Caraka yang selama ini mengintai anggota Fantasy Club dan hanya mengamati progres Sagara dari jauh akhirnya keluar dari persembunyiannya. Kemunculan yang tiba-tiba menjadi tanda tanya besar bagi semua kepala karena tidak pernah bertemu. Kecuali Sagara yang diam-diam menarik napas panjang seolah-olah menyedot seluruh oksigen di bumi. Dia tidak menyangka Caraka malah keluar jika kemarin dia telah berjanji untuk bersembunyi.
Namun di sela-sela kebingungan itu, hanya sepasang mata yang memberi tatapan berbinar-binar dan raganya ibarat diterbangkan ke luar angkasa. Sepasang mata itu milik Jeslyn yang mendadak merasa bahagia. Suasana hatinya juga meningkat dengan pesat, padahal tadi dia sudah merasa lelah. Hal ini karena dia disuguhkan pemandangan indah di depan mata. Wajah Caraka yang tampan berhasil mengalihkan dunia. “Ganteng banget,” gumamnya tanpa sadar.
Sagara yang melihat Caraka mendekat dengan tatapan waswas melipat tangannya di bawah dada. “Gue kir
Sore kembali menjelang di bumi nusantara. Seperti hari lain, anggota Fantasy Club kembali diminta berkumpul di tengah lapangan terbuka. Kali ini, bukan hanya Sagara yang membimbing tapi ada Caraka yang ikut membimbing mereka. Sebagai orang yang ikut bertanggung jawab atas komunitas ini, Caraka harus membagi ilmunya. Tidak sia-sia juga dia datang dari masa itu.Sagara yang membuka pertemuan pada hari ini mengajak hampir semua anggota menjauh, meninggalkan Caraka dan Alden. Khusus hari ini, dia akan mengajari Alden sesuatu yang baru namun tidak boleh ada orang lain di dekatnya. Dua pria itu juga sudah membahas materi yang akan disampaikan sebelum datang.Alden yang kini bersama Caraka sedang menunggu apa yang ingin dikatakan pria tersebut―walaupun baru sehari mereka tatap muka. Sedangkan Caraka sedang memastikan anggota lain berada di tempat yang paling jauh. Dia menunggu kode Sagara.“Baik! Sekarang aku ingin kau memanggil elemen tanahmu. Kita akan mempelaj
Di bagian lapangan yang lebih jauh dari anggota lain, Rama yang memisahkan diri dari Mentari kini berada di bawah pohon. Lebih tepatnya berada di deretan pohon yang saling berdampingan sebelum membatasi hutan di bagian belakang. Dia tidak tahu apakah hutan di belakangnya merupakan hutan belantara yang tidak dilindungi atau sebaliknya, yang penting dia tahu tempatnya begitu rindang. Bisa juga digunakan untuk berteduh dari cahaya mentari sore. Tempat ini merupakan tempat terbaik baginya.Sebelum memulai latihan, terlebih dahulu dia mengedarkan pandangan ke segala arah. Niatnya untuk mengamati situasi, namun dia terpana karena baru menyadari kalau lapangan ini jauh lebih luas dibandingkan perkiraan. Tidak heran juga dia sudah merasa letih saat perjalanan ke sini. Kakinya juga sudah merasa lelah, namun dia harus terbiasa.Setelah mengamati pemandangan di depan mata, dia baru ingin mengawali latihan. Terlebih dahulu dia memejamkan mata dan memusatkan semua pikiran ke satu t
Bertempat di halte yang menjadi awal dari kegiatan menjelang malam, ada tiga anggota Fantasy Club yang sedang duduk menunggu kedatangan bus Transjakarta―Alden, Devin dan Rama. Bus yang dijadwalkan akan berhenti sebentar lagi di pemberhentian menjadi penentu arah yang akan dituju pulang dari pertemuan pada sore ini. Ada beberapa warga juga yang ikut menunggu bersama mereka dan duduk di tempat yang sama, satu barisan.Selagi menunggu, mereka sedang asyik membahas tentang rencana pada malam ini. Lebih tepatnya antara Rama dan Devin saja, karena pada kenyataan Alden sama sekali tidak menyimak pembicaraan. Pandangannya sejak tadi fokus ke ponsel di tangan. Jari jemarinya mengetik sesuatu di atas layar. Dari sudut pandangnya saja, dia tidak bisa menangkap kesimpulan dari pembicaraan mereka karena sudah buyar di dalam kepala.Kala mengutak-atik layar peranti pipih tersebut, sudut bibirnya terangkat dengan jelas. Tampak juga dia berusaha menahan seberapa besar euforia di dalam
