“Dasar kamu pelakor! Kamu racuni pikiran suamiku dengan apa, hah! Sampai-sampai bisa terpikat dengan wanita sepertimu!” amuk wanita berpakaian elegan dan berumur lebih tua dari Renata.Renata begitu syok saat keluar dari ruangan dan langsung mendapat makian itu. Bu Suci yang ada di sana juga bingung dan sedang menelaah apa yang terjadi.“Maaf, Bu. Ada apa ini?” tanya Renata bingung karena wanita itu datang dan marah-marah.“Jadi kamu yang bernama Renata, hah!” hardik wanita itu.“Ya, benar.” Renata menjawab dengan sedikit was-was.Wanita itu terlihat murka dan langsung mendekat ke Renata, hingga melayangkan pukulan begitu keras ke pipi Renata.Renata begitu syok. Sesil dan Bu Suci juga terlihat sangat terkejut. Sesil pun menarik tangan wanita yang memukul Renata agar menjauh dari atasannya itu, sedangkan Bu Suci langsung berdiri di depan Renata.“Maaf, Bu. Kalau ada masalah bicarakan baik-baik, jangan asal nampar!” Bu Suci mencoba membela Renata.“Tanyakan ke wanita sialan itu! Dia su
“Apa maksudmu dengan ingin mengganti uang investasi yang sudah kami terima?” tanya Renata sambil menatap Evan.Renata tidak mempermasalahkan soal Evan menyebutnya istri, karena sadar jika pengakuan Evan hanya untuk menolongnya dari tuduhan.“Bukankah sudah terlihat jelas, kalau pria itu tidak berinvestasi, tapi sedang mencoba mendekatimu, dengan dalih berinvestasi.” Evan menjawab pertanyaan Renata dengan sangat santai. Dia duduk menyilangkan kaki, tapi tatapannya tidak tertuju ke Renata.Renata terkejut mendengar Evan mengatakan itu, kenapa pemikiran orang selalu tertuju ke sana, tidak bisakah orang-orang itu melihat dari sudut pandang lain.“Jelas-jelas sudah ada surat perjanjian yang menyebutkan kalau dia itu berinvestasi, tapi bagaimana bisa kamu berkata kalau dia mencoba mendekatiku?” Renata dan Evan kembali berdebat hanya karena tidak satu pemikiran.Evan langsung menurunkan kaki mendengar ucapan Renata, hingga kemudian menatap ibu dari anak kembarnya.“Apa kamu suka dia berinves
Renata masih begitu syok. Dia mencoba mencerna apa yang terjadi. Hingga Albert masuk ke ruangan itu, sedangkan Bu Suci tampak berdiri di ambang pintu sambil tersenyum lebar ke Renata.“Pak, berkas-berkasnya sudah diurus untuk pengalihan nama,” ujar Albert ke Evan.Renata semakin melongo, menatap Albert dan Evan bergantian, sedangkan Albert langsung menatap Renata begitu sudah bicara dengan Evan, hingga pria itu menganggukkan kepala seolah memberi hormat kepada Renata.“Urus semua sampai selesai, aku tidak mau ada kesalahan,” ujar Evan ke Albert setelah melihat berkas yang ditunjukkan Albert.“Tunggu!” Renata mengganggu pembicaraan Albert dan Evan.Albert dan Evan pun menoleh dan menatap Renata bersamaan.“Maksudmu, kamu membeli gedung ini?” tanya Renata memastikan.“Ya,” jawab Evan santai.“Bu Suci.” Renata kini mengalihkan pandangan ke Bu Suci. “Dia yang beli gedungnya?” tanya Renata ke Bu Suci sambil menunjuk ke Evan.Kini Evan dan Albert pun menatap Bu Suci, seolah meminta wanita i
“Papa Tampan!” Dhira spontan memanggil, ketika melihat Evan yang berjalan memasuki lobi apartemen.Renata yang sedang bertanya siapa pemilik unit miliknya, langsung menoleh ketika mendengar suara teriakan Dhira.Dharu juga langsung menoleh ke arah Dhira menatap, hingga Dharu tidak senang saat melihat Evan di sana.Evan menoleh ketika mendengar suara Dhira, lantas mengulas senyum ke gadis kecil itu. Dia pun mendekat untuk menyapa Dhira.Dharu terus menatap tidak senang, hingga menarik Dhira dan seperti ingin menyembunyikan adiknya dari Evan. Dhira sendiri langsung bisa menangkap sikap sang kakak, membuat Dhira menunduk karena menyesal memanggil Evan. Dhira takut jika Dharu marah, hingga akhirnya hanya menunduk diam.Renata terkejut dan sampai berdiri melihat Evan di sana, sedangkan Citra langsung tersenyum dan sedikit menganggukkan kepala untuk menyapa, sebab Evan menatap ke arah Citra dan Renata.Renata melihat itu, hingga memandang Citra dengan rasa penasaran yang membuncah.“Bu, apa
