera kembali ke Indonesia.Mereka berdua adalah dua duda yang sangat tampan. Berpisah karena sang istri meninggal karena sakit, dan kebetulan mereka juga menikah dengan dua wanita kembar asal Amerika.Amel adalah anak dari kembar pertama. Dia segera membawa Amel ke Indonesia setelah ibunya meninggal agar dirawat oleh Nyai dan Romo. Sementara kembar kedua belum memiliki seorang anak. Mereka berdua adalah duda sangat tampan yang diincar banyak wanita."Aku Paman Ardi," ucapnya sambil menunjukkan dirinya. Dia adalah kembar pertama. Ayah dari Amel. "Sementara dia bernama Arga. Kami akan membantumu. Sekarang kita diam-diam akan keluar lewat pintu belakang. Aku sudah menemukan alamat nenekmu itu. Kita akan ke sana dan mengikuti dia."Ana sangat bersemangat sekali. Dia tidak menyan
Amara sangat terkejut ketika melihat dapurnya sangat berantakan, dan anjing itu memakan semua persediaan di dalam kulkas. Dia segera mengambil anjing kesayangan satu-satunya yang selalu menemani dia di dalam rumah yang sangat besar itu.Amara segera mengirim kedua anak kembarnya itu ke luar negeri agar terhindar dari situasi yang sangat membahayakan ini. Dia mulai sadar jika mereka tidak akan pernah selamat karena kehadiran Ana yang tiba-tiba membuatnya sangat resah. Apalagi gadis itu sudah remaja."Kau selalu saja membuat keributan. Sekarang masuk kembali ke dalam kandang. Ah, kau membuat rumahku sangat berantakan. Apa yang harus aku lakukan?" ucapnya kesal. Amara segera memasukkan anjing itu ke dalam ruangan khusus yang sudah dia buat. Kemudian Amara menghubungi seseorang untuk datang ke rumahnya dan membersihkan semua kekacauan itu.Ardi sangat lega ketika dia berhasil keluar melalui pintu samping yang ternyata bisa mereka gunakan untuk. Sementara Arga perlahan mendekati almari es