Part 16Kembali Pulang kerumahAku akhirnya harus kembali kerumah, karna Mas Farid sudah memenuhi janjinya padaku. "Pakailah cincin itu Mirna,"Ucap Mas Farid sambil menunjuk cincin yang dia bawa. "Apa kamu gak mau memakaikannya ditanganku Mas? " Aku sengaja memintanya memasangkan cincin di jari manisku, aku ingin Mas Farid berubah, berubah jadi lebih romantis padaku. Mas Farid membuka kotak cincin, lalu mengeluarkan dari tempatnya. Dipegang tangan kiriku lalu dipasangkan cincin di jari manisku. Aku merasa senang, teringat kembali dihari itu, setelah dia mengucapkan ijab kabul di depan Ayahku, dia malu malu untuk memasang cincin di jari manisku. Entah karena tak pernah menyentuh tangan perempuan atau dia gugup di depan ayahku. Akhirnya aku mengambil cincin ditangannya dan kupasangkan sendiri di jari manisku. Orang orang di KUA tertawa melihat ku memasang cincin di jari manisku sendiri. Ah, betapa lucunya moment
Part 17Pulang kerumahAku semakin heran, sikap Mas Farid semakin aneh, tak seperti dia yang biasanya, jangan jangan ini modus agar aku melunak dan jatuh cinta lagi padanya. "Dek, Selesai makan kita pulang terus ya" Ucap Mas Farid sambil menatapku lekat. "Iya Mas" Jawabku singkat. Aku masih berusaha memaafkan kesalahan Suamiku, aku mencoba melupakan segala kenangan buruk tentangnya. Apalagi sekarang dia sudah menepati janjinya, aku juga harus menepati janjiku untuk kembali ke rumah. Pukul 14.00 siang, Azka sudah bangun. Aku memberinya makan dan susu. Mas Farid sudah beberapa hari tak bertemu dan melihat Putra satu satunya, ia begitu senang melihat Azka. "Sayang, sini sama ayah, ayah kangen sekali sama Azka.. " Ucapnya sambil meraih Azka dari gendongan ku. Ia memeluk dan mencium Azka, seolah sudah lama sekali tak bertemu. Aku mengerti Mas Farid Pasti rindu sekali pada Anaknya. Apalagi Azka adalah anak kami satu
Pagi ini, tepat tiga hari setelah kepulangan ku kerumah. Semua kembali normal, suamiku pergi bekerja, dan aku kembali sebagai ibu rumah tangga yang melakukan semua pekerjaan rumah sendiri sambil mengasuh balita. Pukul 10.00 pagi, saat semua pekerjaan sudah beres, anakku sudah tidur lagi setelah selesai mandi dan sarapan. Aku sedang duduk dirunag tamu sambil nonton TV. Tiba tiba sebuah suara mengagetkan ku. Suara seorang wanita yang tak asing bagiku. "Assalamualaikum.. ""Waalaikumsalam" Aku bangkit dari duduk, lalu melangkah ke pintu depan. "Mamak? " Rupanya ibu mertuaku. Ada apa mertuaku datang kesini tiba tiba tanpa menghibungiku lebih dulu, biasanya beliau akan menelpon atau menanyakan kabar Azka lebih dulu. "Dimana Azka? " Tanya mertua dengan Raut wajah tidak bersahabat. "Lagi tidur mak, masuk dulu mak" Aku mempersilakan mertua masuk kedalam rumah. Beliau masuk sambil menjunjung sebuah tas b
Kali ini aku tak sanggup diam lagi, cukup sudah aku diam selama ini, cukup sudah aku sabar dan menerima segala hinaan dan makian dari beliau. Bahkan, Dicerai anaknya pun aku sudah tak peduli. "Ada apa ini ribut ribut? " Tiba tiba saja mas Farid sudah pulang ke rumah. Kok bisa siang siang begini ia pulang, apalagi diwaktu yang tak diharapkan begini. "Farid, kamu sudah pulang Nak? " Si Ibu mertua tiba tiba mendekati Mas Farid. "Mamak baru sampai dirumah kamu, tapi istrimu malah ngajak ibuk berdebat, tolong kamu nasehati istri kamu itu, biar dia tahu sopan santun" Pandai sekali playing victim wanita tua ini, batinku. Udah Salah malah mengalahkan orang lain, awas saja pasti aku akan membuat ia menyesal membuatku kesal. "Bohong, mamak jangan memutar balik fakta, justru mamak yang duluan ngajak ribut. Mas, bilang sama ibu kamu, dirumah kita hanya ada satu kamar, kalau ibu kamu minta nginap disini kamu buatin dulu kamar satu lagi" Ucapku kesal sambil meninggalkan mereka berdua. Aku ma
