Ivy kini tengah berbelanja beberapa camilan untuk si kembar. Matanya dengan cermat melihat setiap jajaran Snack yang berjajar dengan rapi di etalase toko.
Sesekali, Ivy juga melihat harga dari Snack itu untuk menyesuaikan kantongnya agar ia tak kekurangan yang di akhir bulan.Terra sendiri memilih untuk mengikuti sang ibu dengan cara menggandeng tangan Ivy dengan erat layaknya lem. Gadis kecil itu takut terpisah dengan Ivy, apalagi si tengah kerumunan seperti saat ini.Mata Terra tampak berbinar begitu melihat jajaran snack kesukaannya di etalase yang berada di hadapannya. Senyuman manis terpatri di bibir mungilnya, memperlihatkan taring mungil yang sama seperti milik Ivy.Terlebih, Ivy mengajak Terra ke etalase yang terdapat banyak makanan kesukaannya dengan kakak kembarnya. Ah, rasanya Terra seperti berada dalam surga dunia melihat para camilan itu."Terra, kau mau memilih yang mana? Yang rasa keju atau yang rasa coklat?" Tanya Ivy seSetelah semua belanjaan yang yang baru saja mereka beli di bayar oleh Ben—termasuk belanjaan milik Ivy dan Terry—, Ben kembali melanjutkan perjalanannya menuju tempat yang Terry inginkan seperti tawarannya tadi. Pria bermata coklat itu melanjutkan mobilnya dengan kecepatan sedang. Kali ini, suasana mobil tak terasa suram dan dingin seperti sebelumnya.Suasana mobil saat ini begitu hidup, dengan nyanyian riang dari radio yang Ben hidupkan. Selain itu,Terry dan Terra ikut menyanyi di bagian yang mereka hapal.Ivy kini duduk di samping Ben lagi karena Terra menginginkan Terry untuk duduk di sebelahnya. Wanita itu merasa hari ini adalah hari yang membahagiakan untuk kedua anaknya, setelah semua kejadian gila yang terjadi kemarin. Dirinya bersyukur karena senyum manis tak pernah luntur dari wajah si kembar. Wanita itu melirik ke arah Ben, mencuri curi tatapan ketika pria itu tengah menyetir dengan fokus. Harus Ivy akui, Terry terlihat begitu tampan d
Ben langsung menatap para pria itu satu persatu dengan tatapan matanya yang setajam elang. Pria itu mengalihkan tatapannya pada tangan Ivy yang saat ini tengah di cekal oleh seseorang. Dengan kasar, Ben menghempaskan tangan itu lalu membawa Ivy ke dalam pelukannya. Tubuh Ivy langsung bertubrukan dan menempel di dada Ben, membuat gelenyar aneh yang terasa di tubuh wanita muda itu.Wajah Ivy memerah saat menyadari jika dada telanjang Ben bersentuhan dengan kulit tubuhnya yang terekspos, mengingat Ivy hanya menggunakan baju renang pendek yang mencetak tubuhnya yang seperti gitar spanyol.Selain itu, jantung Ivy berdetak kencang seolah akan keluar dari tempatnya. Dalam jarak sedekat ini, Ivy bisa merasakan bau Citrus dengan amber Wood yang tercium dari tubuh Ben, begitu jantan namun juga menenangkan.Terry juga melakukan hal yang sama dengan yang Ben lakukan untuk mengamankan Terra yang saat ini terlihat ketakutan. Bocah laki-laki itu meme
"Mengapa anda menanyakan hal itu pada saya?"Ivy mengalihkan tatapannya dari si kembar yang sedang bermain air di kolam pada Ben untuk melihat ekspresi pria itu. Kepala Ivy terlihat dimiringkan dengan mata mengerjap lucu. Jangan lupakan juga bibirnya yang mengerucut kecil seperti anak kecil yang tengah merajuk. Ekspresi bingung yang Ivy tampilkan tak ada bedanya dengan ekspresi Terra ketika sedang berpikir. Sama sama menggemaskan.Ben menutup matanya sejenak sembari menggigit pipi bagian dalamnya untuk menahan rasa gemas yang sejak tadi ia tahan.Pria bermata coklat itu tak ingin Ivy semakin ketakutan jika melakukan tingkah impulsif. Jangan sampai rasa trauma Ivy kembali muncul ke permukaan karena tindakan bodohnya.Selain itu, Ben juga merasa heran. Apa benar Ivy adalah gadis berusia 26 tahun yang mempunyai dua anak? Soalnya tingkahnya terlalu imut untuk ukuran seorang wanita yang sudah memiliki dua anak yang sudah masuk TK.Di mata Ben, Ivy terlihat seperti gadis 18 tahun, begitu
"Kau tak tahu rasa apa yang aku maksud?"Hanya beberapa sentimeter lagi maka bibir milik Ben akan bersentuhan dengan bibir milik Ivy. Wanita itu tentu saja panik. Ia ingin mendorong wajah Ben menjauh darinya. Akan tetapi, tubuhnya mengkhianatinya.Karena Ivy tak bisa mendorong wajah Ben menjauh, maka yang bisa Ivy lakukan adalah menahan napas sembari memejamkan mata seerat mungkin. Ivy tak sanggup melihat apa yang akan terjadi setelah ini.Ben menghentikan gerakannya sembari tersenyum kecil. Pria itu mendekatkan bibirnya pada dahi Ivy dan mencium bagian itu dengan lembut. Setelah beberapa detik, Ben melepas kecupan itu."Kenapa kau menutup matamu, hm? Kau mengharapkan apa?" Tanya Ben setelah menjauhkan wajahnya dari wajah Ivy. Ivy membuka mata dengan wajah merah padam karena sudah salah sangka. Wanita itu menutup wajahnya yang memerah menggunakan telapak tangan karena malu sudah berpikir yang tidak tidak."Kau mengharapkanku mencium bibirmu ya?" Tanya Ben dengan nada menggoda, sesek