“Jadi ini bunda lo?”Saat hening memeluk interaksi dua anak manusia yang masih menghabiskan waktu di sekitar Harbour, suara seorang lelaki memecah sunyi dan sepi. Jingga yang membelakangi sumber suara segera menoleh, begitu juga dengan Alden yang menyambut dengan mata terbelalak. Tidak ada yang menyangka bahwa dia akan bertemu dengan dua insan itu yang datang secara tidak terduga.Dari arah gerbang, Devin dan Rama muncul serta mendekati mereka dengan langkah ringan. Entah itu karena suratan takdir yang tidak bisa diprediksi, orang yang paling ingin dihindari malah memunculkan diri. Gara-gara itu, Alden segera membuang muka dan tidak ingin menatap wajah mereka yang datang dengan tatapan jahil, seolah-olah sedang menangkap basah karena ketahuan.“Bunda lo cantik juga ya. Masih muda malah,” ujar Rama yang tidak akan berhenti mengusik kedamaian Alden. Sudah pasti alasannya karena dia ketahuan berbohong. Mereka mengira Alden akan ada di rumah,
Mengenakan setelan olahraga dari kepala hingga ujung kaki, penantian anggota Fantasy Club selagi menunggu kedatangan dua gurunya sudah berakhir. Mereka yang dicari kini berada di depan mata, tepat saat Irene menoleh ke arah masuk lapangan. Walau sulit untuk mendeteksi bunyi langkah kaki yang berpadu dengan angin sepoi-sepoi, tetapi dia bisa tahu kalau dua pria itu akan datang. Dari pikiran Caraka yang merapalkan rangkaian kata-kata yang ada di dalam kepala.Tidak tahu pula kepada siapa kalimat yang berjumlah puluhan itu ditujukan. Hal yang pasti, dia tahu kalau mereka akan datang.Oleh karena itu pula, Irene memberitahukan hal ini kepada anggota lain. Berhasil membuat pembicaraan tadi yang berlangsung meriah langsung terhenti. Pembicaraan itu terlalu menarik untuk dibicarakan, namun terlalu berbahaya jika didengar mereka. Sebab inti pembicaraannya tetap sama, mencibir dua gurunya dan berakhir tertawa.Berkumpul dengan anggota yang sudah tiba, dua pria itu memasa
Di depan sebuah gudang kosong yang tampak sepi di sekitar dan jauh dari kawasan pemukiman warga pusat kota, sebuah mobil warna hitam terparkir di halaman yang hanya beralaskan tanah lapang. Mesin mobil dimatikan setelah dipastikan parkir di tempat yang tepat. Tidak banyak orang yang berlalu lalang di sekitar, karena gudang ini juga letaknya di ujung pemukiman yang tidak banyak diketahui warga Jakarta―akibat terlalu sibuk dengan urusannya.Jika saja gudang ini dekat dengan daerah metropolitan, pasti warga sekitar akan menaruh curiga. Sebab ada aktivitas mencurigakan jika ditelusuri lebih jauh.Beberapa saat kemudian, pintu mobil terbuka yang diiringi dengan keluarnya tiga kepala. Dari pintu kemudian, seorang pria keluar lagi yang menyusul di belakang. Sementara mereka yang memimpin jalan bergerak masuk ke dalam gudang. Jika dilihat lebih dekat lagi, sebenarnya satu kepala yang ada di tengah sedang digiring paksa oleh dua pria yang merangkul bahunya. Orang itu wajahnya s
Esoknya, Jingga sedang berjalan kaki di jalan kecil setelah naik bus yang membawanya dari kota. Pagi itu, dia diminta berkumpul di lapangan terbuka―tempat biasa anggota Fantasy Club berkumpul―dengan setelan olahraga. Demi memenuhi permintaan gurunya, dia diminta datang lebih awal padahal mulai jam 9 pagi. Kali ini, dia sendirian dan tidak ditemani siapa pun. Berbelok arah, tujuan akhirnya ada di depan mata. Tinggal menyusuri beberapa langkah lagi sampai mendapatkan tempat untuk berteduh di tengah teriknya sinar matahari pagi yang sudah menunjukkan eksistensi di langit timur. Jika dilihat dari jauh, tempat ini tampak sepi dan tidak tahu alasannya dia sendiri merasakan keheningan yang luar biasa. Entah itu karena pagi atau karena ada hal lain yang tidak diketahui. Mencoba memicingkan mata, dia melihat sosok puan yang sudah tiba lebih awal darinya dan duduk di bawah pohon yang menjadi tujuan utama. Namun dia tidak merasa heran lagi pun bingung. Puan di sana tampak tidak
Menyelesaikan pertemuan pada menjelang siang, Irene dan Jingga bersebelahan dalam perjalanan pulang. Oleh Sagara dan Caraka, mereka tadi diminta push up, dilanjutkan dengan sit up, dan sederet gerakan lain yang berguna untuk meningkatkan fisik mereka. Dibandingkan anggota lain yang sudah kuat secara fisik, mereka termasuk jajaran orang yang memiliki fisik yang lebih lemah. Sebab itu pula, hanya mereka yang berkumpul dan menemuinya hari ini. Sedangkan anggota lain sedang menikmati liburan mereka. Melatih fisik pada hari ini, tubuh mereka yang lebih dahulu terkena dampaknya. Gara-gara latihan yang dimulai pagi tadi, kini tubuhnya menjadi sakit-sakitan. Sudah terlihat beberapa kali Jingga meregangkan otot-ototnya yang kini terasa lemas. Dia perlu sesuatu yang bisa menambah tenaga―karena siang sebentar lagi akan tiba―namun belum terlintas di dalam kepala mengenai makanan macam apa yang bisa membangkitkan selera makan. Irene juga tidak ada bedany