Part 20Kulihat Mas Farid, ia mengangkat jari telunjuk lalu ditempel ke bibirnya, memberi kode agar aku tidak bicara. Aku mengangguk, lalu melangkah menuju dapur untuk mengisi perutku yang lapar. Kuletakkan si kecil di atas karpet, aku mengambil nasi dan lauk, tak sabar rasanya untuk melahap makanan, perutku sudah sangat lapar. "Azka mau makan nak? ""Syusyu mama" Ucap bocah kecilku minta susu. "Sebentar ya sayang, mama buatin dulu"Selesai membuat susu untuk Azka, aku langsung menghabiskan makan siangku. Tiba tiba, datang Mas Farid mendekatiku. "Dek, aku antar mamak dulu ya""Kemana Mas? ""Pulang kerumahnya""Gak jadi nginap disini? " Tanyaku penasaran. Mas Farid tak menjawab pertanyaan ku, ia segera berlalu meninggalkanku yang masih bengong. Aku tak tahu entah apa yang mereka bicarakan setelah aku ke dapur, hingga membuat mamak mertua tak jadi menginap dirumahku. "Syukurlah, aku jadi gak pusing mikirin mertua harus tidur dimana kalau nginap disini"Namun, mengapa buru buru
Part 21Malam pukul 22.00, tiba tiba Azka menangis kencang tak seperti biasanya, kuraba keningnya ya Tuhan panas sekali badan anakku. "Mas.. Azka demam mas," Ucapku pada suami yang sedang terlelap. "Kasih paracetamol aja" Ucapnya rak beranjak sedikitpun. "Tolong kamu ambilkan mas, aku gak bisa ambil, Azka lagi nangis kalau akun tinggalin makin kencang nangisnya"Dengan sedikit malas akhirnya Mas Farid bangun, lalu diambilnya paracetamol. Segera kuberikan pada Azka, setelah kuberikan paracetamol dan kuberikan susu, Azka akhirnya tertidur lagi,namun lima belas menit kemudian Azka kembali menangis. "Hua...hua...hua.." Tangisan Azka begitu kencang, aku tidak bisa tidur dengan tenang. Kupeluk Azka sambil menepuk punggungnya pelan, namun tak juga ia berhenti menangis. Disaat Azka menangis, tiba tiba susu yang tadi diminumnya keluar semua dari mulut kecilnya. "Huweeeekkk" Azka terus menerus muntah hingga cairan yang keluar bukan lagi susu, melainkan cairan kuning kental. Mas Farid se
Part 21"Buk.. Ayo saya antarkan ke ruangan anak" Ucap perawat laki laki tadi sambil memegang kursi roda. Rupanya Azka sudah dapat kamar rawat inap yang berada di lantai tiga rumah sakit, aku menggendong Azka disuru duduk di kursi roda, sementara Mas Farid memegang tas dan barang bawaan kami dari rumah. Kami memasuki Lift menuju lantai tiga. TingBunyi Lift ketika sudah berhenti di lantai tiga. Akhirnya kami sampai didepan ruangan 305,ruangan yang akan Azka tempati. Ketika kami memasuki ruangan 305,rupanya sudah ada tiga pasien anak anak yang sudah dirawat duluan. Didalam ruangan itu ada lima bed, Azka mendapat bed ke empat. Ruangan yang kami tempati biasa disebut Bangsal atau sa karena satu ruangan banyak pasien yang dirawat, wajar karena kami pasien BPJS. Ketika Azka dipindahkan dari pangkuan ku menuju ranjang, ia menangis seperti tak mau lepas dari ku. "Sayang.. Anak mama, Azka bobo dikasur ini dulu ya, diobati sama Dokter biar cepat sembuh ya nak" Bujukku agar Azka mau tidu
Part 22Seminggu sudah kepulangan Azka dari rumah sakit. Kesehatan nya sudah membaik, ia tak lagi muntah dan diare. Aku juga memberinya vitamin dan antibiotik. Namun, sekarang justru kondisi kesehatan kul yang menurun. Akibat kurang tidur karena begadang merawat Azka dirumah sakit, kecapean naik turun lantai tiga, makan tidak teratur, dan banyaknya beban pikiran. Akhirnya kondisi tubuhku drop. Pagi ini, kepalaku pusing, badanku demam, perutku melilit, sebentar bentar aku harus kekamar mandi untuk buang air besar, aku tersersng diare. "Mas, aku diare, badanku juga meriang" Ucapku pagi itu pada Mas Farid yang sedang bersiap siap berangkat. "Kamu sudah minum obat? ""Obat dari mana Mas? ""Yaudah kamu tunggu dirumah biar aku belikan obat di apotik"Tak lama ia pun pulang membawa sebuah kantong kresek, dengan obat campuran di dalamnya. "Ini obat diare sama demam, kamu minum sehabis makan"Aku segera meminum obat yang diberikan. "Mas,.. ""Iya, ada apa? ""Apa kamu gak bisa libur seh