"Kau darimana saja? Aku lelah menunggumu, bodoh,"Kai melempar kulit kacang yang sedang ia makan pada Ben begitu pria bermata coklat itu tiba di apartemen Jake. Ben melirik ke arah Kai sembari menghela napas, enggan meladeni adik dari sahabatnya itu.Begitu dekat dengan sofa, Ben segera merebahkan dirinya dengan nyaman, tepat di samping Kai yang saat ini memutar matanya tanpa menghentikan kunyahannya pada kacang yang sedang ia makan.Pria bermata amber itu melirik ke arah Ben dengan tatapan aneh, karena pria yang berprofesi sebagai CEO itu hanya menggunakan celana boxer pendek sepaha dengan kaos hitam polos yang menutupi tubuhnya."Kenapa pakaianmu terlihat santai begitu?"Pertanyaan yang Kai lontarkan membuat aktivitas Ben yang saat ini sedang mengetik sesuatu di layar ponselnya terhenti. Ben menolehkan kepalanya pada Kai dan memusatkan atensinya pada pria bermata amber itu dengan mata menyipit tajam, tak suka jika kegiatannya di ganggu."Aku habis dari luar," jawab Ben singkat, eng
"Kau mengetahui sesuatu tentang siapa yang mengejar Jake, Ben?" Kai menolehkan kepalanya saat suara Ben menyambar perkataan Jake, seolah pria itu tahu sesuatu tentang orang yang menyerang Jake.Ben menghela napas, lalu melirik ke arah Ethan, Jake dan Kai secara bergantian. Wajahnya terlihat tanpa ekspresi, dengan tatapan datar yang tak bisa diartikan, menimbulkan tanda tanya besar di benak Kai dan Caroline bersaudara. Setelah itu, pria bermata coklat itu memijat kepalanya yang terasa berdenyut sembari memejamkan mata.Hal ini tentu saja memancing rasa penasaran diantara ketiga pria itu. Kai yang memang pada dasarnya kepo dan selalu ingin tahu akan hal yang membuatnya penasaran mendekati Ben. Pria bermata amber itu menepuk lengannya dengan perlahan hingga Ben membuka matanya. Ben menolehkan kepalanya ke arah Kai dengan tatapan tajam miliknya. Jangan lupakan aura dominan pekat yang memenuhi ruangan ini, membuat Kai meneguk ludahnya karena merasa gentar. Kai ingin mengurungkan niatn
Ivy menggiring si kembar menuju ke ruang tengah setelah diantarkan oleh Ben untuk pulang. Wanita muda itu segera menyimpan tas dan beberapa kantung Snack yang ia dapatkan dari Ben di atas meja.Terra yang sudah kelelahan segera merebahkan dirinya di atas sofa dengan sebelah kakinya yang menjuntai ke bawah dengan posisi tubuh yang miring.Hal ini tentu saja berbahaya karena gadis kecil itu hampir saja terjatuh dari atas sofa andaikata Terry tak menahan tubuh adik kembarnya tepat waktu. Sebagai kakak yang baik, Terry segera membenarkan posisi tubuh Terra dengan mendorong tubuh gadis kecil itu agar menjauhi sisi pinggiran sofa. Dengan begitu, Terra tak akan terjatuh.Sedangkan Terry sendiri, ia merebahkan tubuhnya di atas lantai yang terbalut karpet tebal karena merasa tubuhnya sudah lemas terlalu lelah bermain saat berada di kolam renang.Bocah laki-laki itu menggunakan lengan sebagai pengganti bantal. Terry menutup matanya menggunakan seb
"Tentu saja bukan, sayang. Kalian anak Mommy. Tuan Ben bukan ayah kalian berdua," jawab Ivy setelah sekian lama terdiam dengan suara pelan, nyaris berbisik pada si kembar.Ivy melepaskan pelukannya pada Terry dan juga Terra, lalu menyeka air matanya sendiri. Karena cukup lama menangis—sekitar 10 menit—mata hijau milik Ivy terlihat memerah dan bengkak. Hidung wanita itu juga terlihat memerah dengan tatapan mata yang begitu sayu. Ivy tampak begitu kacau, berbeda dengan image dirinya yang dikenal sebagai wanita independen yang tahan banting. Hal ini juga tak jauh berbeda dengan kondisi Terra. "Maaf ya, gara gara Mommy menangis, kau juga ikut menangis, Terra," Ivy meminta maaf pada anak perempuannya sambil mengusap pipi chubby milik Terra, lalu mencium dengan lembut kedua mata milik Terra secara bergantian dengan begitu lembut dan penuh dengan kasih sayang.Terra tak berkata apapun dan memilih untuk mengangguk saja sebagai jawaban. Ia send