“Mama, hujan!”Dhira berteriak dari kamar mandi, membuat Renata dan Dharu terkejut hingga langsung menuju ke kamar. Mereka syok melihat air dari kran yang rusak dan kini membanjiri kamar mandi.“Dhira ke sini, awas hati-hati,” kata Renata agar Dhira menyingkir.Dhira berjalan pelan dan hati-hati karena semburan air yang mengenai wajah. Tubuhnya yang telanjang kini basah kuyup, sehingga Dharu buru-buru mengambilkan jubah mandi khusus.Renata berusaha menutup kran air agar tidak terus mengalir, tapi ternyata tidak bisa hingga air terus menyembur.“Hujan di dalam rumah.” Dhira marah terlihat begitu senang.“Dharu, coba ke bagian kantor pengembang, minta untuk mengirim tukang,” kata Renata sambil menghindarkan wajah dari semburan air.Dharu mengangguk dan hendak menghubungi bagian kantor, tapi terdengar bel berbunyi, membuat Dharu bingung mau menghubungi bagian kantor atau membuka pintu.“Biar Dhira yang buka pintu.” Dhira berlari ke depan sedangkan Dharu mencoba menghubungi kantor aparte
“Kamu jahat, kamu menculikku!” Dharu terus berteriak dan memberontak karena diajak masuk paksa oleh Evan.Evan malah merasa geli karena Dharu sangat lucu dan menggemaskan saat marah. Dia meletakkan rantang yang tadi dibawa Dharu ke meja, kemudian mendudukkan bocah itu di sofa.Dharu memalingkan wajah, melipat kedua tangan di depan dada seolah dia sedang merajuk.“Dharu, aku hanya ingin menanyakan sesuatu. Jika kamu terus menghindariku, maka aku akan selalu berusaha untuk mendaktimu,” ucap Evan mencoba bersabar.Dharu masih memalingkan wajah, tidak mau menatap Evan.“Aku mau tanya sesuatu. Apa kamu membenciku?” tanya Evan yang berlutut di depan Dharu.“Ya,” jawab Dharu sedikit ketus.“Kenapa?” tanya Evan penasaran.“Kenapa tidak tanya pada diri sendiri,” jawab Dharu masih tidak mau memandang Evan.Sikap Dharu yang cuek dan juga sedang kesal seperti ini, membuat Evan semakin penasaran.“Aku benar-benar tidak tahu. Katakan apa kesalahanku dan aku akan mencoba untuk intropeksi diri. Jika
“Kenapa Dharu sangat lama?” tanya Dhira yang tidak melihat sang kakak kembali.Renata pun baru menyadari, hingga dia cemas. Lagian mana mungkin Dharu pergi bermain tanpa izin.“Biar mama cek ke sana,” ucap Renata.Renata memasak beberapa menu lauk, kemudian meminta Dharu mengantar makanan ke Evan sebagai tanda terima kasih. Renata hendak mengecek, tapi dicegah oleh Dhira.“Biar Dhira aja, Mama. Dhira sekalian mau lihat Papa Tampan.”Renata terkejut mendengar keinginan putrinya itu, hingga Dhira tiba-tiba saja berlari keluar sebelum mendapat izin.“Anak itu, dasar.” Renata menggelengkan kepala, tapi dia cemas hingga kemudian memilih membuntuti dan melihat dari pintu.Renata melihat Dhira yang sudah berada di depan pintu unit milik Evan. Gadis kecil itu melompat untuk bisa menekan bel, membuat Renata tertawa.Di sisi lain. Evan melihat dari monitor kalau Dhira sedang melompat dan memencet bel beberapa kali, membuatnya gemas karena tingkah lucu Dhira. Ya, meski dia tidak tahu harus baga
“Dharu, kamu tidak kenapa-napa?” Renata langsung mengecek tubuh Dharu untuk memastikan kalau putranya baik-baik saja.Dharu malah keheranan dengan sikap sang mama, hingga kemudian berkata, “Dharu baik-baik saja.”Renata bernapas lega melihat Dharu yang baik-baik saja. Hingga teringat Dhira.“Mana Dhira?” tanya Renata panik.Baru saja Dharu akan menjawab, terdengar suara Dhira yang berteriak dari dalam.“Dhira!” Renata panik dan langsung menyerobot masuk.Dharu terkejut dan geleng-geleng kepala, tampaknya paham kenapa sang mama sangat panik.Renata masuk dengan cepat mencari keberadaan Dhira, hingga dia melongo melihat Dhira dan Evan.Dhira dan Evan menatap bersamaan ke Renata yang baru saja datang, mereka juga bingung kenapa Renata memasang wajah panik.“Mama kenapa? Mau es krim?” tanya Dhira sambil menunjukkan es krim di tangan.Dhira berteriak karena diangkat Evan dan didudukkan di meja pantry. Evan sendiri sudah bisa menebak jika Renata pasti sudah berpikiran yang tidak-tidak.“Mau